Desiree Sitompoel, Berburu Cangkir Teh Antik Berusia Ratusan Tahun

28 September 2018 20:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekilas, cangkir teh memang terlihat sepele, tak ubahnya seperti peralatan dapur yang berfungsi sebagai tempat menyesap minuman. Dalam sudut pandang yang berbeda, ia jauh lebih dari itu. Bukan sekadar perabot rumah tangga, cangkir teh adalah sebuah karya seni yang mengagumkan.
ADVERTISEMENT
Keindahan yang dihasilkan dari detil lekuk dan motif yang tertuang di permukaan cangkir, tak ubahnya sebuah lukisan yang digoreskan pada media berbeda. Itulah yang membuat Desiree Sitompoel, seorang pelukis yang juga kolektor cangkir teh jatuh cinta terhadapnya.
Bahkan, galeri yang berlokasi di halaman belakang rumah tinggalnya tersebut kini telah dipenuhi oleh ribuan cangkir teh antik berusia ratusan tahun.
Saat kumparanFOOD berkesempatan untuk mengunjungi galerinya yang berlokasi di daerah Pangeran Antasari, Jakarta Selatan, kami langsung disambut oleh sederet cangkir teh nan cantik yang tersusun rapi menghiasi rak kaca. Ribuan cangkir teh tersebut berhasil ia dapatkan saat berburu tiap kali bepergian ke luar negeri.
Ya, ibunda dari musisi Bams 'ex-Samsons' ini memang selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi pasar antik ketika sedang traveling.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Ketertarikannya terhadap cangkir teh ternyata sudah tumbuh sejak sepuluh tahun lalu. Ia bahkan telah 'berkenalan' dengan keindahannya sejak masih kecil. Kala itu, ibunda Desiree selalu membawa oleh-oleh cangkir teh yang dibeli acap kali datang dari luar negeri. Hingga kini, istri dari pengacara kondang Hotma Sitompoel ini pun tak bisa lepas dari candu cangkir teh antik, terutama yang sarat akan gaya vintage.
ADVERTISEMENT
Kecintaannya terhadap cangkir teh ternyata membuka jalan baru baginya. Dari yang awalnya hanya mengoleksi cangkir teh untuk kesenangan saja, kini namanya telah dikenal di kalangan para kolektor. Bukan itu saja, ia pun membuka bisnis penjualan cangkir antik yang dinamainya 'Mamitoko'.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Lewat Mamitoko, nama Desiree sebagai kolektor cangkir teh antik semakin tersiar. Bahkan, ia juga telah meluncurkan sebuah buku berjudul 'SophisTeacation' yang berisi tentang seluk beluk tea cup. Tak sampai disitu, ibu yang juga memiliki usaha lukisan tersebut memiliki 'lini' produk tehnya sendiri yang diracik sesuai dengan kepribadiannya.
Ingin tahu kisah lengkap bagaimana kisah Desiree Sitompoel yang jatuh hati dengan cangkir teh, hingga perburuannya di pasar antik London? Mari simak obrolan singkat kumparanFOOD bersama beliau berikut ini:
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Sejak kapan mulai jatuh cinta dengan cangkir teh?
ADVERTISEMENT
Sudah mengenal tea cup sejak 10 tahun yang lalu. Nah tadinya cuman koleksi aja, tetapi karena banyak teman yang bertanya tentang cangkir teh, dari mana asalnya, bagaimana sejarahnya, akhirnya saya bikin buku tentang cangkir yang berisi mengenai sejarah, cara mendapatkan, cara merawat, hingga cara display cangkir teh agar terlihat menarik.
Selain itu, sedari kecil ibu saya juga suka koleksi tea cup, jadi saya sudah diperkenalkan sejak kecil, tiap ke luar negeri pasti dikasih oleh-oleh tea cup. Setelah dewasa, ternyata baru menyadari kecantikan dari tea cup.
Apalagi, di cangkir teh vintage yang berusia 100 tahun ke atas, banyak yang motifnya hand painted. Wah, cantik juga ya ternyata lukisan di cangkir itu. Entah dari detailnya, bentuknya, lekuknya, cangkir jaman dahulu itu modelnya beda banget dengan cangkir modern. Itu yang akhirnya membuat saya tertarik untuk mengoleksi cangkir teh antik.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Darimana saja asal dari cangkir teh yang menjadi koleksi?
ADVERTISEMENT
Setiap kali traveling, pasti selalu menyempatkan diri untuk membeli tea cup. Mostly sih berasal dari benua Eropa ya, seperti Inggris.
Jumlah cangkir teh yang sudah dikoleksi hingga sekarang?
Wah, banyak banget ya, sudah ribuan sepertinya. Yang ada di display galeri ini hanya sebagian saja, kalau yang koleksi pribadi disimpan sendiri di rumah.
Awal mula dibukanya galeri Mamitoko?
Awalnya itu karena banyak teman yang main, lalu ingin membeli cangkir koleksi. Nah, koleksi cangkir yang dobel pun dijual. Tadinya justru bisnis yang saya miliki adalah home industry yang menjual tas, sepatu, baju, tapi karena cenderung ke tea cup, akhirnya barang-barang tersebut tergeser dan lebih fokus ke cangkir teh.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Galeri ini juga sebenarnya adalah ruang latihan menyanyi milik suami saya, namun karena jarang dipakai, akhirnya saya gunakan untuk menyimpan koleksi cangkir teh. Lama kelamaan, malah dibuatkan tambahan ruangan oleh bapak sebagai galeri. Sudah sekitar 5 tahun, lah galeri Mamitoko ini berdiri.
ADVERTISEMENT
Pengunjungnya sendiri sebenarnya untuk umum, namun karena jadi satu dengan rumah tinggal, jadi kebanyakan by appointment. Orang-orang juga kalau mau datang sembarangan pasti segan. Nah, biasanya dari mulut ke mulut tahunya, dari sesama kolektor juga.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Berapa kisaran harga dari cangkir teh yang dijual?
Kalau harga tea cup vintage itu kisaran harganya mulai dari Rp 500 ribu ke atas, ya. Itu untuk satu tea cupnya, tergantung merk dan usianya masing-masing. Cangkir tehnya sendiri kita dapatkan lewat online, karena banyak seller yang sudah kenal saya, atau melalui lelang-lelang. Dulu ada juga koleksi pribadi yang saya jual juga, misalnya koleksi tea cup dari tahun 1800-an, yaitu Wileman Foley. Karena ada model yg dobel jadi saya jual, tapi sekarang sih koleksi pribadi hanya untuk dikoleksi sendiri saja.
ADVERTISEMENT
Bagaimana minat masyarakat Indonesia untuk mengoleksi cangkir teh?
Waktu saya memperkenalkan buku saya 3,5 tahun lalu, itu sedang tren koleksi cangkir teh, jadi jenis apapun pasti dibeli. Waktu itu penjualnya juga masih beberapa orang, masih baru ya. Tapi beberapa tahun belakangan kondisi ekonomi negara kita juga sedang agak kurang baik, para kolektor juga sudah punya semua modell jadi sudah agak berkurang sih.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Apa motif dan jenis tea cup favorit ibu Desi?
Dulu saya suka Wileman Foley, produsen cangkir teh dari Inggris yang sudah beroperasi sejak 1800-an. Tapi belakangan saya lagi suka Limoge. Dia brand Perancis, Limoge itu nama suatu kota di Perancis. Nah, tapi ada satu perusahaan asal Amerika, Haviland, dia tetap pakai merk dia, tapi dibuatnya di Perancis, jadi dikenal dengan nama Haviland Limoge. Ini yang sedang saya gemari sekarang.
ADVERTISEMENT
Adakah kisah unik saat berburu tea cup?
Banyak sih, salah satunya ada salah seorang kolektor tea cup dari Inggris. Kita kenal gara-gara tea cup, dan selalu hunting di pasar antik London. Pasar antik disana berbeda dengan yang ada di Indonesia, kalau di Indonesia hanya puluhan penjual, disana ada sampai ribuan toko.
Bisa bayangin betapa paniknya saya. Saya sudah tobat, tidak mau beli lagi, cuma mau lilhat-lihat. Tapi balik-balik selalu bawa beratus-ratus kilo cangkir teh, berdus-dus dibawa pulang. Memang tidak bisa ya, kalo kita udah suka, udah kayak orang addicted, udah mau bertobat tapi tetap saja susah.
Trus ada satu lagi, si bapak (Hotma Sitompoel) kan selalu bilang, "Kamu sukanya apa?". Sebenarnya yg paling saya suka itu (cangkir teh) dari Denmark, merknya Royal Copenhaagen, ada jenis yang namanya Royal Danika.
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Itu mahal banget, satu tea cup bisa 2 ribu sampai 3 ribu dolar, hanya untuk satu tea cup. Saya bilang, saya belum punya. Lalu, kebetulan waktu itu duta besarnya mengundang kami kesana, dan bapak berjanji untuk membelikan tea cup yang saya suka. Kita masuk ke pabriknya, lalu dia lihat harganya, dia lihat saya, dia lihat harganya lagi. "Wah ini nggak kebeli nih, yuk kita pulang aja. Ini gak kebeli nih, ini buat raja-raja.
ADVERTISEMENT
Karena memang modelnya luar biasa cantik, tapi harganya gila, mahal banget. Soalnya khusus dan pinggirannya benar-benar berlapis emas. Sampai sekarang model itu masih belum terbeli dan belum kesampaian. Saya baru punya piringnya beberapa biji, gak tega untuk membeli tea cupnya begitu mahal.
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Koleksi cangkir teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Adakah filosofi di balik sebuah cangkir teh?
Tea cup itu kan sejarah ya, kalo bisa bercerita pasti ceritanya banyak karena sudah berpindah ke puluhan tangan. Sebuah tea cup itu pasti banyak kenangannya. Misalnya, saya mendapatkan tea cup darimana, itu saya ingat, bagaimana saya bisa mendapatkan tea cup tersebut, ada cerita di balik seluruh tea cup yang dibeli.
Selain tea cup, ibu Desi juga meluncurkan produk teh. Bagaimana awal mulanya?
ADVERTISEMENT
Jadi waktu itu ada teman yang merupakan tea master dari Kanada yang menawarkan untuk membuat teh sendiri sesuai kepribadiannya. "Nanti saya coba racik, kamu coba rasain kurang apa rasanya, maunya tambah apa."
Kayak customized gitu. Dikirim bolak balik dari Kanada - Jakarta, sampai menemukan rasa yang pas dan disukai. Nah, kemasannya juga dibuat dengan lukisan sendiri. Bisa dibilang, ada kesinambungan dari ketiganya, yakni teh, lukisan, dan tea cup.
Produk teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produk teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Darimana asal teh yang digunakan dalam produk tersebut?
Teh yang dijual dipilihkan dari all over the world, semua jenis teh yang dipakai adalah teh organik yang terbaik. Dan, yang dipakai adalah yang certified. Varian rasanya sendiri mostly campuran floral dan fruity.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan selera saya, gitu aja sih. Saya juga menggunakan jenis varian white tea karena kandungan kafeinnya lebih rendah dari red tea. Pokoknya semuanya rasa buah dan bunga aja.
Sudah berapa lama produk teh tersebut diluncurkan?
Belum lama sih, kira-kira 2 tahun. Hanya saja, saya memang tak menjual untuk umum, karena tujuannya kan memang karena saya suka menikmati teh. Jadi ya disajika untuk tamu-tamu saya. Misalnya kalau ada acara, untuk teman-teman saya.
Jadi ya yang membeli paling dari komunitas tea cup sendiri, karena harganya memang tidak murah, ya. Orang pasti akan berfikir terlebih dahulu sebelum membelinya. Satu paket teh tersebut terdiri dari empat kotak, dibanderol seharga Rp 1 juta 88 ribu.
Produk teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Produk teh Desiree Sitompoel (Foto: Helmi Afandi/ kumparan)
Untuk satu kotaknya sendiri bisa dibeli terpisah seharga Rp 288 ribu. Bisa tahan selama bertahun-tahun kalau disimpan dalam wadah tertutup, apalagi, semakin lama disimpan, rasa dari teh justru akan semakin kuat.
ADVERTISEMENT
Apa arti teh dan tea cup bagi ibu Desi?
Teh and tea cup is complimenting each other, dan bagi seseorang yang kayak saya.keduanya adalah sesuatu yg punya nilai sejarah. Ada memorinya, ada ingatannya. Bukan hanya untuk diminum aja, dan bukan hanya sekadar cangkir belaka.