news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Daging Nabati, Trendi tetapi Sulit Ditoleransi

15 Oktober 2019 17:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi burger vegetarian Foto: dok.shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi burger vegetarian Foto: dok.shutterstock
ADVERTISEMENT
Makanan berbasis nabati semakin menjamur saja; membuat mereka yang vegetarian dan vegan kian punya banyak pilihan. Gelombang tren makanan 'daging tanpa daging' ini tak disangka begitu cepat. Dirasa lebih baik karena menyehatkan, dan mampu menyelamatkan kehidupan ratusan atau bahkan ribuan hewan di peternakan.
ADVERTISEMENT
Tapi apakah semudah itu, daging nabati bisa diterima para penikmat makanan? Karena beberapa orang saja pernah mengaku sulit mentolerir makanan tanpa gurihnya daging. Apalagi bagi mereka yang begitu menyukai burger, steak, atau bahkan pegiat diet keto sekalipun.
Namun di sisi lain, meski sulit ditoleransi, daging nabati kini pilihannya makin banyak. Beberapa produsen atau bahkan restoran malah memfokuskan konsep menu mereka ke arah vegetarian maupun vegan. Seolah membawa daging sehat ini ke arah yang lebih trendi, lebih modern.
Mengubahnya menjadi sebuah tren baru memang jalan yang paling cepat. Tertarik ataupun tidak, beberapa orang akhirnya terbawa rasa penasaran karena pengarahan dari sebuah tren. Akhirnya, membuat mereka kini mau mencoba, setidaknya mencicipi sekali saja. Ada yang bertahan mengikuti tren makan sehat ini, namun adapula yang akhirnya merasa tren ini sulit ia toleransi.
ADVERTISEMENT
Kontroversi hadirnya makanan daging nabati ini justru menjadi tantangan bagi para penyedia makanan sehat. Merek-merek baru terus bermunculan di pasaran, membuat konsumen goyah. Misalnya saja merek Beyond Meat dan Impossible Food yang menjamur di Amerika Serikat.
Mengutip dari Vox, Beyond Meat selalu menarik perhatian masyarakat dengan menyajikan produk-produk lezat. Bahkan ia menawarkan produknya untuk juga dipakai di restoran ternama --termasuk restoran fast food-- dan supermarket besar.
Misalnya saja, produknya hadir sebagai salah satu menu spesial di restoran waralaba KFC di Atlanta. Menu tersebut laiknya chicken bucket KFC, namun menggunakan daging nabati dan yang mengejutkannya bisa terjual dengan cepat. Membuat antrean mengular menjadi pemandangan hari-hari di KFC Atlanta.
ADVERTISEMENT
Pesaingnya, Impossible Food, justru mencoba menggandeng Burger King dengan menyajikan 'Impossible Whopper.' Meskipun rupanya, melansir dari Today, burger andalan Burger King itu tak 100 persen vegan. Hanya saja menawarkan opsi protein dari sumber lain; bukan daging sapi melainkan dari kedelai.
Uniknya, burger ini seolah membawa tren baru. Ini terbukti dari penjualannya yang laris di hampir 7.000 cabang Burger King di seluruh dunia. Rupanya ini juga menarik pemain restoran fast food lain yang tak mau ketinggalan tren.
Bulan lalu, McDonald's turur mengumumkan akan menguji Beyond burger di Kanada. Di Eropa, restoran ini bahkan telah merilis burger McVegan dan McNuggets vegan.
Sementara di Indonesia, tren makanan sehat sudah menggoyahkan masyarakat sejak beberapa tahun belakangan. Daging nabati mudah ditemukan di beberapa restoran vegetarian atau vegan. Bahkan katering-katering makanan sehat memberi penawaran paket berikut program dietnya.
ADVERTISEMENT
Ini rupanya juga dibeberkan healthy chef Reza Mahani, di awal tahun ini. Ia memprediksikan salad menjadi hidangan sehat yang populer di tahun ini. “Untuk salad sebenarnya kita juga sudah terpenuhi (asupan nutrisinya) dari segi karbohidrat, protein, serta nabati dari tumbuhannya kita sudah dapat,” jelas healthy chef tersebut saat ditemui kumparan beberapa waktu lalu.
Menjelang akhir tahun 2019, layanan antar makanan GoFood juga memasukkan salad ke dalam prediksi makanan rumahan yang masih menjadi tren. Bahkan masuk dalam daftar makanan dengan jumlah transaksi terbanyak.
Kini, tinggal menunggu waktu saja, akankah restoran cepat saji dan retail lainnya di Tanah Air turut menjual produk vegetarian dan vegan seperti di Amerika Serikat? Dan, apakah kamu akan mentolerir serta mengikuti tren makan 'daging tanpa daging'?
ADVERTISEMENT