Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Kalau kita ngomongin soal dessert atau pastry, deh, memang agak jauh dari budaya Indonesia. Jauh sebelum aneka dessert muncul, kita hanya mengenal jajanan pasar .
ADVERTISEMENT
Jajanan pasar menjadi makanan tradisional tertua yang tercatat dalam sejarah Indonesia. Ia telah ada sejak abad ke-18 masehi dan terus berkembang secara dinamis mengikuti arus perkembangan zaman.
Belakangan, beberapa chef Indonesia giat menyulap jajanan pasar jadi dessert. Misalnya ketika saya menikmati dessert ala Chef Ragil dari Nusa Gastronomi. Ia menyulap klepon jadi dessert yang cantik, tanpa mengurangi esensi rasanya.
Kalau ngomongin soal dessert, rasanya kita harus belajar dari Prancis dan Jepang. Kedua negara tersebut punya cara unik untuk mengembangkan industri pastry-nya.
“Pastry chef yang generasi muda umumnya kiblatnya Prancis. Jessica ini belajar di Jepang. Rata-rata kalau disuruh bikin jajanan pasar , enggak ngertos karena juga yang ngajar enggak banyak,” ungkap William Wongso dalam live Instagram #NgobrolKulinerdiRumahAja bersama Jessica Juwono, Pastries Cook asal Indonesia yang bekerja di Tokyo.
ADVERTISEMENT
Keduanya berbincang soal pastry. Kebetulan saya mengajukan beberapa pertanyaan terkait industri pastry di Indonesia. Menurut om William, memang tidak banyak yang belajar kue khas Indonesia. Pengajarnya pun terbatas.
“Kalau di Jepang itu justru dipertahankan banget, tapi dengan packaging yang lebih baik,” kata om Will menjawab pertanyaan kumparan.
Menurut pakar kuliner penyuka soto ayam lamongan ini, market pastry di Indonesia memang sangat terbatas.
“Pastry (di Indonesia) memang marketnya terbatas. Kalau mau lihat ya di Pasar Senen, mulai jam 00.00 sampai 06.30. Itu bisa dilihat potensinya, tapi mereka semua home industry. Kalau di Jepang semua sudah mesin,” jelas om Will
Pernyataan ini juga dikuatkan oleh pengalaman Jessica yang memang ke Jepang untuk belajar pastry di sana.
ADVERTISEMENT
“Ya, even mochi (sudah pakai mesin). Justru kalau saya malah awalnya belajar tradisional Jepang, Japanese traditional sweets. Sebenarnya enggak jauh beda, hanya beda taste dan beda isi. Di sini semua red bean, red bean,” tambah Jessica.
Jessica menuturkan bahwa ada banyak sekali kue tradisonal Jepang yang masih dipertahankan lewat berbagai inovasi.
“Tradisional Jepang banyak banget. Ada mochi paling basic. Mochi sendiri ada sakura mochi dari beras ketan. Ada merikiri mochi. Kalau di Indonesia itu mirip jajajan pasar juga. Kalau di sini kita pakai kacang merah yang putih. Dari red bean yang warna putih. Sebenarnya sama lah (dengan jajanan pasar),” tambahnya.
Indonesia punya berbagai jajanan pasar. Tak hanya soal pemanis, tapi jajanan pasar selalu beradaptasi dengan rasa, bahan, serta kesukaan penduduk di suatu daerah. Kalau kata Prof. Murdijati Gardjito, jajanan pasar adalah simbol toleransi antar suku dan umat beragama.
ADVERTISEMENT
Ada narasi plus jenisnya yang beragam, tentu jajanan pasar sangat berpotensi dikembangkan. Salut untuk para chef dan pelaku kuliner yang terus-terusan berinovasi dengan aneka jajanan pasar khas Indonesia. Semoga makin banyak kreasi unik dari jajanan pasar di Indonesia.
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!
Live Update