Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Berasal dari Hutan Kalimantan, Inilah Madu Kayan Buatan Masyarakat Malinau
26 Desember 2022 14:10 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Sebagian dari kamu mungkin sudah mengetahui, bila madu berasal dari lebah yang membuat rumah atau sarang di atas pohon-pohon. Namun, bagaimana jadinya bila sarang lebah tersebut berada di tengah hutan lebat yang terjaga keasriannya, seperti Kalimantan?
ADVERTISEMENT
Ya, rasa khas dari setiap madu memang kerap dikaitkan dengan pakan atau jenis bunga yang dikonsumsi lebah itu sendiri. Oleh karena itu, madu Kayan yang berasal dari lebah yang hidup di belantara hutan Kalimantan, dinilai memiliki rasa yang lebih unik dan berkualitas.
Sukmareni, Koordinator Divisi Komunikasi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, mengatakan bahwa madu Kayan diproduksi oleh warga dari Desa Data Dian, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara.
“Lebah madu, yang disebut penduduk setempat sebagai hingat, bersarang di pohon-pohon yang tinggi. Dalam satu musim panen, warga desa bisa mendapatkan 800 hingga 1.300 kilogram madu. Madu dalam jumlah besar inilah yang menjadi sumber ekonomi masyarakat desa,” ujar Sukmareni, dikutip dari rilis yang kumparanFOOD terima, Jumat, (23/12).
ADVERTISEMENT
Menurut Sukmareni, madu Kayan memang memiliki rasa yang khas dan tajam, karena sumber pakan lebahnya adalah beragam bunga hutan yang masih sangat asri. Bahkan, musim panen madu ini hanya dilakukan setahun sekali mengikuti musim bunga di hutan.
“Lebah mulai banyak mengitari hutan, ketika bunga-bunga hutan mulai bermekaran. Ketika bunga sudah berubah menjadi buah sebesar ibu jari, barulah madu dipanen. Agar tak tersengat lebah, panen biasanya dilakukan di kegelapan malam, ketika bulan mati atau tidak ada cahaya langit sama sekali,” tutur Sukmareni.
Lebih lanjut, dalam laman website resmi Desa Data Dian telah tercatat terdapat setidaknya 100 pohon madu yang telah ditandai kepemilikannya oleh warga sekitar.
Awalnya panen madu dikelola secara perorangan, namun warga membentuk Kelompok Usaha Madu Kayan Bernama Uyang Lahai, karena menggantungkan hidup pada madu hutan. Mereka turut menjaga hutan dengan tidak menebang pohon madu yang rata-rata berusia ratusan tahun, dan pohon lain yang menghasilkan bunga untuk pakan lebah.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, keistimewaan madu Kayan ini pun didukung oleh Mariska Tracy, alumni dari Masterchef Indonesia season 7. Dia mengatakan bahwa madu Kayan memang memiliki kualitas yang bagus, karena berasal dari lebah yang hidup di belantara hutan yang alami.
“Cita rasanya manis, tapi tidak terlalu manis. Ada aroma dan rasa khas bunga hutan. Teksturnya lebih cair daripada madu lain yang cenderung kental. Ada buihnya, yang menunjukkan madu itu masih alami. Itu berarti kualitasnya bagus dan belum terjamah banyak proses,” ujar Mariska.
Mariska menambahkan bahwa madu memiliki banyak manfaat bagi makanan. Bahkan, madu juga dinilai bukan sekadar memberikan rasa manis pada masakan. Akan tetapi, pada beberapa kasus bisa saja menggantikan gula sebagai bahan masakan panggang.
ADVERTISEMENT
“Tapi, madu lebih bergizi daripada gula, karena mengandung mineral dan antioksidan. Kalau pakai madu, masakan mudah terkaramelisasi, sehingga tampilan masakan jadi lebih shiny. Hanya saja, untuk proses membuat kue, madu belum bisa seratus persen menggantikan gula. Misalnya, untuk mengocok whipping cream atau putih telur, kita tetap memerlukan gula pasir,” jelas Mariska.
Madu sehat sejuta manfaat
Diketahui juga bahwa madu Kayan tidak hanya dijadikan sebagai alat menghasilkan uang dan mempertahankan perekonomian saja. Namun, masyarakat Malinau, atau lebih tepatnya Desa Data Dian juga menggunakan madu Kayan layaknya obat herbal untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Oleh karena itu, tak heran bila madu Kayan dengan kualitas yang begitu baik dinilai memiliki harga yang lebih mahal daripada madu biasa lainnya. Madu ini dijual dengan harga sekitar Rp 100 ribu untuk kemasan botol plastik 250 mililiter, dan Rp 120 ribu untuk kemasan botol kaca dengan ukuran yang sama.
ADVERTISEMENT
Produksi madu Kayan yang dibantu oleh Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, juga telah mendapatkan sertifikat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Malinau. Tentu, sertifikat ini menjadi jaminan bahwa madu Kayan telah memenuhi standar keamanan pangan.
Namun, Mariska menuturkan jika ingin mendapatkan khasiat optimal dari sebuah madu, maka haruslah dikonsumsi secara langsung, atau dicampur air hangat. Selain itu, dia juga menyarankan agar tidak memasak madu dengan suhu tinggi karena akan merusak kandungan di dalamnya.
“Jika menginginkan madu jadi bahan masakan , sebaiknya tuang di tahap akhir, saat makanan sudah selesai dimasak dan sudah tidak terlalu panas. Atau, untuk dijadikan olesan,” pungkas Mariska.
Penulis: Riad Nur Hikmah