news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Bisnis Kata Oma, Sukses Produksi Camilan Telur Gabus 15 Ribu Karton Sehari

24 April 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Furiyanti, founder camilan telur gabus Kata Oma. Foto: Monika Febriana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Furiyanti, founder camilan telur gabus Kata Oma. Foto: Monika Febriana/kumparan
ADVERTISEMENT
Camilan tradisional biasanya identik sebagai dengan rasa yang ketinggalan zaman. Namun, kini banyak camilan tradisional yang kalah bersaing dengan kudapan modern. Sehingga banyak camilan tradisional yang mulai sulit dijumpai di pasar. Padahal rasa camilan tradisional tidak kalah enak dengan selera yang sudah dapat dipastikan mudah diterima.
ADVERTISEMENT
Furiyanti, founder Kata Oma Telur Gabus berhasil menciptakan camilan tradisional yang tidak hanya enak tetapi juga sehat. Resep telur gabus ini turun menurun sejak tahun 1980. Kemudian di produksi di tahun 2018.
Bermula dari resep keluarga yang disajikan dan dibikin langsung oleh sang ibu atau yang akrab disapa dengan ‘oma’. Telur gabus ini memiliki tempat sendiri di hati para penikmatnya. Tidak hanya dicintai oleh keluarga, resep ini juga dicintai oleh teman-teman dari Furi sendiri.
Berikut ini adalah percakapan lengkap kumparanFOOD bersama penerus, generasi kedua dari bisnis camilan Kata Oma, Furi:
Furiyanti, founder camilan telur gabus Kata Oma. Foto: Monika Febriana/kumparan
Kenapa namanya Kata Oma?
Pertama, karena dari umurnya itu merupakan tribute untuk seorang oma. Kenapa oma? Kita juga melakukan survei, konotasi “Oma” begitu positif. Oma yang sangat peduli, sayang, dan melindungi terutama cucu yang dia sayang. Kemudian, kita kuncilah kata oma itu.
ADVERTISEMENT
Kemudian “Kata” sendiri itu, kita itu kalau lebih dengerin orang tua yang ngomong atau oma yang ngomong. Jadi, kita bermain dengan sentimental value tersebut. Kalau Kata Oma itu niscaya mengandung makna yang positif dan wejangan yang baik. Bisa dipercaya juga. Makanya kita pakai Kata Oma
Bagaimana kisah di balik bisnis Kata Oma?
Jadi gini, ini kan mulai dari 1980 seperti. Tapi ini populer di kalangan keluarga saja. Di keluarga kami ini menjadi hidangan yang populer saat kumpul keluarga, seperti Natal, Tahun Baru, Imlek, dan sebagainya. Yang menarik adalah, kita bikin bareng-bareng. Kembali lagi kita tidak pernah mikirin ini mau dibisnisin apa enggak.
Sampai akhirnya pada saat saya kerja, si mami (oma) tuh suka buatin lumayan banyak. Anak-anaknya selalu dibekelin untuk dibawa, ada yang bawa ke kantor, ke sekolah, dan ke mana-mana. Pas saya bawa ke kantor, teman-teman tertarik untuk membeli. Mami menolak menjual karena dia orangnya perfeksionis, ya dia tidak mau terbebani karena rasa makanannya belum tentu sesuai selera pembeli. Jadi, saya bujukin si mami untuk menjual tuh, butuh bertahun-tahun.
Media gathering Kata Oma di Jakarta (21/4/2022). Foto: Dok. Kata Oma
Kapan mulai membuat telur gabus?
ADVERTISEMENT
jadi pas mulai menjualnya ini tahun 2016 kalau tidak salah. Ternyata banyak yang mau. Saya coba bujuk si mami soal ini akhirnya mami mau. Ini home industry, awalnya kita pakai plastik mika. Awalnya namanya “gabus cocok” distikerin pake selotip, itu kayaknya enggak keren banget, ya hahaha. Karena kita pikir yang penting ada wadah untuk dijual. Ternyata malah tambah banyak yang minat beli.
Lalu 2018 mulailah kita buat Kata Oma dengan varian pertamanya ialah aren dan keju. Awalnya kita pakai reseller, kemudian ditaruh di supermarket. Kita coba varian baru supaya kekinian, ya. Makanya ada balado Padang, ada juga yang telur asin Brebes. Kemudian kita masuk ke convenient store kaya Indomaret, Alfamart, sampai sekarang kemudian ekspor ke Amerika, Australia, China, Filipina, dan Taiwan itu sudah masuk.
ADVERTISEMENT
Bagaimana camilan ini bisa kemudian sampai diekspor?
Saya kan bermitra dengan Unifam. Saya dibantu untuk produksi massal. Makanya cepat untuk masuk supermarket. Untuk ke convenience store, sampai ke ekspor. Kalo Unifam kan FMCG yang sudah jadi, ya jadi dengan permennya segala macem. Network-nya sudah ada. Jadi saat saya bermitra dengan Unifam, ini cepat banget meluas penjualannya.
Adakah kesulitan atau suka duka pada saat menjalankan bisnis ini?
Mungkin kalau dari awal saya tahu bisnis ini sekompleks ini, mungkin dari awal saya tidak akan maju. Karena dari awal saya tidak tahu, yaudah saya jalan saja selangkah-selangkah karena kan memang kesempatan itu terbuka. Akhirnya sampai sekarang.
Saya senangnya itu, misi mami atau Kata Oma tersebut biar orang-orang makan produk yang bagus untuk camilannya itu tersampaikan dari anak-anak hingga orang tua. Kedua itu, tentu saja melestarikan produk Indonesia. Terus ketiga, bisa membuka lapangan pekerjaan. Waktu awal sampai sekarang kita ada reseller.
Foto Produk Kata Oma. Foto: Dok. Kata Oma
Kalau untuk reseller sekarang ada berapa? Dan, berapa jumlah produksinya per hari?
ADVERTISEMENT
Ada 200 lebih dari seluruh Indonesia sampai ke luar negeri. Sehari bisa produksi 15 ribu karton per hari, dan sudah ada pabrik sendiri.
Dari bisnis camilan keluarga, kini Furiyanti dapat melihat masa depan telur gabus sebagai kuliner tradisional yang sempat tertinggal. Furiyanti mengungkapkan bahwa dia berharap agar telur gabus ini terus diminati oleh orang-orang. Furi juga mengatakan akan pentingnya edukasi, baik dalam menjaga produk agar camilan tradisional rasanya bisa tetap terjaga dan tidak kalah dengan camilan modern.
Selain memperjuangkan nasib kudapan tradisional, Furi juga meyakini akan misinya yang lain. Yaitu, dengan memberikan edukasi kepada ibu-ibu di Indonesia, melalui komunitas yang telah dibangun, bernama Mama Mia.
Edukasi tersebut menjadi pembekalan buat para ibu agar mereka memiliki pengetahuan yang mumpuni, selayaknya dirinya yang bisa membangun bisnis sendiri meski awalnya tidak sengaja. Terlebih, ibu menjadi garda terdepan sebuah keluarga, mulai dari urusan asupan makanan, kesehatan, hingga ekonomi.
ADVERTISEMENT
Penulis: Monika Febriana