Cara Orang-orang di Zaman Prasejarah Mengawetkan Makanan

7 Mei 2020 18:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mentega dari abad ke 15-16 yang dipajang di Ulster Museum Foto: Bazonka/ Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Mentega dari abad ke 15-16 yang dipajang di Ulster Museum Foto: Bazonka/ Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Selama masa pandemi, banyak orang yang menyimpan makanan dalam jumlah besar, untuk stok selama beberapa hari. Bahan makanan biasanya akan disimpan dalam wadah, lalu dimasukkan ke dalam kulkas atau freezer.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, kualitas makanan akan tetap terjaga, membuatnya tetap segar dan layak konsumsi dalam jangka waktu lama. Untungnya, ada sederet teknologi yang bisa membantu mengawetkan makanan, sehingga kita tak perlu mengkhawatirkan daya tahan makanan.
Tapi, jauh sebelum semua teknologi tersebut ditemukan, kira-kira bagaimana ya cara orang-orang di zaman purba mengawetkan makanan?
Jadi, selama beberapa tahun, arkeolog telah menemukan bukti adanya teknik-teknik pengawetan makanan yang dilakukan pada masa purbakala. Beberapa di antaranya masih dipraktikkan hingga kini; seperti mengeringkan, atau fermentasi.
Proses pengeringan daging di Saskatchewan. Foto: Provincial Archives of Alberta/Wikimedia Commons
Selain itu, ada juga metode kuno seperti memendam bongkahan mentega di dalam rawa gambut. Menariknya, teknik pengawetan makanan purbakala ini mampu membuat bahan makanan bisa bertahan hingga ribuan tahun lamanya.
Dilansir Discovery, metode mengawetkan makanan seperti dikeringkan, diasinkan, diasap, diolah jadi acar, dan disimpan dalam 'kulkas alami' seperti lubang bawah tanah rupanya sudah dilakukan oleh orang-orang ribuan tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, Sami, penduduk asli Skandinavia, biasa memburu rusa di musim gugur dan musim dingin. Kemudian, dagingnya akan dikeringakan atau diasap. Susu difermentasi menjadi keju, sehingga bisa bertahan selama bertahun-tahun.
Penemuan alat-alat untuk mengawetkan makanan di zaman purbakala
Bukti alat-alat yang digunakan untuk mengawetkan makanan ini pun ditemukan oleh para peneliti. Journal of Archaelogical Science tahun 2016 melaporkan, di sebuah situs Swedia yang berusia 8600 hingga 9600 tahun yang lalu, ditemukan semacam lubang berbentuk selokan yang berisi lebih dari 9 ribu tulang ikan.
Menariknya, jenis ikan yang ditemukan dalam lubang tersebut berbeda dengan spesies ikan yang ada di sekitar area situs. Selain itu, ditemukan pula spesies kecoa bertulang belakang yang seperlimanya mengalami kerusakan asam.
ADVERTISEMENT
Disimpulkan, kalau lubang tersebut dulunya digunakan untuk proses fermentasi --yang membuatnya sebagai bukti tertua makanan fermentasi.
Berbagai jenis cabai yang digunakan untuk memasak di zaman Meksiko kuno yang disimpan di Museo Arqueológico de Xochimilco, Meksiko Foto: Celinebj/ Wikimedia Commons
Sebuah studi yang dipublikasikan di Journal of Anthropological Archaeology pada tahun 2019 menemukan, ada lebih dari 10 ribu tulang binatang yang ditemukan di situs berusia 19 ribu tahun di Yordania, Hampir 90 persen dari spesimen tersebut adalah gazelle --sejenis kijang.
Tulang-tulang hewan tersebut ditemukan di samping api unggun dan lubang dengan pasak sedalam 5-10 centimeter, yang kemungkinan memiliki balok penyangga sederhana.
Berdasarkan bukti ini, dan bagaimana tulang-tulang rusa dihancurkan dan dibantai, para penulis menduga bahwa lubang pasak tersebut dulunya adalah rak tempat daging diasap dan dikeringkan.
Tak kalah menarik, sebagian besar makanan yang diawetkan ribuan tahun lalu, masih ada (dan mungkin masih bisa dikonsumsi) sampai sekarang. Ini dibuktikan dengan adanya penemuan 500 blok mentega kuno yang ditemukan dipendam dalam tanah berlumpur di Irlandia dan Skotlandia.
Mentega yang dipendam dalam rawa gambut Foto: Nordic Food Lab/University of Copenhagen
Mentega tersebut diduga dibuat kurang lebih 5 ribu tahun lalu, pada abad ke-18. Orang-orang di wilayah tersebut memendam sejenis mentega asam dan berlemak tinggi di dalam rawa gambut.
ADVERTISEMENT
Para peneliti masih berspekulasi, apakah alasan penguburan mentega tersebut untuk ritual persembahan, penyimpanan, atau peningkatan cita rasa.
Apa pun alasannya, ternyata pertumbuhan mikroba pada mentega jadi terhambat saat dipendam dalam rawa gambut. Sebab, jenis tanah tersebut minim asam dan oksigen. Mentega yang disimpan pun bisa bertahan hingga ribuan tahun.
Arkeolog mengungkapkan, mentega kuno itu secara teori masih bisa disantap, namun tak menyarankan untuk mengonsumsinya.
Wah, ternyata tak cuma menarik, metode menyimpan makanan zaman dulu juga sangat efektif, ya!