Buku Dapur Cokelat Bercerita, Kisah 20 Tahun Bisnis Cokelat Ermey Trisniarty

8 Oktober 2021 17:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ermey, pendiri Dapur Cokelat Foto:  Adisty Putri Utami/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ermey, pendiri Dapur Cokelat Foto: Adisty Putri Utami/kumparan
ADVERTISEMENT
Dapur Cokelat meluncurkan buku betajuk “Dapur Cokelat Bercerita” tepat di ulang tahun yang ke-20. Seperti rasa cokelat, buku ini menceritakan tentang manis dan pahitnya perjalanan toko kue asli Indonesia itu. Uniknya, buku ini juga dilengkapi dengan 9 signature recipes produk mereka.
ADVERTISEMENT
Memperingati perayaan 20 tahun berkarya dalam industri patisserie di Indonesia, Ermey Trisniarty mewakili toko kue tersebut meluncurkan buku yang ditulis oleh Asteria Elanda. Buku ini mengulas perjalanan Ermey dan Dapur Cokelat hingga menjadi toko kue cokelat yang kini dikenal masyarakat.
Hal ini berawal dari kecintaan Ermey saat kecil akan cokelat, ia pun memantapkan diri mengambil jalur pendidikan yang sesuai dengan passionnya. Hingga akhirnya bergabung dengan SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata) DKI Menteng, kemudian menekuni jurusan Bakery and Pastry Production dilanjutkan Management Pattiserie di STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung atau yang lebih dikenal sebagai NHI (National Hotel Institute). Ermey juga konsisten menimba ilmu patisserie ke mancanegara sejak tahun 2005 hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Setelah lulus dari STP Bandung, Ermey berkesempatan bekerja di beberapa perusahaan besar sambil menerima pesanan membuat chocolate praline bersama kakak tercinta, almarhum Gusnidar; yang dikerjakan bersama di dapur rumah. Hingga akhirnya pada tahun 2001, ia memberanikan diri untuk membuka toko cokelat dengan dibantu almarhum Gusnidar dan suaminya, yaitu Okky Dewanto yang kini menjadi Direktur Utama Dapur Cokelat.
Peluncuran virtual buku Dapur Cokelat Bercerita Foto: Dok. Istimewa
Menariknya, nama Dapur Cokelat ini terinspirasi dari konsep yang tak sengaja. Dengan membuat suasana di dalam tokonya seperti halnya ruangan dapur, lengkap dengan furniture kitchen set serta perabot rumah tangga; yang mana ia dapat dari peralatan masak yang sudah tidak terpakai milik Ibunya.
“Pada saat awal buka di tahun 2001, itu dolar meningkat naik. Dan untuk berbisnis pastry, apalagi aku spesifiknya cokelat, butuh peralatan yang memang harus dari luar, nah itu kan tinggi tuh otomatis harganya juga meningkat. Lalu pada akhirnya kita memilih budget yang tinggal sedikit itu kita gunakan untuk promosi," ujar Ermey Trisniarty, Owner Dapur Cokelat di acara Konferensi Pers Virtual “Dapur Cokelat Bercerita” pada Kamis (7/10).
ADVERTISEMENT
Nah, karena kebetulan memang ibuku punya katering untuk makanan dan kue-kue Makassar. Lalu, aku pakai peralatan dapur yang sudah tidak terpakai dan aku tata di tokoku, aku lihatnya, kok kayak dapur ya sudah akhirnya ditambahkan kitchen set yang khusus untuk pajangan dan ternyata bagus. Akhirnya dari situ suamiku memberikan ide untuk membuat nama toko kami jadi “Dapur Cokelat," lanjutnya.
Pada buku ini juga diceritakan bagaimana perjalanan Dapur Cokelat saat mengalami masa pahit dan manis dalam mengukir eksistensi di tengah ketatnya persaingan industri food and beverage Indonesia. Namun ujian itu berhasil dilewati karena kekompakan tim yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh Ermey.
Peluncuran virtual buku Dapur Cokelat Bercerita Foto: Dok. Istimewa
Selain itu, juga bercerita mengenai dua ujian terbesar dalam perjalanan mereka, yaitu fenomena era digital dan terpaan pandemi COVID-19. Dapur Cokelat pun melakukan digitalisasi usahanya dan beradaptasi di era pandemi dengan menciptakan kue baru dengan harga terjangkau, membuat pick-up points, dan menjual adonan premix. Ermey pun juga menjadi lebih dekat dengan konsumen dan aktif menyapa lewat digital events seperti membagikan tips dan trik di live Instagram.
ADVERTISEMENT
Menurut Asteria Elanda, bagian yang paling emosional adalah ketika Ermey mampu mengatasi penipuan, menghadapi persaingan hingga ketika harus berhadapan dengan vonis kanker yang dideritanya sepuluh tahun lalu. Ermey mengaku bahwa berkat dukungan keluarga, terutama suami, anak-anak tercinta, serta tim membuatnya semakin tangguh dan penuh rasa syukur.
Sejalan dengan hal itu dalam konferensi pers virtual Nur Asia Uno juga menambahkan, bahwa Ermey adalah sosok yang dapat dijadikan inspirasi untuk menjadi perempuan tangguh yang mampu mengelola usahanya terutama di masa pandemi ini.
“Dari Ermey ini kita bisa contoh sosok perempuan yang tangguh dan bisa sukses mengelola bisnis tetapi tetap mengutamakan keluarganya. Jadi ibu-ibu pada saat ini kita harus bisa membangun usaha untuk bisa survive, jadi di masa pandemi ini kita harus tetap optimis dan semangat dengan terus berinovasi beradaptasi dengan keadaan perubahan yang terjadi seperti sekarang. Jika usaha kita bangkrut, jangan pernah menyerah. Bangkit terus bangkit lagi, terus kembangkan diri dan terus belajar.” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya mengisahkan perjalanan bisnis kulinernya, buku berformat hard cover yang menampilkan 10 bab ini juga dilengkapi dengan 9 signature recipes produk andalan mereka; yang akan tersedia di semua outlet dan toko buku Gramedia di seluruh Indonesia.