Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Hindari Rebahan Usai Makan Makanan Tinggi Lemak, Ahli Sebut Ada Risiko Kanker
7 Januari 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Guru Besar Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD, KGEH, MMB, FINASIM, FACP; mengatakan bahwa anak-anak muda yang beranjak dewasa disarankan menghindari gaya hidup sedenter (populer disebut rebahan) untuk mencegah terjadinya kanker pankreas.
"Terus terang saja. gaya hidup sedenter atau gaya hidup tidak sehat ini seakan jadi tren. Anak muda makannya tinggi lemak, misalnya steak, minumnya juga rutin alkohol, merokok juga jadi budaya, lalu seringnya tidak sadar obesitas. Itu berisiko terkena kanker pankreas," kata Ari dalam diskusi daring bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI) belum lama ini seperti dilansir Antara.
Ia menambahkan, kanker pankreas umumnya berpotensi terjadi pada individu usia 55 tahun ke atas, namun, dengan perkembangan gaya hidup seperti gaya hidup sedenter maka potensi dewasa muda di usia 30-an terkena kanker pankreas juga ikut membesar.
ADVERTISEMENT
Dokter yang juga Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar IDI itu menjelaskan pankreas dalam tubuh merupakan kelenjar yang berkaitan erat dengan sistem pencernaan karena fungsinya untuk menghasilkan enzim serta untuk menghasilkan hormon insulin.
Apabila seseorang memiliki gaya hidup sedenter, organ-organ di dalam tubuhnya harus bekerja lebih keras untuk melakukan metabolisme, tak terkecuali pankreas.
Dengan fungsinya yang vital sebagai penghasil enzim untuk pencernaan, apabila makanan maupun minuman yang dikonsumsi tidak memiliki gizi dan hanya memperberat kinerja pankreas, lambat laun akan terjadi masalah kesehatan termasuk salah satunya potensi kanker.
"Secara logika makanan tinggi lemak seperti daging merah membuat kinerja organ-organ tubuh menjadi lebih berat, bila melihat fungsinya pankreas itu menciptakan enzim. Kalau kinerjanya jadi lebih berat artinya bisa menyebabkan masalah, dan bisa sudah ada masalah daging-daging itu sulit tuntas dicerna, akhirnya ada peradangan kronis, lalu jadi polip, dan berujung kanker," kata Ari.
ADVERTISEMENT
Rutin Cek Kesehatan
Selain menghindari gaya hidup sedenter, Ari juga menyarankan untuk rutin melakukan medical check-up (MCU) atau pemeriksaan medis umum bagi orang-orang berusia di atas 35 tahun untuk mencegah kanker pankreas.
Beberapa hal yang harus diperiksa di antaranya darah perifer lengkap, fungsi hati, bilirubin total, amilasi, dan Ca19-9 atau dikenal dengan pemeriksaan tumor marker. Terkhusus untuk orang-orang yang kerap mengalami nyeri ulu hati, pemeriksaan tersebut perlu dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya potensi terjadinya kanker pankreas.
World Cancer Research Fund International mencatat kanker pankreas menempati posisi ke-12 sebagai kanker yang umum ditemukan di dunia. Pada 2020, secara global ada sebanyak 495.000 kasus kanker pankreas.
Kanker pankreas dikenal sebagai silent killer karena tingkat kematiannya begitu tinggi setelah penderita dinyatakan memiliki kanker pankreas.
ADVERTISEMENT
Hal itu dapat dilihat dari laporan di AS lewat Surveillance Epidemiology and End Result Program (SEER) yang mengungkap pada 2020 ditemukan 57.600 kasus kanker pankreas dan sekitar 90 persen dengan total 47.050 kasus berujung kematian.