Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Apa Bedanya Gulai, Kari, Opor dan Tongseng?
22 Januari 2019 7:10 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:48 WIB
ADVERTISEMENT
Beragam dan kaya rasa, rupanya menjadi kata-kata yang tepat untuk menggambarkan makanan khas Indonesia. Penggunaan bumbu yang melimpah menjadikan makanan Nusantara memiliki cita rasa yang kuat dan berkesan. Selain rempah dan bumbu, makanan Indonesia juga banyak yang menggunakan santan untuk menambah rasa gurih serta creamy pada sajiannya.
ADVERTISEMENT
Ya, makanan dengan kuah bersantan ini bisa ditemukan pada hidangan khas Padang, Sumatera Barat. Sebut saja gulai, yang apapun isinya namun kuahnya tetap menggunakan santan, dan bahkan cenderung berkuah kental. Sementara, sajian gulai di rumah makan Padang ragamnya sangat banyak; mulai dari gulai ayam, gulai kikil (tunjang), gajeboh, asam padeh hingga gulai sayur nangka. Rendang pun dalam pembuatannya membutuhkan campuran santan agar rasanya gurih.
Selain gulai, masih banyak lagi makanan khas Tanah Air yang menggunakan campuran santan, lho. Sebut saja, opor, tongseng hingga kari. Lalu, apa yang membedakan keempatnya? Yuk, simak lebih lanjut mengenai hidangan santan khas Indonesia.
1. Gulai
Menurut pakar kuliner, Arie Parikesit, yang dihubungi kumparanFOOD beberapa waktu lalu, gulai di Indonesia sendiri mendapat pengaruh dari India khususnya India Selatan atau Tamil Nadu.
ADVERTISEMENT
"Gulai tumbuh dan berkembang di Sumatera. Dalam tumbuhnya gulai pertama di Sumatera ini mendapat pengaruh dari India, namun cita rasa India diubah total dengan aneka bumbu dan rempah khas Nusantara, isiannya pun tak lagi sama, hampir semua protein hewani, sampai aneka sayur menjadi isian gulai khas Indonesia," jelasnya.
Dilanjutkan laki-laki yang akrab disapa Arie itu, perjalanan gulai kemudian meluas hingga ke Pulau Jawa. Namun di Jawa sendiri cita rasa gulai berubah menjadi lebih encer, menggunakan kecap atau gula merah hingga tidak lagi memakai bumbu keras seperti kapulaga.
2. Kari
Meski sama-sama menggunakan santan, namun gulai dan kari memiliki perbedaan yang cukup dan dapat dengan mudah diketahui. Dijelaskan Arie, kari adalah gulai yang mendapatkan pengaruh masakan India paling kuat.
ADVERTISEMENT
Biasanya, kari dilengkapi rempah daun seperti daun kari, lalu bumbu kering seperti kapulaga, bunga lawang, dan lain-lain. Dalam masakan Minang sendiri ada makanan khas yakni kari kambing Minang (cancang) yang mendapatkan pengaruh cita rasa cukup dari kari khas India.
Cita rasa kari juga cukup kuat dalam mempengaruhi makanan khas Aceh. Contohnya adalah kari kambing atau ayam yang biasa dimakan sebagai cocolan roti maryam atau roti canai. Ketika dicecap kuah kari juga akan meninggalkan rasa pedas cabai dan lada di mulut serta rongga tenggorokan.
3. Opor
Opor kerap disajikan sebagai makanan Hari Raya. Rasanya yang gurih dan creamy santan memang cocok jika dipadukan bersama potongan ketupat. Opor sendiri dapat dengan mudah dibedakan jika dibandingkan dengan makanan bersantan lainnya. Dari segi warna, opor berwarna putih karena memang tidak menggunakan kunyit layaknya gulai dan kari.
ADVERTISEMENT
"Opor ini tidak menggunakan cabai, ada yang putih dan ada juga yang kuning, sesuai selera," terang Arie.
Opor berasal dari tanah Jawa, sehingga tak heran jika cita rasanya lebih manis dibandingkan makanan bersantan lainnya. Biasanya opor sendiri berisi ayam, telur, tahu atau tempe yang menjadi bahan utamanya. Untuk rempah yang digunakan di antaranya, kemiri, ketumbar, bawang putih, jintan, lada, daun salam dan kayu manis.
4. Tongseng
Makanan bersantan lainnya yang tak kalah menggugah selera adalah tongseng. Jika dibandingkan dengan hidangan lainnya, kuah santan pada tongseng memang tidak sekental gulai, kari maupun opor. Dikatakan Arie, pada dasarnya tongseng adalah gulainya Jawa.
"Tongseng merupakan hasil perkembangan dari para penjual gulai di Jawa yang menumisnya bersama bumbu, potongan sayur (kol) dan daging. Yang menjadi khas lagi, kuah tongseng diambil dari kuah gulai namu diberi kecap," kata pria yang juga memiliki program kuliner di salah satu stasiun televisi swasta itu.
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya, tongseng mendapat pengaruh dari masakan khas Arab dan India yang banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta, yang akhirnya daerah tersebut terkenal sebagai daerah penghasil kambing terbaik. Dari situ, masyarakat Indonesia mulai belajar mengolah masakan berbahan dasar daging kambing.
Awalnya daging kambing tersebut dibuat menjadi hidangan satai dan gulai saja. Lama kelamaan warga selatan Jawa yang daerahnya banyak terdapat pabrik gula dan kecap membuat sajian daging kambing yang ditumis dan kini dikenal dengan tongseng yang terdiri dari sate dan kuah gulai yang kemudian ditumis atau 'dioseng.'
Semakin populernya tongseng membuat makanan ini diapresiasi oleh pemerintahan daerah Boyolali yang dibuktikan dengan pembuatan patung sate tongseng. Patung yang menjadi kebanggan masyarakat Klego tersebut diresmikan Bupati Boyolali saat itu yakni Seno Samodro, pada 11 September 2010.
ADVERTISEMENT