Berbeda dengan Alergi, Kenali Lebih Jauh soal Intoleransi Makanan dan Gejalanya

18 September 2021 11:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi wanita yang mengalami endometriosis Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi wanita yang mengalami endometriosis Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu, ketika seseorang memiliki intoleransi terhadap suatu zat dalam makanan atau minuman gejalanya bisa timbul dalam beberapa jam, bahkan hingga 48 jam setelah dikonsumsi, lho. Lalu apa sih intoleransi makanan itu? Apakah sama dengan alergi makanan?
ADVERTISEMENT
Mengutip Medical News Today, intoleransi makanan sering terjadi dan dapat mempengaruhi 15-20 persen dari populasi. Intoleransi makanan juga lebih sering terjadi pada mereka yang memiliki gangguan sistem pencernaan, seperti sindrom iritasi usus besar (IBS). Menurut jaringan IBS , kebanyakan orang dengan IBS memiliki intoleransi makanan.

Apa itu intoleransi makanan?

Ilustrasi intoleransi laktosa setelah minum susu. Foto: Shutterstock
Menurut jurnal US National Library of Medicine National Institutes of Health, intoleransi berasal dari mekanisme imunologis yang disebut sebagai alergi makanan. Sedangkan bentuk non-imunologis, disebut intoleransi makanan.
Umumnya, intoleransi makanan terjadi pada orang yang sulit mencerna makanan. Hal ini diduga karena kurangnya enzim atau terdapat zat kimia yang sulit dicerna pada suatu makanan.
Seperti contoh pada pengidap intoleransi laktosa, sistem pencernaan penderitanya tidak bisa menghasilkan enzim untuk mencerna laktosa; salah satu bentuk gula yang terdapat pada susu dan produk olahannya.
ADVERTISEMENT

Lalu, apa saja gejala intoleransi makanan?

Ilustrasi mengalami gejala intoleransi makanan Foto: dok.shutterstock
Seseorang dengan intoleransi makanan akan sering mengalami ketidaknyamanan begitu selesai mengonsumi makanan tertentu. Gejala yang dirasakan pun beragam, dan biasanya melibatkan sistem pencernaan.
Gejala umum yang terjadi pada penderita intoleransi makanan; yaitu kembung, kelebihan gas, sakit perut, diare, migrain, sakit kepala, pilek, dan malaise atau perasaan lelah, tidak nyaman, serta kurang enak badan yang tidak diketahui apa penyebabnya.
Selanjutnya, intoleransi makanan muncul saat tubuh tidak mampu mencerna makanan tertentu. Oleh karenanya, jika seseorang mengonsumsi suatu makanan dalam jumlah yang banyak, maka akan semakin parah juga kemungkinan gejala yang dirasakan.
Perlu kamu ketahui bahwa gejala intoleransi makanan bisa memakan waktu cukup lama untuk muncul. Bisa saja terjadi beberapa jam setelah menelan makanan, dan gejalanya dapat bertahan selama beberapa jam atau hari.
ADVERTISEMENT

Lantas, apakah sama dengan alergi makanan?

Ilustrasi alergi makanan Foto: dok.shutterstock
Meski memiliki gejala yang hampir sama, intoleransi makanan ternyata berbeda dengan alergi makanan, lho. Gejala intoleransi makanan cenderung lebih lama muncul daripada gejala alergi makanan. Diketahui alergi makanan adalah hasil dari reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap makanan tertentu; sedangkan intoleransi makanan melibatkan sistem pencernaan daripada sistem kekebalan tubuh.
Gejala yang dirasakan keduanya mungkin hampir sama, tetapi nyatanya mereka memiliki perbedaan dari segi pemicunya. Kacang polong, kubis, jeruk, biji-bijian, susu atau laktosa, dan daging olahan dianggap makanan yang dapat memicu terjadinya intoleransi makanan. Lain halnya dengan alergi, makanan pemicunya yaitu telur, ikan, kacang tanah, susu, kacang pohon (walnut, almond, hazelnut), kedelai, kerang, atau gandum.
Kendati demikian, orang yang mengalami intoleransi makanan akan merasakan gejala sesuai dengan jumlah makanan yang masuk ke dalam tubuhnya. Berbeda dengan itu, seseorang yang mengalami alergi makanan tidak terukur pada banyak atau sedikitnya.
ADVERTISEMENT
Tidak menutup kemungkinan, mengonsumsi dalam jumlah sedikit juga dapat memicu reaksi alergi yang parah. Sejatinya seseorang yang mengalami intoleransi dan alergi makanan bisa saja merasakan efek yang parah. Tetapi, alergi makanan lebih berpotensi mengancam jiwa atau yang biasa disebut syok anafilaktik.
Nah, kini kamu sudah bisa membedakannya, bukan? Namun, jika kamu mengalami gejala seperti dua jenis penyakit tersebut, ada baiknya langsung periksakan kesehatanmu ke dokter agar dapat segera ditangani.
Reporter: Destihara Suci Milenia