Hartini Darmono, Wanita Hebat di Balik Industri Bandeng di Tambakrejo

22 April 2018 13:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bu Hartini Darmono. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bu Hartini Darmono. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
ADVERTISEMENT
Bandeng presto merupakan salah satu makanan khas Semarang yang sudah terkenal hingga ke berbagai daerah. Memiliki tulang lunak dan daging yang tidak amis menjadi salah satu daya tarik kudapan bercita rasa gurih dan asin ini.
ADVERTISEMENT
Selain terdapat puluhan toko yang menjual bandeng presto di seluruh penjuru kota Semarang, di ibukota Jawa Tengah ini, terdapat sebuah desa yang menjadi pusat pengolahan bandeng presto yang lezat.
Ya, di kelurahan Tambakrejo, Semarang, ada sebuah kampung tematik Purwosari yang menjadi pusat aneka olahan bandeng. Ada bandeng presto, otak-otak bandeng, hingga nugget bandeng.
Kampung sentra bandeng. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kampung sentra bandeng. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
Tak hanya banyaknya usaha rumahan yang menjual aneka olahan bandeng saja yang menjadi daya tariknya, ternyata ada sosok wanita hebat di balik berkembangnya industri bandeng di desa pesisir Semarang ini. Ialah Hartini Darmono, pemilik usaha olahan bandeng Mina Makmur.
Mulai berkecimpung di ‘dunia bandeng’ sejak akhir tahun 1980 silam, usaha ini dimulai karena ingin meningkatkan nilai jual bandeng yang kurang menguntungkan. Dan Hartini juga merasa prihatin dengan banyaknya keluarga kurang mampu di desa ini.
Proses pembuatan bandeng presto. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pembuatan bandeng presto. (Foto: dok. Istimewa)
“Setiap selesai musim panen ikan, dulu warga sering menjual barang-barangnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Hal ini membuat saya gigih mengajak ibu-ibu untuk membuat usaha bandeng,” terang Hartini, saat ditemui kumparan (kumparan.com) di toko sekaligus pabrik Mina Makmur, kelurahan Tambakrejo, Semarang (21/4).
ADVERTISEMENT
Berangkat dari hal tersebut, Hartini mulai membangun sebuah kelompok wanita tani nelayan. Ia menjelaskan bahwa tak mudah untuk membujuk para ibu rumah tangga mengembangkan bandeng supaya bernilai jual lebih tinggi. Banyak yang pesimis dengan usaha olahan bandeng karena dagingnya yang berbau tanah, serta banyaknya duri.
Proses pengemasan bandeng presto. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Proses pengemasan bandeng presto. (Foto: Kartika Pamujiningtyas/kumparan)
“Banyak yang enggak mau, bandeng kan bau terus durinya banyak. Apa yang bisa dibikin dari bandeng?” tambah Hartini.
Berawal dari kelompok wanita nelayan yang hanya dapat memproduksi 3 kg bandeng saja per hari, tahun berganti tahun, usaha ini pun mulai memberikan hasil. Usaha bandeng Hartanti bernama Mina Makmur semakin berkembang dan mulai menembus mancanegara dengan mengikuti pameran makanan di berbagai negara.
Salah satu kunci kesuksesan usaha bandeng Hartanti tak lepas dari penggunaan bahan-bahan berkualitas tinggi tanpa tambahan pengawet dan perasa sintetis apa pun. Selain itu Hartanti juga mengatakan bahwa pengusaha harus selalu melakukan inovasi mengikuti pasar dan terbuka dengan segala saran, sehingga kualitas produk tetap terjaga.
Produk olahan bandeng. (Foto: dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Produk olahan bandeng. (Foto: dok. Istimewa)
Berkat kegigihan Hartanti, produk olahan bandeng Mina Makmur pun kian maju, dengan omset mencapai ratusan juta rupiah per bulannya. Tak hanya itu, geliat perekonomian di desa yang berada di kelurahan Tambakrejo ini kian meningkat dengan semakin banyaknya UKM (Usaha Kecil Menengah) produk bandeng dari ibu rumah tangga binaan Hartanti.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, Hartanti menambahkan bahwa generasi muda, khususnya perempuan harus lebih mandiri secara finansial. Selain dapat membantu keuangan keluarga, hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan yang akan meningkatkan perekonomian di lingkungannya.
“Tidak apa-apa pendapatan wanita lebih tinggi dibanding laki-laki. Yang penting tidak melupakan kewajibannya,” tutupnya.