Dakgalbi, Sajian Khas Korea Selatan yang Penuh Cerita Bersejarah

14 Oktober 2018 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan khas Korea Selatan, Dakgalbi. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Makanan khas Korea Selatan, Dakgalbi. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Korea Selatan dikenal memiliki variasi makanan setempat yang beragam. Yang menjadi ciri khas dari kebanyakan menu asal negeri K-Pop ini adalah, selalu adanya campuran protein dan sayur mayur di dalamya. Termasuk pada salah satu menu khas, Dakgalbi.
ADVERTISEMENT
Dakgalbi sendiri dalam Bahasa Inggris disebut pan fried spicy chicken, atau ayam yang dimasak di atas loyang datar dengan diameter tertentu, dan rasanya sedikit pedas. Suguhan ini ternyata memiliki sejarah panjang, yang berkaitan dengan zaman perang Korea di masa lampau.
Di masa perang dulu, Dakgalbi merupakan sajian berbahan dasar daging babi. Namun akibat perang, daging babi menjadi langka dan sekitar tahun 1960-an, restoran di wilayah Chuncheon, di provinsi Gangwon, mengganti daging babi dengan daging ayam.
"Karena daging babi langka, mereka menggantinya dengan daging ayam. Ide ini ternyata sangat bagus, karena lebih murah, dan sajiannya tetap enak," ungkap Choi Sharon, tour guide dari Korean Tourism Organization, saat menemani tim kumparanFood menjelajahi kota Chuncheon.
ADVERTISEMENT
Sejak saat itu, suguhan Dakgalbi dengan daging ayam pun menyebar, khususnya di kota Chuncheon. Restoran yang khusus menyajikan Dakgalbi pun menjamur, terutama di dekat pasar tradisional Chuncheon, yang dikenal dengan nama Romantic Market.
Restoran yang menyajikan Dakgalbi, di Chuncheon. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Restoran yang menyajikan Dakgalbi, di Chuncheon. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Para pengunjung akan ditempatkan di meja makan, atau bisa juga memilih duduk lesehan. Di tengah meja, disediakan sebuah loyang dengan diameter tertentu yang dipanaskan saat pengunjung datang.
Setiap menunya pun beragam, ada Dakgalbi ayam dengan tulang, atau Dakgalbi ayam tanpa tulang. Dalam satu nampan besar, terdapat daging ayam yang sudah diberi bumbu (biasanya bumbu cabai khas Korea Gochujang), kol, daun bawang, tteokbokki, juga ubi manis.
Pelayan restoran akan membantu pembeli untuk memasak Dakgalbi yang mereka pesan. Sembari menunggu, mereka juga akan menyajikan banchan, yaitu makanan pendamping berupa kimchi, acar, dan masih banyak lagi.
Para pengunjung menikmati sajian Dakgalbi. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pengunjung menikmati sajian Dakgalbi. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Setelah Dakgalbi dimasak 15-20 menit, pengunjung bisa langsung menikmati suguhan daging ayam yang lezat. Daging ayamnya sendiri sangat empuk dan juicy. Potongan kol dan ubi manis menjadi pelengkap yang ternyata sangat sedap dimakan bersamaan.
ADVERTISEMENT
Jika dirasa kurang pedas, pelayan juga akan memberikan bumbu tambahan. Selain itu, disediakan pula sayuran mentah seperti lalapan, berupa daun selada, daun perilla (daun wijen muda), juga bawang putih mentah.
Pengunjung bisa menikmati bentuk lain dari Dakgalbi dengan menaruh daging ayam pada daun selada atau perilla. Ditambah bawang putih dan sedikit bumbu Gochujang, membuat rasa dari Dakgalbi begitu lezat dan segar.
Sajian Dakgalbi yang belum dimasak dalam loyang besar. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sajian Dakgalbi yang belum dimasak dalam loyang besar. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Satu nampan besar Dakgalbi ini bisa untuk dinikmati bersama 4-5 orang. Yang menarik setelah Dakgalbi ini hampir habis, pelayan akan memberikan tambahan nasi putih ke dalam loyang, dan mengaduknya hingga rata. Nasi ditekan-tekan pipih, dan didiamkan hingga bagian bawahnya sedikit mengerak. Kelezatan nasi kerak dengan daging ayam yang masih empuk.
Sajian Dakgalbi yang diberi nasi putih. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sajian Dakgalbi yang diberi nasi putih. (Foto: Niken Nurani/kumparan)
Bagaimana, tertarik untuk menyantap Dakgalbi?
ADVERTISEMENT