Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Pantai Malalayang menjadi salah satu tempat wisata populer yang ada di Kota Manado, Sulawesi Utara. Lokasinya yang berada dekat dengan pusat kota membuatnya mudah dijangkau.
ADVERTISEMENT
Selain panorama dan spot diving serta snorkeling nan memukau, Pantai Malalayang juga menjadi lokasi wisata kuliner. Ya, di sepanjang pantai tersebut terdapat kios-kios yang menjajakan pisang goreng Manado.
Setidaknya, sebanyak 100 kios yang berderet sepanjang satu kilometer. Nah, biasanya, salah satu permasalahan utama yang kerap muncul di tempat wisata adalah membludaknya jumlah sampah. Entah itu limbah sampah bekas makanan atau sampah dari para wisatawan.
Menariknya, meski hanya berupa kios-kios tenda sederhana, tapi hampir seluruh penjaja kuliner Manado di kawasan Pantai Malalayang sudah menerapkan pemilahan sampah. Ratusan penjual pisang goreng ini rupanya mendapatkan edukasi terkait pengolahan sampah dari komunitas Mudung Family.
Komunitas tersebut terdiri dari para penyelam yang berkegiatan sehari-hari di warung depan Pantai Malalayang, dan melakukan pemilahan sampah di kios-kios.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, mereka akan membagikan dua jenis karung ke tiap-tiap kios, sebagai tempat pembuangan sampah organik dan anorganik.
"Untuk pemilahan sampah di Pantai Malalayang, kami memberikan karung untuk tiap kios, lalu tiap sore dikumpulkan. Nanti dari kelompok Mudung Family akan memilahnya lagi di sini," ungkap Dendri Sasiwa, ketua komunitas Mudung Family, saat ditemui kumparan dalam rangkaian acara KFC Untuk Negeri di Manado, Sulawesi Utara, pada Senin, (9/3).
Diungkapkan oleh Dendri, jenis sampah terbanyak yang dihasilkan oleh ratusan kios ini adalah sampah organik dari kulit pisang. Dalam satu hari, jumlah sampah kulit pisang tersebut bisa sebanyak satu pohon.
"Karena di sini jual gorengan, otomatis sampah terbanyak, ya kulit pisang. Nah, jumlahnya itu satu pohon, kalau kita orang Manado bilang ada delapan sika. Satu sika kira-kira 16 pisang, jadi tinggal dikalikan saja. Itu per kios, ya," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Selain kulit pisang, sampah lain yang banyak ditemukan di kawasan Pantai Malalayang adalah limbah plastik. Misalnya, botol plastik, hingga bungkus mi instan. Setidaknya, sehari ada 5-10 bungkus mi instan.
Sampah kulit pisang dikumpulkan, lalu dibuang ke pusat pembuangan sampah. Sedangkan, untuk sampah plastik, Mudung Family mencoba menggunakannya sebagai bahan pembuatan eco brick. Lalu, sampah lainnya diberikan kepada Bank Sampah untuk diolah lebih lanjut.
"Sayangnya untuk sampah organik, kita masih belum memanfaatkan sampah itu. Sebab, untuk pembuatan kompos membutuhkan modal besar, dan kami hanya kelompok kecil," terang Dendri.
Dampak edukasi pemilahan sampah ini turut dirasakan oleh pemilik kios di kawasan Pantai Malalayang, salah satunya Okmareba (33). Setelah adanya komunitas tersebut, para penjaja makanan jadi lebih peduli sampah, khususnya sampah plastik .
ADVERTISEMENT
Mereka jadi tahu, mana sampah yang bisa didaur ulang dan mana yang tidak.
"Setelah ada komunitas, sudah enggak buang sampah sembarangan lagi, terutama di laut. Kalau ada turis yang datang dan buang sampah sekarang juga ditegur. Jangan buang sembarangan, sudah tinggalkan saja, nanti kami yang akan kumpulkan," tutur perempuan yang sudah berjualan di kawasan Pantai Malalayang selama 10 tahun tersebut.
Bagaimanapun juga, kepedulian terhadap limbah plastik bukan hanya menjadi tanggung jawab beberapa orang saja, tapi harus didukung oleh semua pihak.