Gaji Pekerjaan Cuci Piring Restoran di 5 Negara Ini Bisa Bikin Iri!

Ilustrasi mencuci piring. Foto: Makistock/Shutterstock

Membuang sisa makanan yang tersisa, membilasnya dengan air dan sabun, pada dasarnya itulah pekerjaan seorang pencuci piring. Namun, ternyata pekerjaan yang kerap dianggap sederhana dan remeh tersebut, memiliki gaji atau bayaran yang fantastis di beberapa tempat, lho.

Ya, memiliki gaji yang besar umumnya hanya bisa didapatkan apabila kamu menduduki jabatan tinggi dalam sebuah perusahaan. Akan tetapi, pekerjaan yang mungkin kerap dipandang sebelah mata, yaitu pencuci piring bisa mendapatkan rata-rata gaji tahunan hingga Rp 775,9 juta.

Bagaimana? Keren, bukan? Untuk itu, setidaknya terdapat lima negara atau tempat dengan gaji pencuci piring yang ternilai fantastis. Penasaran di mana saja? Yuk, simak informasinya di bawah:

1. Gaji pencuci piring di restoran Kanada Rp 775,9 juta per tahun

Mencuci piring. Foto: Shutter Stock

Mengutip CBC, sebuah restoran bernama Handi Grill di Vancouver, Kanada beberapa waktu sempat membuka lowongan pekerjaan seorang pencuci piring. Namun, lowongan ini menawarkan gaji yang begitu fantastis, yaitu 25 dolar AS atau sekitar Rp 388 ribu per jam.

Bagaimana tidak? Dengan bayaran sebesar itu, kamu bisa mengumpulkan hingga lebih dari 50.000 dolar AS atau sekitar Rp 775,9 juta per tahun. Angka ini bahkan melebihi upah minimum seorang pencuci piring di Kanada, yaitu 15,20 dolar AS atau sekitar Rp 236 ribu.

2. Gaji pencuci piring di Singapura Rp 468 juta per tahun

Ilustrasi mencuci piring dengan pasangan. Foto: Shutterstock

Mengutip Asia One, sebuah restoran bernama Grill & Sake yang terletak di Orchard, Singapura pernah memasang iklan untuk mencari seorang pencuci piring dengan gaji 3.500 dolar SG atau sekitar 39,6 juta per bulan. Artinya, pendapatan rata-rata yang diterima per tahun mencapai Rp 468 juta.

Chen Weixin, pemilik restoran mengatakan bahwa para staf lain tidak ada yang mau mengerjakan pekerjaan tersebut, meski mendapatkan gaji tambahan. Bahkan, meskipun dengan bayaran yang begitu tinggi, ia mengaku membutuhkan waktu satu bulan lamanya untuk mendapatkan seorang pencuci piring.

3. Gaji pencuci piring di Amerika Rp 394 juta per tahun

Mencuci piring. Foto: Shutter Stock

Pada tahun 2020, situs Newsweek pernah merilis daftar 20 pekerjaan dengan upah terendah di Amerika Serikat. Dalam daftar tersebut tercantum seorang pencuci piring mendapatkan gaji rata-rata per tahun sebesar 25,409 dolar AS atau sekitar Rp 394 juta.

Kandati dalam daftar tersebut tercantum pekerjaan pencuci piring. Akan tetapi, dengan kuatnya nilai dolar AS membuat gaji tahunan seorang pencuci piring, yaitu Rp 394 juta dinilai lebih tinggi daripada gaji pekerja kantoran di Indonesia.

4. Gaji pencuci piring di Malaysia Rp 123 juta per tahun

Pekerja menyiapkan makanan untuk layanan 'dine in car' di restoran Padi House, Cyberjaya, Malaysia. Foto: Lim Huey Teng/REUTERS

Mengutip World of Buzz, negara tetangga lainnya, yaitu di Malaysia sebuah restoran yang baru buka bernama Tai Er menawarkan gaji sebagai pencuci piring sebesar 3.000 ringgit Malaysia, atau Rp 10,3 juta per bulan. Artinya, selama setahun akan mendapatkan gaji rata-rata sekitar Rp 123 juta.

Sontak saja gaji yang ditawarkan oleh restoran yang berasal dari China tersebut menjadi perhatian banyak orang. Pasalnya, gaji tersebut dinilai begitu tinggi untuk diberikan kepada seorang pencuci piring.

5. Gaji pencuci piring di kapal pesiar Indonesia Rp 144-216 juta

Ilustrasi kapal pesiar. Foto: eskystudio/Shutterstock

Melalui unggahan TikTok akun bernama @vincent.hulu, yang merupakan seorang pelaut mengatakan bahwa gaji seorang pencuci piring di kapal pesiar mencapai Rp 12-18 juta per bulan. Artinya, dalam setahun rata-rata gajinya bisa mencapai Rp 144-216 juta.

Namun, diketahui juga untuk menjadi seorang pencuci piring di kapal pesiar, terlebih milik asing diperlukan berbagai keterampilan lainnya. Sebut saja yaitu kemampuan bahasa Inggris yang mumpuni. Ini karena, meskipun hanya mencuci piring, tetapi bukan tidak mungkin akan berpapasan dengan penumpang dari negara lain.

Penulis: Riad Nur Hikmah