IGN: Kuliner Indonesia Butuh 3 Hal Ini untuk Perkuat Posisi di Mancanegara

23 September 2021 19:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kuliner Indonesia Foto: Shutterstock/Ariyani Tedjo
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kuliner Indonesia Foto: Shutterstock/Ariyani Tedjo
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak tahu dan mengakui bahwa kuliner Indonesia memang begitu kaya. Bahkan negara lain pun tahu soal ini. Sayangnya, hingga kini kekuatan kuliner Nusantara masih belum menjadi yang nomor satu di dunia. Padahal kekayaan bumbu, rempah, hingga budaya kulinernya begitu beragam.
ADVERTISEMENT
Lantaran hal tersebut, Indonesia Gastronomy Network (IGN) hadir sebagai sebuah wadah kolaborasi bagi seluruh pakar, aktivis, dan pemangku gastronomi Indonesia. Para pelaku kuliner ini menginisiasi gerakan untuk memperkuat posisi kuliner Nusantara di mata dunia.
Menariknya, melatarbelakangi berdirinya IGN berawal pada ASEAN Tourism Forum tahun 2019. Di mana Indonesia saat itu diwakili oleh Vita Datau yang kini merupakan pendiri IGN, untuk hadir dalam acara tersebut. Saat itu, ia pun mengusulkan untuk mendirikan ASEAN Gastronomy Forum. Sejak saat itulah, inisiatif tersebut dikembangkan yang kini menjadi IGN.
live streaming peluncuran halaman Spice Up The World di YouTube Google Indonesia Foto: dok.GoogleIndonesia
“Tetapi yang menarik adalah memang latar belakang berdirinya Indonesia Gastronomy Network ini, adalah di ASEAN Tourism Forum di mana Indonesia saat itu delegasinya adalah saya. Saya mengusulkan, kenapa kita tidak mendirikan saja ASEAN Gastronomy Forum, karena kan ada yang namanya joint declaration yang ditandatangani 10 menteri pariwisata untuk mempromosikan gastronomi ASEAN,” ungkapnya, saat mengisi acara peluncuran virtual “Spice Up The World” di Google Arts & Culture, Kamis (23/9).
ADVERTISEMENT
“Tepat pulang dari acara itu, kita mengumpulkan semua pemangku kepentingan yang sudah punya karya, sudah jelas karya nyatanya memberikan impact bagi gastronomi Indonesia, dan mereka itulah yang kita rangkul untuk kita promosikan bersama-sama dan konsep yang lebih jelas.”
Pada live streaming itu Vita juga menjelaskan mengenai program IGN, ia mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai banyak program, melainkan lebih fokus kepada apa yang dibutuhkan oleh Indonesia. Menurutnya yang dibutuhkan oleh Indonesia saat ini ada tiga. Pertama adalah gastro diplomasi, menurutnya sudah harus menjadi satu program yang digerakkan oleh pemerintah dan seluruh stakeholder secara bersama-sama dengan roadmap yang jelas.
Ilustrasi kuliner khas Indonesia. Foto: Kemenparekraf
Selanjutnya yang kedua, adalah edukasi. Menurut Vita, edukasi diperlukan untuk preservasi budaya kuliner Indonesia secara nasional maupun global. Tak kalah penting, yang terakhir adalah digital asset management. Namun, Vita sangat menyayangkan karena hingga kini Indonesia tidak mempunyai digital asset management yang jelas dan reliable. Oleh sebab itu, dengan adanya food culture digital asset yang ada di Google Arts & Culture ia berharap dapat menjadi referensi baru bagi Indonesia maupun global.
ADVERTISEMENT
Pada kesempatan itu pula, Vita menjelaskan tentang hal apa yang bisa kita lakukan untuk terus bisa mendukung dan juga mempromosikan kuliner Indonesia agar lebih dikenal. Menurutnya, hal terpenting adalah dengan memperkuat edukasi atau pendidikan dasar tentang kuliner Indonesia, bahkan mulai dari keluarga hingga sekolah.
“Edukasi, dari lingkungan terkecil, keluarga lalu sekolah. Nah, di sekolah itu harus nya dari SD sudah dikenalkan, agar mereka cinta dengan kelokalan kita, agar mereka bisa menjadi pewaris dan ini bisa sukses preservasinya. Dan sekarang di zaman digital ini, food culture digital asset management yang tepercaya itu harus dikembangkan,” tutupnya.
Reporter: Destihara Suci Milenia