Hari Cokelat Sedunia: Kisah UMKM Bangga Perkenalkan Cokelat Indonesia

7 Juli 2023 17:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cokelat Indonesia. Foto: Shulevskyy Volodymyr/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cokelat Indonesia. Foto: Shulevskyy Volodymyr/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari Cokelat Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 7 Juli. Cokelat yang berasal dari biji kakao, dikenal sebagai salah satu komoditas dengan nilai perdagangan paling tinggi di dunia.
ADVERTISEMENT
Mengutip situs Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Indonesia merupakan negara dengan industri pengolahan cokelat ketiga terbesar di dunia, setelah Belanda dan Pantai Gading.
Kementerian Perindustrian juga mengungkapkan bahwa industri cokelat artisan atau cokelat buatan tangan di Indonesia, tercatat menghasilkan 1.242 ton cokelat olahan per tahun dengan market share sebesar 1,3 persen dari konsumsi cokelat dalam negeri. Cokelat artisan berpeluang mengisi market share 10 persen bahkan lebih di Indonesia.
Pencapaian ini tentunya tidak akan terwujud tanpa kolaborasi seluruh pelaku cokelat di Tanah Air. Mulai dari petani, UMKM, distributor, dan pemerintah perlu terus bekerja sama untuk meningkatkan market share cokelat Indonesia.
Seperti kedua UMKM ini yang konsisten memperkenalkan cokelat Indonesia ke pasar luas bahkan hingga internasional.
Cokelat bar Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Sebut saja, Krakakoa, adalah merek cokelat lokal yang melakukan kolaborasi dengan petani dari berbagai daerah. Founder Krakakoa, Sabrina Mustopo mengisahkan, "Krakakoa melibatkan ratusan petani lokal cokelat, mulai dari Aceh, Lampung, Bali, sampai Sulawesi, untuk menjadi penghasil biji kakao yang dapat dijual kepada Krakakoa dengan harga lebih tinggi di pasaran.”
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Krakakoa juga pernah memberikan pelatihan kepada para 1.000 petani di Taman Nasional Lampung, Sumatera, dan Sulawesi Barat.
Usaha yang lain dalam meningkatkan popularitas cokelat Indonesia juga dilakukan oleh Founder Falala Chocolate Bali, Dewa Gede Padma Arta Putra atau akrab disapa Dode.
Falala, merek cokelat lokal asal Bali (7/7/23). Foto: Dok. Istimewa
Mengutip rilis yang kumparan terima, Jumat (7/7), Dode mengungkapkan bisnis cokelatnya ini dibangun bersama sang kekasih saat ia berkuliah di awal pandemi dengan modal Rp 13 juta.
“Saat membangun Falala Chocolate Bali dari nol, banyak tantangan yang kami hadapi. Mulai dari harus belajar berbisnis hingga mengolah cokelat secara otodidak,” ujar Dode.
Kini Dode dapat memperkenalkan cokelat buatannya yang sudah berstatus halal. Dode juga mampu membuka lapangan pekerja dengan memiliki enam karyawan.
ADVERTISEMENT

Jumlah Pembeli dan Transaksi Cokelat Lokal Naik Berkali Lipat

Tokopedia Nyam Foto: Dok.Tokopedia
Sebagai market place untuk para UMKM berjualan secara daring, rupanya Tokopedia juga memiliki data bahwa cokelat lokal jumlah pembeliannya kian meningkat.
“Pidie (Sumatra Utara), Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), Mesuji (Lampung), Bangli (Bali) dan Kepulauan Talaud (Sulawesi Utara) mengalami peningkatan tertinggi jumlah pembeli cokelat di Tokopedia, dengan rata-rata kenaikan lebih dari dua kali lipat di kuartal II 2023,” ungkap Category Development Senior Lead Tokopedia, Sherine Pranata.
“Di sisi lain, Pidie (Sumatra Utara), Tapanuli Tengah (Sumatra Utara), Bangli (Bali), Sabu Rajiua (Nusa Tenggara Timur) dan Raja Ampat (Papua Barat) menjadi beberapa daerah dengan kenaikan tertinggi jumlah transaksi cokelat di Tokopedia, dengan rata-rata peningkatan lebih dari 3 kali lipat,” lanjut Sherine.
ADVERTISEMENT
Data ini diambil dari laporan penjualan cokelat lokal di platform Tokopedia NYAM! 2022-2023.
Dengan pembelian cokelat Indonesia yang kian meningkat, memang bukan tak mungkin negara ini juga bisa menjadi negara terbesar penghasil cokelat di dunia.