Berapakah Suhu Memasak yang Tepat agar Makanan Terbebas dari Bakteri?

22 Oktober 2020 18:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi memasak Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi memasak Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
Memasak kerap menjadi pilihan bagi mereka yang pengin hidup lebih sehat. Sebab dengan memasak sendiri, higienitas dari suatu makanan yang hendak kita konsumsi lebih terjamin. Eits, tunggu dulu, yakin begitu?
ADVERTISEMENT
Perlu kamu ketahui bahwa tubuh kita terdiri dari berbagai sel bakteri. Sebagai mikroorganisme, bakteri dapat ditemukan di seluruh permukaan di dunia ini. Dilansir Healthline, meskipun sebagian besar bakteri tidak menyebabkan penyakit pada manusia, tetapi ada beberapa yang ‘jahat.’ Bakteri patogen begitu sebutannya, adalah bakteri jahat penyebab penyakit.
Salah satu langkah untuk mengurangi risiko paparan terhadap jenis bakteri ‘jahat’ dalam makanan adalah dengan memasak. Namun, kamu juga perlu tahu benar cara hingga suhu memasak yang tepat agar bakteri tersebut dapat benar-benar mati, tanpa menghilangkan nutrisi pada sajian buatanmu.
Bagaimana mengetahuinya? Tak perlu khawatir, berikut kumparan rangkum ulasannya di bawah ini.

Suhu untuk memasak air

memasak air Foto: Shutterstock
Memasak air bukan hanya sekadar matang, lho. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa bakteri akan cepat mati pada suhu di atas 149°F (atau 65°C). Suhu ini berada di bawah suhu air mendidih. Walaupun sebenarnya, dengan pengolahan air modern, kamu tidak perlu khawatir lagi akan bakteri pada air siap minum.
ADVERTISEMENT
Jika kamu tidak yakin dengan kualitas air, maka Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merekomendasikan untuk menyaring air dengan kain bersih sebelum merebusnya. Rebus air hingga mendidih —hingga banyak gelembung— selama setidaknya satu menit.

Suhu untuk memasak bahan makanan

Ilustrasi memasak rendang Foto: dok.Shutterstock
Berbeda dengan air, suhu tepat untuk memasak makanan tergantung dari bahan yang hendak digunakan. Beberapa jenis bakteri bisa muncul pada makanan yang kurang matang saat dimasak; seperti pengolahan unggas, daging, makanan laut, produk segar, ataupun produk susu. Begitu pula dengan makanan sisa atau yang dikemas dalam kaleng, juga memerlukan cara pengolahan yang tepat agar tidak muncul bakteri.
Chef Deden Gumilar, Executive Chef dari Riva Grill Bar & Terrace, saat ditemui kumparan menyarankan untuk mengikuti anjuran yang biasanya sudah tertera pada kemasan makanan tersebut. Biasanya setiap makanan olahan atau kaleng memiliki saran penyajian.
ADVERTISEMENT
"Proseslah sesuai dengan aturan baku memasak, itu tergantung direction-nya. Biasanya tertera di kemasannya, ada yang cuma dimasak di microwave, ada yang dimasak sekian menit, dan lain-lain,” ungkap koki 51 tahun tersebut.
“Misalnya kornet, biasanya saya masak sampai matang, setidaknya di atas suhu 74 derajat celsius, supaya bakteri benar hilang. Karena, bakteri tumbuh dan semakin berkembang cepat di suhu 57-21 derajat celsius.”
Hal serupa juga ditegaskan oleh CDC, bakteri ‘jahat’ dapat dengan cepat berkembang di makanan ketika berada di suhu antara 40-140°F (atau 5-60 derajat celsius).
Ilustrasi memasak sayuran dengan teknik blanching Foto: Shutter Stock
Adapun CDC juga mengeluarkan pedoman umum suhu memasak agar terbebas bakteri; antara lain unggas 74 derajat celsius, daging potong — sapi, babi, domba, ikan atau sapi muda— di 64 derajat celsius, dan makanan sisa di 74 derajat celsius.
ADVERTISEMENT
Berbeda hal bila memasak sayuran, kamu dapat menggunakan suhu berapa pun, dan yang terpenting jangan sampai terlalu matang agar nutrisinya tak hilang. Pastikan juga sebelum mengolah sayuran cuci di bawah air mengalir terlebih dahulu hingga bersih.
Nah, untuk pencernaan yang sehat dan lancar, hindari pengolahan makanan dan minuman yang salah agar kamu terbebas dari bakteri ‘jahat’. Perhatikan pula suhu pengolahan makanan, supaya bakteri benar-benar mati, agar terhindar dari penyakit.
Reporter: Natashia Loi