Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cegah Obesitas dengan Konsumsi Kacang Kedelai Secara Teratur
25 April 2018 16:02 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan, obesitas menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang semakin mengkhawatirkan. Tak peduli jenis kelamin atau pun usia, tingkat penderita obesitas di berbagai negara kini semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Menurut WHO (World Health Organization), sebanyak 65% penduduk dunia berstatus overweight atau kelebihan berat badan, tak terkecuali di wilayah Indonesia. Jumlah ini bahkan lebih tinggi dibandingkan penderita gizi buruk yang ada di berbagai belahan dunia.
"Hampir di seluruh wilayah Indonesia mengalami kenaikan penderita obesitas karena perubahan pola makan dan aktivitas. DKI Jakarta menempati urutan pertama sebagai kota dengan kenaikan obesitas tertinggi," ujar Prof. Dr. Made Astawan, ahli gizi dan kedelai IPB (Institut Pertanian Bogor) saat ditemui kumparan (kumparan.com) di The Hook Restaurant, Jakarta Selatan (25/4).
Obesitas juga menjadi gerbang datangnya berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga radang persendian. Namun, risiko terkena obesitas ternyata dapat dikurangi dengan mengkonsumsi beberapa makanan yang rendah lemak, salah satunya adalah kacang kedelai.
Tak hanya lezat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti tempe, tahu, tauco, hingga snack bar, makanan berjenis polong-polongan ini ternyata dapat dimanfaatkan sebagai alternatif menu sarat gizi untuk mencegah obesitas. Di dalam kacang kedelai, terkandung nutrisi baik seperti lemak tak jenuh, serat, hingga protein.
ADVERTISEMENT
Prof. Dr. Made Astawan menjelaskan bahwa serat pangan di dalam kedelai membuat proses pencernaan menjadi lebih lambat sehingga perut akan terasa kenyang lebih lama.
"Serat pangan tidak mudah dicerna oleh tubuh, sehingga akan masuk di usus besar yang menyebabkan rasa penuh di perut bertahan lebih lama," tambahnya.
Tak hanya itu, IG (Indeks Glikemik) karbohidrat yang rendah pada kacang kedelai, yaitu hanya 16, juga dapat mengontrol nafsu makan. IG sendiri merupakan skala angka yang menunjukkan kecepatan makanan dalam menaikkan gula darah.
Skala IG yang tinggi pada makanan yakni >70 akan menyebabkan perut lebih cepat lapar karena proses penyerapan gula yang cepat. Sebaliknya, skala IG yang semakin rendah akan membuat proses pembakaran gula menjadi energi menjadi lebih lambat. Hal ini akan membuat lemak di dalam tubuh lebih banyak dirubah menjadi energi sebagai pengganti gula sehingga bobot tubuh pun lebih stabil.
ADVERTISEMENT
"Karbohidrat dan glukosa akan dilepaskan secara perlahan-lahan sehingga badan tetap bugar meskipun tidak terlalu banyak makan," kata Prof. Made Astawan.
Satu lagi keunggulan kacang kedelai yang dapat dimanfaatkan sebagai sajian pencegah obesitas, yaitu adanya kandungan protein yang tinggi yakni sekitar 18% di dalam kedelai dapat mengontrol kolesterol di dalam tubuh.
Saat masuk ke dalam tubuh, protein yang mengandung isoflavon akan menurunkan kadar LDL atau kolesterol jahat yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti obesitas dan serangan jantung. Selain itu, isoflavon juga dapat menurunkan risiko kematian akibat kanker.
Meski mengandung segudang manfaat yang dapat menurunkan bobot tubuh berlebih, proses pemasakan kedelai harus sangat diperhatikan. Proses pengolahan yang kurang tepat dapat merusak nilai gizi di dalam kacang kedelai.
ADVERTISEMENT
Prof. Made Astawan juga menyarankan untuk memasak kedelai hingga benar-benar matang sebelum disajikan. Proses pemanasan akan menurunkan komponen non gizi sehingga lebih mudah dicerna dan diserap oleh tubuh.
Namun, menggoreng olahan kedelai terlalu lama dapat meluruhkan lemak tak jenuh dan menggantinya dengan minyak jenuh yang kurang baik bagi kesehatan. Karenanya, perhatikan suhu memasak kacang kedelai secara seksama agar tak menghilangkan nilai gizinya.