Aceh Culinary Festival: Promosi Kuliner Aceh untuk Daya Tarik Wisata

8 Juli 2019 15:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kopi Khop. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
zoom-in-whitePerbesar
Kopi Khop. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
ADVERTISEMENT
Jakarta, 8 Juli 2019 - Provinsi Aceh mempromosikan keragaman kuliner sebagai daya tarik wisata di daerahnya selain keindahan alam dan budaya yang dimiliki provinsi di ujung barat Indonesia itu.
ADVERTISEMENT
Selain keindahan alam dan budaya, Aceh juga punya ragam kuliner yang bisa jadi daya tarik wisata. Provinsi di ujung barat Indonesia ini punya potensi karena narasinya yang kuat.
Aceh Culinary Festival. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
Menurut Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management Calender of Event (CoE) Esthy Reko Astuti, Aceh memiliki potensi luar biasa di sektor kuliner karena narasi dan cerita makanannya sangatlah menarik.
“Kuliner Aceh merupakan suatu proses rangkaian dari proses hulu ke hilir. Sebab, komersialisasinya bisa dimulai dari wisata agrikultur, wisata organik, wisata pendidikan, wisata sejarah, sampai wisata membuat makanan,” kata Esthy, saat pembukaan gelaran Aceh Culinary Festival (ACF) di Taman Ratu Safiatuddin Banda Aceh, Jumat (5/7/2019).
Aceh Culinary Festival. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
Dikutip rilis yang diterima kumparan dari Kepala Biro Komunikasi Publik Kementrian Pariwisata, dalam portofolio pariwisata selama ini, sektor kuliner menyumbang sekitar 30-40 persen pendapatan pariwisata. Ekonomi kreatif berkontribusi sebesar 7,38 persen terhadap perekonomian nasional dengan total PDB sekitar Rp852,24 triliun, dari total kontribusi tersebut subsektor kuliner menyumbang 41,69 persen.
ADVERTISEMENT
"Kalau kuliner dibina dengan baik, semua aspek akan tersentuh. UMKM tersentuh, pariwisata, budaya juga tersentuh. Sangat luas pengaruhnya. Apalagi sektor perekonomian," ujar Esthy.
Pada kesempatan yang sama, Plt Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Helvizar Ibrahim mengatakan, sektor kuliner menjadi salah satu potensi yang menjanjikan untuk pariwisata Aceh.
Pengaruhnya juga besar; misalnya mi aceh, kopi Gayo, ayam tangkap, dan berbagai jenis makanan Aceh lainnya yang mempengaruhi kuliner di luar Aceh.
Aceh Culinary Festival. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
"Bahkan hingga di Indonesia bagian timur pun, mie Aceh disukai masyarakat luas. Kopi Gayo yang telah mendunia. Itu semua menjadi bagian budaya dan tradisi Aceh. Sebuah identitas yang harus dimaksimalkan untuk mendukung pariwisata," ujar Helvizar.
Helvizar menambahkan, gelaran ACF kali ini begitu meriah. Tercatat selama tiga hari pelaksanaan, ACF dikunjungi lebih dari 62 ribu orang.
ADVERTISEMENT
“Saat ini perputaran uang sudah mencapai Rp4,1 miliar dengan penjualan tertinggi tenant Rp70 juta dan penjualan terendah tenant Rp3,5 juta selama pelaksanaan acara,” katanya.
Aceh Culinary Festival. Foto: Dok. Kementrian Pariwisata
Sementara itu, pakar kuliner, William Wongso, yang juga hadir dalam ACF 2019 yang diselenggarakan pada 5-7 Juli 2019 itu bercerita tentang masakan Aceh yang memiliki cita rasa kuat dalam setiap menunya.
“Membicarakan kuliner Aceh itu selalu menyenangkan. Karena sangat kuat cita rasa yang dihadirkannya. Ada asam, gurih, dan pedas. Belum lagi kekuatan rempahnya yang sangat luar biasa. Ragam olahannya banyak. Ini menjadi keunggulan tersendiri dari kuliner Aceh," ujarnya.