Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
28 Ramadhan 1446 HJumat, 28 Februari 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Bukan Cuma Enak, 4 Makanan Tradisional Ini Ternyata Ramah Lingkungan!
28 Februari 2025 19:41 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Berbicara makanan tradisional Indonesia, kebanyakan orang langsung terbayang soal cita rasa khas dan resep turun-temurun. Tapi tahukah kamu, di balik kelezatannya, banyak makanan tradisional kita lahir dari prinsip ramah lingkungan? Sejak dulu, masyarakat Indonesia dikenal kreatif mengolah sisa hasil produksi pangan menjadi hidangan baru yang tak kalah nikmat.
ADVERTISEMENT
Alih-alih membuang sisa olahan seperti ampas tahu, kelapa, atau tulang-tulang sisa daging, masyarakat kita memanfaatkannya menjadi makanan khas di daerah masing-masing. Proses ini bukan sekadar hemat bahan, tapi juga bentuk kearifan lokal yang mendukung gaya hidup zero waste. Tanpa disadari, tradisi kuliner seperti ini sudah mencerminkan konsep green initiative yang kini digaungkan di seluruh dunia.
Berikut ini adalah deretan makanan yang terbuat dari sisa olahan makanan.
Oncom
Berdasarkan jurnal dengan judul "Oncom: A Nutritive Functional Fermented Food Made from Food Process Solid Residue" oncom adalah makanan fermentasi yang telah dikonsumsi oleh orang Sunda di Jawa Barat sejak abad ke-17. Oncom dapat diolah menjadi berbagai hidangan, mulai dari lauk seperti pepes oncom hingga snek, keripik oncom.
ADVERTISEMENT
Bahan baku oncom sebagian besar berasal dari limbah hasil pertanian seperti bungkil kacang tanah, limbah padat tapioka, dan ampas tahu (okara). Atau dari sisa produksi tahu yang sudah tidak bermanfaat.
Walaupun terbuat dari limbah, Oncom adalah sumber protein nabati dengan segudang manfaat. Dalam satu bongkah oncom terdapat senyawa bioaktif seperti fitosterol, flavonoid, dan serat larut yang dapat menurunkan kolesterol darah melalui sejumlah proses, seperti mendorong eliminasi asam empedu dan menghambat penyerapan usus.
Tengkleng
Mengutip dari “Culinary Tourism Development Model in Surakarta,” tahun 2018 , tengkleng adalah kuliner asal Surakarta yang terbuat dari tulang dan organ dalam kambing. Sejarah pembuatan hidangan ini dimulai ketika pendudukan Belanda di Surakarta.
Daging kambing biasanya dinikmati oleh bangsa Belanda dan bangsawan pribumi sementara tulangnya dibuang. Lalu masyarakat lokal yang tak dapat membeli daging kambing mencoba mengelola sampah tulang yang dimasak dengan bumbu lokal. Meski hanya tulang, biasanya ada sedikit daging yang menempel.
ADVERTISEMENT
Hidangan olahan dari 'limbah' ini ternyata menjadi bukti kreativitas bangsa Indonesia saat paceklik. Di masa penjajahan bahan pangan sulit didapatkan sehingga 'limbah' turut diolah. Oleh maka dari itu, bumbu yang diramu juga cukup khas dan rumit. Namun, tetap memiliki rasa yang nikmat.
Blondo
Walaupun kurang dikenal oleh masyarakat, blondo merupakan makanan tinggi protein. Salah satu ayam goreng kesukaan Presiden ke-7 Jokowi yang terkenal di Solo nyatanya juga menggunakan bahan ini.
Dalam jurnal milik Prasetya (2019) bahan baku blondo berasal dari sisa produksi minyak kelapa. Dalam pengolahan minyak kelapa murni dengan cara tradisional terdapat residu atau ampas berbentuk gumpalan kecil berwarna coklat. Ampas tersebut ternyata memiliki rasa manis dan gurih, sehingga enak dikonsumsi. Blondo dapat dikonsumsi sebagai lauk langsung dengan nasi hangat atau bumbu pendamping.
ADVERTISEMENT
Tempe Gembus
Tempe gembus adalah salah satu jenis tempe yang banyak ditemukan di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jika di Banyumas tempe ini dikenal dengan nama tempe gajes, sedangkan di Jawa Timur disebut tempe menjes. Bahan pembuatan tempe gembus berasal dari ampas tahu yang dulunya untuk pakan ternak, ikan, hingga untuk membersihkan lantai rumah.
Lalu, sekitar tahun 1943, tempe gembus mulai dikenal masyarakat umum sebab saat itu kekurangan bahan makanan. Tempe ini juga cenderung rendah lemak sedangkan memiliki kadar serat yang tinggi.