Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Legenda gudeg Yogyakarta, Biyem Setyo Utomo atau Mbah Lindu mengembuskan napas terakhirnya di usia 100 tahun, Minggu (12/7). Ratusan pelayat pun datang ke rumah duka di Klebengan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta untuk memberikan penghormatan terakhir.
ADVERTISEMENT
Lahono (60) putra kedua Mbah Lindu menjelaskan bahwa keluarga hari ini menyajikan gudeg bagi para pelayat. Gudeg ini sebelumnya akan dijual. Namun lantaran Mbah Lindu meninggal, keluarga ingat pesan Mbah Lindu untuk disajikan.
"Pesan ngeten (seperti itu). Jual terus sampai saya nggak ada, ya itu sajikan (untuk pelayat) katanya," ujar Lahono saat ditemui kumparan di rumah duka, Senin (13/7).
Gudeg Mbah Lindu itu disajikan di meja bersama ayam, telur, sambel krecek, dan nasi. Gudeg Mbah Lindu ini memiliki cita rasa yang khas lantaran tetap mempertahankan cara masak dengan tungku kayu.
Sajian gudeg sebagai kenang-kenangan terakhir dari Mbah Lindu
Sementara itu, putri bungsu Mbah Lindu, Ratiyah (54) mengatakan bahwa sajian gudeg ini menjadi kenang-kenangan dari ibunya kepada para pelayat.
ADVERTISEMENT
"Kenang-kenangan dari Mbah Lindu ini," kata Ratiyah.
Sekitar pukul 11.00 WIB pun jenazah Mbah Lindu kemudian dibawa ke makam Klebengan yang berjarak tak jauh dari rumah duka.
Sugeng tindak (selamat jalan) Mbah Lindu, sang legenda kuliner gudeg khas Yogyakarta.