Borobudur, Toko Kue Indonesia yang Telah Beroperasi 40 Tahun di Singapura Dijual

6 Juli 2022 10:16 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Jajanan Pasar. Foto: Retno Wulandhari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jajanan Pasar. Foto: Retno Wulandhari/kumparan
ADVERTISEMENT
Toko kue khas Indonesia yang legendaris di Singapura akan menemui akhir dari perjalanannya. Toko yang menjual beragam jajanan pasar khas Indonesia ini telah beroperasi selama 40 tahun. Tahun ini, toko kue legendaris itu resmi akan dijual.
ADVERTISEMENT
Mengutip Mothership, Borobudur Snack and Pastry Shop merupakan toko kue khusus makanan Indonesia yang terletak di Bedok Utara, Singapura. Toko kue ini telah berdiri sejak tahun 1980-an, dimiliki oleh warga Singapura kelahiran Indonesia, Richard Goh.
Shin Min Daily News melansir, salah satu pemilik Simon Tay yang sekarang berusia 74 tahun mengambil alih toko tersebut. Simon menjadi mitra bisnis usaha ini pada tahun 1983. Kemudian, pada tahun 1996 Richard meninggal dan hanya Simon yang mengoperasikan toko ini seorang diri.
Di tahun 2022 ini, Simon menemukan orang lain untuk mengambil alih bisnis kulinernya. Dalam perjanjiannya, toko kue legendaris ini dibanderol dengan harga 4 juta dolar Singapura atau setara dengan Rp 42 miliar. Harga tersebut sudah termasuk toko, pabrik di Mandai Link yang sudah didirikan sejak 2004, dan semua peralatannya.
ADVERTISEMENT
Harga tersebut pun tidak sebanding dengan sejarah toko yang melegenda ini. Pada masanya, toko kue legendaris ini menghasilkan lebih dari 1.000 kue setiap harinya. Kue-kue dari Borobudur Snack and Pastry shop ini juga dikirimkan ke hotel-hotel populer dan toko ritel di Singapura.
"Kami belum menandatangani kontrak. Kami masih mendiskusikan detailnya, tetapi mereka telah belajar membuat kue sejak April. Mereka belajar setahun sebelum siap," kata Simon.
Bagi Simon, toko jajanan pasar ini sudah dia besarkan seperti anaknya sendiri. Walaupun demikian, Simon tidak memiliki pilihan lain selain menjual toko kesayangannya ini. Meskipun sedih, Simon mengaku bahwa dia tidak bisa menemukan pengganti untuk mengambil alih usahanya ini bila tidak dijual.
Penulis: Monika Febriana
ADVERTISEMENT