Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Entah disantap sebagai isian roti, topping dessert, campuran salad, atau bahkan dimakan langsung, keju menjadi salah satu olahan susu yang digemari banyak orang. Tak hanya rasanya yang gurih dan creamy, beberapa jenis keju punya tekstur lembut dan mulur, sehingga bikin makan makin terasa menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Tak jarang pula, kita jadi kalap menyantapnya, apalagi kalau memang mengonsumsinya sebagai camilan. Meski merupakan sumber protein, kalsium, dan fosfor yang baik, tapi mengonsumsi terlalu banyak keju juga tak baik bagi kesehatan , lho.
The American Heart Association menyarankan, sebaiknya konsumsi satu porsi keju sebanyak 1,5 ons per hari, dan cukup makan tiga sajian saja per harinya. Lantas, dampak apa saja yang bisa kita rasakan kalau terlalu banyak makan keju? Berikut ulasan selengkapnya:
1. Menambah berat badan
Bukan hal yang mengejutkan, kalau mengonsumsi keju bisa memicu kenaikan berat badan . Khususnya, kalau kita mengonsumsinya dalam jumlah tinggi, atau bersama makanan yang kurang sehat.
Tergantung pada jenis keju yang kita pilih, bisa saja menambah 100 kalori per onsnya. Tentu saja, sangat jarang kita menyantap keju cuma satu ons, kan? Kalau kita menyantapnya sepanjang hari, sangat mungkin kalau ada tambahan 800-900 kalori yang masuk ke dalam tubuh setelah menyantap keju.
ADVERTISEMENT
2. Konstipasi atau sembelit
Mengonsumsi terlalu banyak keju --atau olahan susu-- telah dikaitkan dengan risiko gangguan pencernaan, seperti kembung dan banyak gas. Meski keju cenderung rendah kadar laktosanya, tapi ada batasan tertentu yang hanya bisa diterima tubuh.
Mengonsumsi jumlah laktosa yang melebihi kemampuan tubuh mencernanya, bisa menimbulkan gangguan pencernaan atau intoleransi laktosa.
Makan keju terlalu banyak juga bisa membuat kita kesulitan buang air besar. Sebab, meski kaya protein, keju minim akan serat dan bisa berisiko menyebabkan konstipasi.
3. Meningkatkan risiko sakit jantung
Keju memang bisa menjadi salah satu bagian dari pola makan sehat kalau disantap dalam jumlah sedang. Tapi sebaliknya, kalau dimakan terlalu banyak (apalagi jenis keju yang tinggi lemak), bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
ADVERTISEMENT
Dilansir Eat This, Not That, beberapa jenis keju yang bertekstur keras biasanya memiliki kadar lemak jenuh yang cukup tinggi. Bahkan, satu potong keju parmesan seukuran dadu sudah bisa memenuhi 23 persen kebutuhan lemak jenuh harian tubuh. Padahal, kita hanya direkomendasikan untuk mengonsumsi maksimal 10 persen total kalori yang berasal dari lemak jenuh.
Kandungan lemak jenuh dalam keju tersebut bisa meningkatkan kadar kolesterol. Maka itu, alih-alih ngemil keju cheddar, sebaiknya pilihlah keju bertekstur lunak seperti mozarella yang lebih rendah kadar lemak jenuh.
4. Asupan sodium yang tinggi
Keju memang salah satu makanan bercita rasa gurih yang enak dijadikan camilan. Tapi masalahnya, keju juga mengandung sodium cukup tinggi.
Nah, sebagai pilihan alternatif yang kadar sodiumnya lebih rendah, pilihlah jenis keju dengan tekstur lunak. Sebab, peningkatan sodium dibutuhkan pada proses penuaan keju yang bertekstur keras, sehingga kadar sodiumnya otomatis lebih banyak.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, keju mengandung banyak vitamin dan nutrisi esensial yang baik bagi tubuh. Jadi, selama kamu tak memiliki masalah seperti intoleransi laktosa, tak apa mengonsumsi keju . Asalkan, jumlahnya tetap dibatasi supaya tak berlebihan, ya!