Catat! Begini Cara Menanggapi Food Shaming Menurut Para Ahli

6 Desember 2022 8:02 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi food shaming. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi food shaming. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, istilah food shaming atau komentar yang tidak diinginkan dan terkesan menjelek-jelekkan seseorang mengenai makanan, mulai begitu sering dialami oleh banyak orang. Tentu, hal ini akan membuat siapa pun itu, termasuk kamu merasa tidak nyaman bila menjadi sasaran food shaming.
ADVERTISEMENT
Adapun, food shaming ini meliputi hal-hal; seperti komentar mengenai pilihan makanan, porsi, berat badan, hingga asal-usul dari makanan tersebut. Komentar-komentar, seperti “kamu harus mengurangi makan agar tidak terlihat gemuk” memang akan membuat siapa pun merasa tidak nyaman dan gelisah.
Oleh karena itu, mengutip Huffpost ternyata terdapat cara untuk menanggapi berbagai komentar food shaming tersebut. Adapun, cara ini disarankan oleh para ahli dengan mengelompokkan food shaming tersebut menjadi empat skenario; yaitu cara menanggapi komentar tentang berat badan, pilihan diet, porsi, dan asal-usul makanan.
Nah, penasaran cara apa saja yang disarankan oleh para ahli untuk menanggapi food shaming? Yuk, simak informasinya di bawah:

1. Menanggapi komentar tentang berat badan

com-Ilustrasi khawatir tentang berat badan Foto: Shutterstock
Lauren Muhlheim, seorang spesialis gangguan makan dan psikolog di Eating Disorder Therapy LA, mengatakan bahwa, baik itu bertujuan positif maupun negatif, mengomentari berat badan seseorang adalah tindakan yang tidak pantas. Oleh karena itu, Muhlheim menyarankan agar kamu mengalihkan atau menyuruhnya berhenti membahas berat badan.
ADVERTISEMENT
“Katakan ‘aku lebih memilih untuk tidak membahas tubuh atau berat badanku’ atau bisa juga ‘tolong jangan berkomentar tentang berat badanku. Aku merasa tidak nyaman membicarakan hal tersebut’,” saran Muhlheim.
Namun, Muhlheim juga menambahkan bahwa jawaban tersebut bisa saja bergantung pada siapa lawan bicara kamu. Jika kamu merasa dekat dengan orang tersebut, maka menceritakan alasan sesungguhnya bisa menjadi salah satu pilihan.

2. Menanggapi food shaming tentang pilihan pola diet

Ilustrasi food shaming. Foto: Shutterstock
Jika sedang berada dalam sebuah perkumpulan, dan merasa bahwa pilihan pola makan kamu akan memicu komentar tidak diinginkan atau food shaming; maka cobalah berbicara terlebih dahulu dengan sang pembuat acara. Hal ini untuk memastikan bahwa semua orang akan dihormati, terlepas dari pola diet apa pun yang dipilih.
ADVERTISEMENT
“Penting untuk diingat bahwa kamu berhak atas makanan apa pun yang kamu inginkan. Demikian pula, kamu berhak memesan makanan vegan daripada hidangan lainnya, bila kamu memang seorang vegan. Orang lain tidak punya hak untuk menilai kamu atas pilihan makananmu,” tegas Muhlheim.

3. Menanggapi food shaming tentang porsi makan

Ilustrasi porsi makanan terlihat lebih sedikit Foto: Shutter Stock
Amanda Frankeny, ahli diet terdaftar dan direktur program Food Dignity Movement, mengatakan bahwa banyak atau sedikitnya makanan yang seseorang ambil adalah preferensi setiap individu. Lebih lanjut, porsi makan juga dipengaruhi oleh beberapa hal; seperti hormon, aktivitas, kesehatan, usia, dan suasana hati.
Namun, terkadang ketika mengambil terlalu banyak atau sedikit, ada teman dan anggota keluarga yang justru berbicara seolah-olah menghakimi porsi makan kamu. Tentu, dalam posisi tersebut kamu akan mulai merasa gelisah dan tidak nyaman.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, cobalah berani untuk mengatakan “aku tidak ingin membicarakan hal ini denganmu”, atau pada saat tertentu bisa juga mengatakan “terima kasih atas perhatiannya, tetapi ini adalah makananku”.

4. Menanggapi komentar tentang asal-usul makanan

Ilustrasi makanan mahal. Foto: Dovzhykov Andriy/Shutterstock
Komentar tidak menyenangkan terakhir yang sering dilontarkan adalah mengenai asal-usul sebuah makanan; antara dibeli di toko dengan yang dibuat sendiri di rumah. Menurut Frankeny, tidak semua orang beruntung dalam hal ekonomi untuk membeli makanan di toko, atau fisik mumpuni untuk menyiapkan hidangan buatan sendiri. Namun, salah satu dari keduanya kerap kali malu untuk membawa makanan tersebut ke dalam pertemuan.
“Terkadang orang yang membawa makanan-makanan ini bisa merasa, seperti mereka akan lari dari jalan bahkan sebelum sampai ke pertemuan (untuk makan),” ujar Frankeny.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, sebaiknya kamu menceritakan mengenai kegelisahan kamu antara membeli makanan di toko atau membuatnya di rumah, dengan salah satu orang terdekat. Dengan begitu, kamu akan mendapatkan berbagai masukkan, dan menjadi lebih percaya diri agar terhindar dari beragam komentar tidak diinginkan, ketika membawa makanan ke sebuah pertemuan.
Nah, itulah cara menanggapi food shaming menurut para ahli, yang telah disesuaikan dengan jenisnya. Oleh karena itu, jika kamu pernah menjadi dan agar tidak ada korban lainnya, maka bisa mencoba saran-saran tersebut. Akan tetapi, meskipun kamu merasa tidak nyaman bila menjadi korban food shaming, tetap harus menanggapinya dengan bahasa dan tindakan yang sopan, ya.
Penulis: Riad Nur Hikmah