Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.5
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Ini bukan kebetulan, melainkan strategi yang disebut psikologi menu. Menurut Delish, restoran menggunakan berbagai trik untuk menggoda pelanggan agar memesan makanan yang lebih mahal.
Restoran tidak hanya mengandalkan rasa makanan untuk menarik pelanggan, tetapi juga menggunakan strategi desain menu agar orang lebih tertarik membeli makanan mahal atau dalam jumlah lebih banyak.
"Bagi sebagian besar restoran, tujuan utamanya adalah membuat pelanggan kembali lagi. Itu berarti restoran ingin pelanggan pergi dengan perasaan puas," ujar Dr. Jason Buhle, dosen di University of Southern California seperti dikutip dari New York Post, Kamis (20/3).
Salah satu trik yang sering digunakan adalah penempatan harga. Restoran sering menghilangkan tanda mata uang atau meletakkan harga di bagian akhir agar pelanggan lebih fokus pada makanan, bukan biayanya. "Tujuan restoran adalah membuat pelanggan fokus pada makanan terlebih dahulu, baru kemudian harga," jelas Buhle.
ADVERTISEMENT
Selain itu, makanan mahal juga ditaruh di bagian atas menu atau dalam kotak khusus agar lebih mencolok. Menurut perusahaan konsultan restoran global Aaron Allen & Associates, teknik ini bisa digunakan sebagai “menu umpan”.
"Hal ini membuat menu lainnya tampak lebih terjangkau, sehingga pelanggan merasa mendapatkan harga yang lebih murah dan akhirnya terdorong untuk mengeluarkan lebih banyak uang," tulis mereka.
Tak hanya itu, beberapa restoran juga menggunakan nama makanan yang bernuansa nostalgia atau emosional, seperti sup ayam hangat khas ibu atau pai apel resep nenek. Nama-nama ini membuat makanan tampak lebih menggoda.
"Deskripsi yang dirangkai dengan cermat dapat memberikan resonansi emosional pada hampir semua hidangan, membuatnya sulit ditolak," lanjut mereka.
ADVERTISEMENT
Buhle juga menyarankan sebaiknya menghindari foto makanan yang kurang menarik karena bisa mengurangi selera makan, jadi beberapa restoran lebih memilih ilustrasi untuk membuat makanan terlihat lebih menggoda.
"Foto yang buruk bisa menimbulkan rasa jijik, sementara foto makanan yang terlalu sempurna dapat menciptakan reaksi 'uncanny valley' yang tidak menyenangkan," ujar Buhle.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa restoran yang aktif di media sosial dengan foto makanan yang menggugah selera dan banyak pengikut bisa menarik lebih banyak pelanggan untuk mencoba menu yang sedang viral.
Menurut Delish, beberapa restoran juga sengaja menawarkan pilihan menu yang lebih sedikit. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa makanan mereka berkualitas serta menghindari pelanggan merasa bingung dengan terlalu banyak pilihan. Penelitian bahkan menemukan bahwa generasi Z sering mengalami “kecemasan menu” saat harus memilih dari daftar yang terlalu panjang.
ADVERTISEMENT
"Desain menu dan penempatan item dalam menu dapat memengaruhi keputusan pelanggan," kata Dave Pavesic, profesor program administrasi perhotelan di Georgia State University.
Meski begitu, trik-trik ini tidak selalu berhasil. Jika pelanggan memang tidak menyukai bahan tertentu, harga yang disembunyikan, deskripsi yang menarik, atau ilustrasi yang menggoda tetap tidak akan mengubah keputusan mereka.