Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Cerita Para Chef Indonesia yang Terlibat Acara Jamuan Makan KTT G20 di Bali
17 November 2022 17:46 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Rupanya, di balik acara makan-makan yang digelar pada setiap sesinya, sosok pakar kuliner Indonesia , William Wirjaatmadja Wongso atau yang akrab disapa William Wongso, menjadi Culinary Advisor untuk G20 yang men-highlight setiap kualitas dari cita rasa hingga bahan makanan yang digunakan untuk sajian acara berskala internasional itu.
Tak hanya itu, khususnya pada acara makan-makan yang berlangsung tanggal 15 dan 16 November; William Wongso bertugas memberikan arahan kepada seluruh tim kuliner G20. Laki-laki dengan pengalaman puluhan tahun di dunia kuliner tersebut, harus memastikan setiap makanan yang tersaji sudah sesuai dengan standar serta kesepakatan dengan pemerintah.
“Ini memang sudah dirancang dan dibahas sejak Februari tahun ini, dengan Setneg (Sekretaris Negara) dan Kemlu (Kementerian Luar Negeri). Pilihan-pilihan makanannya yang terpenting harus sesuai dengan standar food safety (keamanan pangan) yang mengacu pada tolok ukur sajian presiden,” terangnya kepada kumparanFOOD, Kamis (17/11).
Tak, hanya William Wongso, sederet chef Indonesia ternama, hingga culinary storyteller Ade Putri Paramadita juga turut terlibat dalam pelaksanaan makan-makan di KTT G20.
ADVERTISEMENT
Lantas, seperti apa cerita selengkapnya dan kesan mereka yang terlibat dalam jamuan ini? Mari simak, bincang-bincang kami dengan mereka di bawah ini:
William Wongso, Culinary Advisor G20
Laki-laki kelahiran Malang, 12 April 1947 ini mengisahkan kepada kami bahwa setelah menemui kesepakatan dengan pihak pemerintah Indonesia, akhirnya mereka menemukan tema utama untuk puncak acara jamuan makan G20 bertajuk gala dinner itu.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, William Wongso memaparkan proses rancangan jamuan G20. Dimulai dari proses food testing; semua bahan masakan yang harus lulus uji Paspampres masing-masing negara. Kemudian mencocokan dengan daftar bahan makanan yang tidak boleh dan tidak lazim untuk dimakan, serta harus Halal dan tidak pedas.
Tak hanya itu, William Wongso juga merancang menu yang terbagi menjadi sajian vegetarian dan non-vegetarian. Dia juga harus memastikan setiap makanan tidak mengandung bahan alergen agar aman dikonsumsi oleh para tamu kepala negara dan perwakilannya yang hadir dari 17 negara tersebut.
“Contohnya ada yang vegetarian tapi tidak boleh ada aneka macam kacang. Bisa ada yang alergi makanan laut, seperti ikan misalnya atau ada yang tidak boleh makan dengan bahan makanan yang dicabut dari tanah. Nah semua itu kita rangkum yang dalam pelaksanaannya memang agak pelik,” ujarnya.
William Wongso merancang menu penyambutan makan siang dan makan malam atau gala dinner dalam bentuk set menu. Misalnya, pada set menu untuk gala dinner untuk menu non-vegetarian; terdiri dari appetizer berupa hidangan rujak Bali dengan scallop, soft chell crab, dan bakwan jagung ala Manado.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada hidangan utama bertema Nusantara, tersaji daging wagyu asal lampung yang dimasak bumbu rendang, lalu baby carrot dengan saus salsa gaya Likupang (Sulawesi Utara). Sebagai makanan penutup bertema Nusantara Delight, ada sajian Aceh chocolate mousse dengan sentuhan cita rasa mangga serta kelapa.
Sementara, pada menu vegetarian, makanan pembuka atau appetizer sama dengan non-vegetarian. Namun untuk hidangan utama, protein pada sajian rendang diganti dengan nangka, lalu ada tempe dengan saus salsa gaya Likupang (Sulawesi Utara). Sedangkan dessert-nya sama, yakni sajian Aceh chocolate mousse.
Laki-laki berusia 75 tahun itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar makanan menggunakan bahan-bahan lokal. Dan, disajikan dalam piring dengan desain khusus karya brand homeware asal Bali, Jenggala. Semisal piring putih dengan desain batik dan lambang burung garuda.
ADVERTISEMENT
Dalam acara jamuan ini juga melibatkan 250 orang server atau pramusaji, yang sudah mengikuti pelatihan sebelumnya, agar bisa mengantarkan makanan sesuai daftar tamu VVIP hingga VIP yang hadir dalam gala dinner.
Dalam merancang acara makan malam berskala internasional ini bukan kali pertama dilakukan oleh William Wongso, namun dirinya merasa acara ini menjadi berbeda lantaran dia harus merancang menu makanan untuk petinggi dari negara-negara besar.
ADVERTISEMENT
Ade Putri Paramadita, Supervisor Gala Dinner G20
Ade Putri Paramadita terkenal sebagai Culinary Storyteller asal Indonesia yang kerap membagikan kelezatan makanan melalui kata demi kata nan menggugah selera. Tidak hanya piawai menulis, Ade Putri juga memiliki peran penting dalam acara spesial Gala Dinner G20 di Bali.
Keterlibatan Ade Putri rupanya telah dimulai sejak bulan Februari silam, di mana dia sudah mulai mencari supplier untuk hidangan yang akan disajikan pada malam spesial ini. Dia turut hadir sejak awal pembahasan mengenai acara makan malam spesial ini.
Ade Putri juga terlibat langsung dalam rapat yang dilakukan oleh William Wongso dan Setneg. Baik itu dari pemilihan piring, desain, dan berbagai persiapan lainnya untuk menyambut para kepala Negara dalam event terbesar di tahun ini.
ADVERTISEMENT
Bertugas sebagai Supervisor, Ade Putri memegang peran dalam pengawasan produksi makanan sesuai dengan protokoler yang harus dipatuhi. Apalagi acara ini melibatkan banyak kepala Negara. Dalam pelaksanaanya, Ade bercerita bahwa William Wongso sakit setibanya di Bali. Sehingga terjadi penambahan personel dengan melibatkan chef profesional seperti chef Arnold Poernomo, chef Maxie Millian, dan lainnya.
Pagelaran malam gala dinner terkenal akan kemewahan dan kemegahan penampilan berbagai macam tari di atas panggung. Rupanya, persiapan yang tidak kalah matang juga dilakukan dalam penyajian makanan di malam spesial ini. Ade Putri bercerita bahwa penyajian makanan pun berbeda dari biasanya.
“Jadi penyajian pun tidak semudah biasanya. Karena dari sayap kanan dan sayap kiri datangnya maunya keluar bareng dan waktunya bersamaan. Waktu GR juga tidak hanya show yang dilakukan oleh mas Tama (Wishnutama). Tetapi juga GR bagaimana mereka yang meletakkan makanan itu barisnya dan waktunya samaan. Mulai dari ambil piring, menaruh piring, dan lainnya,” tutur Ade Putri kepada kumparanFOOD.
Ade Putri juga menceritakan kisah menarik, yakni adanya perubahan menu pada H-1 acara. Perubahan tersebut terjadi pada menu utama yaitu Nusantara, yang mana seharusnya hidangan ini menyajikan nasi, tetapi kemudian digantikan oleh singkong.
ADVERTISEMENT
Perubahan menu nasi menjadi singkong merupakan instruksi dari presiden Joko Widodo. Hal tersebut diungkapnya bukan menjadi sesuatu yang mudah dan cepat karena harus mencari bahan baku singkong untuk diolah.
“Untungnya yang dipekerjakan adalah chef profesional dan berpengalaman, ya. Bukan cuma jago masaknya, tetapi mengerti ketika harus ada perubahan tambahan atau ada alat-alat yang harus disediakan. Jadi semuanya mengerahkan yang terbaik,” katanya.
Terlibat dalam menyajikan sekitar 400 porsi dan 72 porsi untuk gala dinner menjadi pengalaman yang sangat berharga bagi Ade Putri. Sering berlalu-lalang di dapur baik itu hotel maupun restoran. Ade Putri menceritakan hal yang belum pernah dia temukan serta kesan terlibat langsung dalam acara terbesar ini.
ADVERTISEMENT
Reporter: Monika Febriana