Cengkeh Afo and Gamalama Spices, Berdayakan Rempah Tertua Nusantara

16 Oktober 2019 15:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rempah-rempah Indonesia Foto: Safira Maharani/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rempah-rempah Indonesia Foto: Safira Maharani/ kumparan
ADVERTISEMENT
Nusantara telah lama dikenal sebagai negeri penghasil rempah-rempah. Saking berharganya, komoditas tersebut sempat menjadi harta karun yang diperebutkan oleh bangsa Eropa seperti Portugis dan Belanda.
ADVERTISEMENT
Tak semata menjadi penambah rasa, melalui rempah, kita bisa mempelajari Indonesia lebih dalam. Ia menjadi pintu masuk untuk memahami bahwa Nusantara terbentuk dari pertukaran budaya yang telah terjadi dari masa ke masa.
Salah satu jenis rempah yang berharga tinggi adalah cengkih. Pada masa itu, cengkih dipakai sebagai penyedap rasa, bumbu masakan, kosmetik hingga obat-obatan.
Meski kemasyhuran rempah ini masih kekal hingga sekarang, tapi mungkin tak banyak yang tahu, bila pohon cengkih tertua di dunia ada di Ternate, Maluku Utara. Wilayah tersebut bahkan menjadi titik nol rempah-rempah dunia.
Sayangnya, kawasan tumbuhnya cengkih Afo sempat terbengkalai dan tak terurus. Bahkan naasnya, generasi pertama dari cengkih Afo dibiarkan mati begitu saja.
ADVERTISEMENT
Hingga akhirnya, Kris Syamsudin menginisiasi untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai destinasi wisata, sekaligus warisan budaya Nusantara. Menggandeng masyarakat lokal yang tinggal di sekitarnya, terbentuklah Cengkeh Afo and Gamalama Spices, yang kini berperan penting untuk melestarikan rempah asli Maluku Utara ini.
Bersama puluhan ibu-ibu dan sejumlah masyarakat lainnya, Kris memperkenalkan rempah asli Maluku Utara melalui berbagai hidangan nikmat dan sebuah project destinasi wisata.
Untuk menelisik perjalanan rempah tertua di dunia ini, kami pun berbincang bersama Kris Syamsudin, founder Cengkeh Afo and Gamalama Spices. Simak obrolan kami selengkapnya berikut ini:
Rempah-rempah Indonesia Foto: Safira Maharani/ kumparan
Boleh diceritakan sedikit mengenai Cengkeh Afo yang ada di Maluku Utara?
Jadi, Cengkeh Afo itu adalah cengkih yang tertinggal sendiri, bergerilya di hutan rempah-rempah di Gunung Gamalama. Pada saat itu, VOC membumi hanguskan seluruh cengkih dan pala yang ada di sana, karena mereka tidak ingin ada pihak lain yang memonopoli rempah-rempah.
ADVERTISEMENT
Jadi semuanya ditebang, dibuang ke laut. Tapi mereka lupa, ada satu pohon yang tersisa. Nah, itulah yang bergerilya. Cengkih Afo yang tertua berusia 416 tahun. Tapi itu sudah mati, tinggal generasi yang ketiga sekarang, usianya 250 tahun.
Bagaimana awal mula terbentuknya komunitas Cengkeh Afo and Gamalama Spices (ACGS)?
Jadi, cengkih Afo itu adalah cengkih tertua di dunia, dan sempat terbengkalai. Lalu aku datang, aku mengajak mereka semua, dan yang paling bersemangat adalah ibu-ibu ini dan sejumlah masyarakat yang lain. Akhirnya, kita bikin satu komunitas, kita jadikan tempat itu sebagai destinasi wisata.
Kita mengedukasi mereka dengan nama rempah-rempah, dan kegunaannya apa. Bahkan ada paket anak sekolah untuk belajar tentang rempah-rempah. Kita mengedukasi orang-orang untuk lebih eksplorasi tentang rempah-rempah Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini, sudah berjalan sampai 1,5 tahun dan kunjungannya sudah lebih dari 30 ribu orang. Selain menjaga konservasi hutan rempah-rempah, ibu-ibu ini juga ingin menginisiasi satu menu, menu rempah-rempah yang bisa dipersembahkan buat wisatawan.
Mereka menahan orang lebih lama berada di situ, dengan mengubah destinasi menjadi lebih enak dilihat.
Bagaimana cengkih Afo memberdayakan masyarakat lokala?
Sampai saat ini, pengunjung (wisatawan) sudah lebih dari 35 ribu, dan jumlah ibu-ibu yang tergabung dalam komunitas CAGS ada 32 orang. Ada juga anak-anak muda, semuanya ikut kita libatkan.
Ada juga bapak-bapak, mereka bertugas memainkan musik tradisional. Jadi, para tamu dihibur dengan budaya lokal dan disajikan aneka makanan rempah.
Untuk bahan baku makanan, kita juga menggunakan ayam organik. Seluruh masyarakat kita gilir untuk berkontribusi menjual ayam ke kita. Begitu juga dengan sayur-sayuran, mereka tanam sendiri di kebun mereka dan nanti dipanen, lalu kita beli dari mereka.
ADVERTISEMENT
Sedapat mungkin, kita menggunakan seluruh material yang ada di lokasi Cengkeh Afo itu.
Masakan khas Maluku Utara Foto: Safira Maharani/ kumparan
Resep makanannya berasal dari mana?
Menu-menu tersebut adalah menu orisinal, autentik dari orang tua mereka. Jadi dulu kan mereka tinggalnya di gunung, untuk dapat beras kan susah, jadi mereka makannya singkong yang dipadukan dengan kelapa, lalu dibakar.
Peralatan masaknya juga, menggunakan bambu lalu dibakar. Nah, kebiasaan itu lama tak dilakukan dan akhirnya kita angkat kembali sebagai bagian dari budaya.
Nah, menu-menunya, menu-menu orangtua mereka juga, hanya agak kita modifikasi dengan rempah-rempah, dengan cita rasa yang berbeda.
Singkong parut kelapa Foto: Safira Maharani/ kumparan
Ciri khas masakan Maluku Utara?
Cita rasanya lebih ke rempah, karena ada cengkih, pala, kayu manis, juga ada kecombrang. Dan, ada yang paling utama adalah kenari.
ADVERTISEMENT
Karena kenari itu adalah rempah-rempah yang sangat khas, berasal dari Pulau Makian, salah satu pulau di Halmahera Selatan. Rasanya juga lebih spicy, salty, dan sedikit sweet.
Menu apa saja yang biasanya disajikan dalam pengenalan Cengkeh Afo ke publik?
Yang jelas semuanya berbumbu dasar rempah-rempah. Ada tuna asap rempah-rempah. Lumbung tuna Indonesia kan ada di Maluku Utara, di Morotai, jadi kita sajikan tuna rempah yang berasal dari sana.
Kemudian, ada ikan kerapu yang dimasak dengan kenari. Ada juga sayur lilin yang terbuat dari telur tebu dan disajikan bersama tuna juga. Ada ikan teri yang dimasak bersama bawang putih dan rempah juga.
Manisan pala Foto: Safira Maharani/ kumparan
Untuk minumannya kita sajikan sirup pala, kopi, dan teh rempah. Ada singkong yang diberi parutan kelapa dan rempah-rempah, lalu dimasukkan ke dalam bambu dan dibakar. Ini adalah makanan pokok di Maluku Utara pada masa itu.
ADVERTISEMENT
Yang tak kalah unik, manisan pala, camilan sehari-hari di Maluku Utara. Dibuat dari daging pala, terus direbus bersama air dan gula sesuai takaran.
Bagaimana rempah-rempah mengubah peran perempuan di Maluku Utara?
Para perempuan di sana akhirnya hidup dengan menggunakan rempah-rempah di lingkungan mereka. Artinya mereka sudah menjadi ikon bagi perempuan-perempuan di negeri kepulauan. Bisa menginisiasi suatu perubahan, peningkatan ekonomi, dan menjadi contoh bagi yang lain.
Mereka mau, usaha mereka itu bisa menduplikasi atau memberikan inspirasi bagi perempuan lain.