Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Pesona wilayah Indonesia Timur bukan hanya sebatas keindahan alamnya saja, tapi juga kekayaan kuliner yang dimiliki. Salah satunya, di wilayah Tanimbar Kei yang berada di Kepulauan Kei. Pulau berpenduduk sekitar 500 jiwa ini punya berbagai tradisi kuliner yang sangat menarik.
ADVERTISEMENT
Berada di antara Laut Banda dan Laut Arafura, membuat Tanimbar Kei memiliki kekayaan laut yang melimpah. Tak heran, seafood menjadi sumber protein utama mereka, yang disantap sehari-hari.
Tak seperti wilayah Kepulauan Kei lainnya, Tanimbar Kei tak pernah disambangi oleh pihak asing, sehingga nyaris tak punya pengaruh kuliner dari wilayah lain.
Bahkan, menurut Ade Putri Paramadita, culinary storyteller sekaligus public relation dari Aku Cinta Makanan Indonesia (ACMI), dan Debryna Dewi, dokter sekaligus pegiat kuliner, tak ditemukan pasar tradisional di wilayah tersebut.
Untuk makan sehari-hari, para penduduk Tanimbar Kei bertani rumput laut --yang juga jadi sumber pemasukan utama mereka. Mereka pun harus memancing atau berburu, untuk mendapatkan makanan.
Hidangan laut yang didapatkan pun masih sangat segar. Tak sedikit yang berupa ikan-ikan eksotis. Sayangnya, mencari protein yang sustainable di Tanimbar Kei cukup sulit, terutama saat ombak sedang tinggi.
ADVERTISEMENT
Hanya ada satu pantai dengan ombak tenang, dan biasanya banyak pemburu ikan yang mencari tangkapan laut di sana. Bukan sekadar menjala atau memancing, tapi mereka akan memburu ikan dengan tombak.
"Jadi, satu waktu, pemburu ikan ini akan lompat ke laut dan memainkan air laut. Nah, ikan-ikan yang ada di dalamnya akan bersembunyi di batu karang. Setelah itu, baru pemburu ikan itu menombak-nombak batu karang," jelas Debryna dalam acara #WhenIn Kei: Menelusuri Satu Lagi Hidden Gem di Timur Indonesia di Ramurasa Cooking Studio, beberapa waktu lalul.
Tak cuma cara mendapatkan makanannya yang mengesankan, penduduk Tanimbar Kei juga punya cara memasak yang tak biasa. Pada kesempatan tertentu, mereka akan berkumpul dan mengolah santapan laut dengan teknik bakar batu.
Hampir seperti bakar batu yang kerap dilakukan di Papua, namun bedanya ada pada jenis batu yang digunakan. Penduduk Tanimbar Kei menggunakan batu karang yang berpori, supaya apinya tak sepanas saat memakai batu kali.
ADVERTISEMENT
Untuk persiapan masaknya, dibuatlah keranjang yang dianyam dari daun kelapa. Kemudian, dimasukkan campuran buru hotong --semacam biji-bijian khas Tanimbar Kei yang sudah ditanak dengan santan-- enbal tumbuk, dan kelapa parut ke dalam keranjang.
Setelalah itu, berbagai seafood seperti kepiting, lobster, udang, ikan, atau kerang ditusuk dan diletakkan melintang pada sisi atas keranjang. Baru kemudian, keranjang ditutup menggunakan beberapa helai daun.
Sambil menunggu hidangan siap, beberapa orang akan menggali lubang berukuran kurang lebih 80 cm di kebun. Tumpukan potongan kayu yang dibakar lalu dimasukan ke dalam lubang, dan ditumpuk dengan batu-batu dari laut.
Saat semua sudah terbakar sempurna jadi bara, tumpukan batu akan jatuh ke dalam lubang dan menyimpan panas. Langkah selanjutnya, adalah memasukkan keranjang berisi makanan yang sudah ditutup rapi ke dalam lubang, dan menutupnya dengan pasir serta karung goni sampai rapat.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, proses ini mirip seperti teknik mengukus, sekaligus mengasap. Panas dari bara akan terperangkap di dalam kuburan pasir dan terjadilah proses pematangan di dalam keranjang.
Setidaknya, dibutuhkan waktu sekitar empat jam untuk memasak dengan teknik bakar batu.
"Karena banyak dedaunan yang dipakai, jadi aromanya benar-benar kencang. Rasa hidangan ini hanya bersumber dari cita rasa alami, tanpa rempah mau pun penyedap. Dari bahan aslinya juga sudah sedap," kisah Ade Putri saat ditemui kumparan.
Penggunaan rempah dalam masakan memang jarang dilakukan oleh penduduk Tanimbar Kei. Wilayah ini memang bukanlah penghasil rempah-rempah . Lagipula, untuk membeli kebutuhan yang tak tersedia di Tanimbar Kei, para penduduk harus mengunjungi pasar yang terletak di Kei Kecil.
ADVERTISEMENT
"Mereka sangat sederhana dalam memasak. Kalau Maluku agak Utara mungkin banyak ambil pengaruh dari Manado. Tapi ini kan wilayah yang tak terjangkau buat mereka, jadi mereka makan untuk hidup, bukan menyenangkan lidah," pungkas Ade.