Alasan Produsen Ini Lebih Pilih Kedelai Impor buat Bikin Tahu dan Tempe

26 Maret 2024 10:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kedelai impor dari Kanada yang dipakai untuk pembuatan tahu dan tempe di pabrik Tofu Deli, Jakarta (21/3/2024). Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kedelai impor dari Kanada yang dipakai untuk pembuatan tahu dan tempe di pabrik Tofu Deli, Jakarta (21/3/2024). Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kedelai menjadi bahan utama untuk pembuatan tahu dan tempe. Kualitas kedelai yang baik akan menghasilkan tampilan hingga tekstur tahu dan tempe yang juga enak.
ADVERTISEMENT
Darto selaku operational manager pabrik tahu dan tempe, Tofu Deli, mengungkapkan bahwa sejatinya untuk kualitas kedelai lokal dan impor sama saja. Hanya saja ada satu hal yang menjadi kelemahan kedelai lokal.
"Kedelai lokal meski kecil sebenarnya enggak kalah bagus (kualitasnya), cuma kalau kita beli satu karung isinya suka macem-macem, ada dahan, daun, jagung. Kita soalnya (mengolah) pakai mesin, ketika kita rendam, kita enggak bisa milihin satu-satu kan, susah, kalau kita masukkan (kedelai) ke mesin, ya rusak, ada batu segala," keluh Darto saat berbincang dengan kumparanFOOD di pabriknya di Jakarta, Kamis (21/3).
Kelemahan kedelai lokal yang seringkali dia temukan kotor tercampur banyak sampah tersebutlah, yang membuat Darto akhirnya memilih kedelai impor. Dalam memproduksi tahu dan tempe, Darto lebih memilih kedelai Kanada. Menurutnya, kedelai dari sana bersih dan besar-besar.
Berkunjung ke pabrik tahu dan tempe Sarirasa Group x Tofu Deli di Senayan, Jakarta (21/3/2024). Foto: Sarirasa Group
"Biasanya kedelai dari Kanada itu agak putih, bersih sekali, dari kita cuci habis itu direndam sudah bisa (diolah) masuk mesin. Kalau saja lokal bersih, sebenarnya kita prefer lokal," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Darto sendiri menjelaskan bahwa kualitas kedelai memang tidak bisa dilihat sekadar dari menilai ukuran bijinya saja atau rasanya.
"Kalau dari mentah yang bisa kita lihat hanya ini (kedelai) fresh dan bagus. Tapi untuk menentukan dia punya kualitas bagus atau enggaknya, cocok atau tidak itu harus kita buat sampai jadi tahu," tambahnya.
Berkunjung ke pabrik tahu dan tempe Sarirasa Group x Tofu Deli di Senayan, Jakarta (21/3/2024). Foto: Sarirasa Group
Tahu yang baik biasanya akan berwarna putih bersih, padat, dan kenyal. Darto sendiri memilih menggunakan kedelai non GMO (Genetically Modified Organism). Kedelai ini dinilai lebih sehat.
"Kedelai GMO dan non GMO tidak ada perbedaan rasa, tapi efek jangka panjangnya itu, sekitar 5 tahun lagi ke tubuh kita," pungkasnya.
Kedelai impor dari Kanada yang dipakai untuk pembuatan tahu dan tempe di pabrik Tofu Deli, Jakarta (21/3/2024). Foto: Azalia Amadea/kumparan
Saat ini, Darto memproduksi tahu dan tempe khusus untuk kebutuhan restoran-restoran Sarirasa Group. Setiap harinya dia mampu mengolah 300 kilogram kedelai untuk menghasil 200 buah tahu berukuran besar. Sedangkan untuk tempe, Darto hanya memproduksi sesuai pesanan. Biasanya dia mengolah 45-50 kilogram untuk 100 sampai 150 buah tempe dengan berat 450 gram.
ADVERTISEMENT