Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Kisah Pedagang Kerak Telor Saat Perayaan HUT Jakarta di Tengah Pandemi
22 Juni 2021 12:05 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:08 WIB
ADVERTISEMENT
Kamu masih ingat kerak telor ? Makanan ikonik yang kerap menjamur saat perayaan HUT Jakarta . Kuliner khas Betawi ini memang mulai sulit ditemukan di tempat umum. Biasanya, pedagang kerak telor berjajar di pinggiran jalan Kemayoran, terutama saat acara tahunan Jakarta Fair. Sayangnya, pandemi membawa nasib lain bagi pedagang kuliner tradisional itu.
ADVERTISEMENT
Tren kuliner kerak telor pun kian bergeser. Tergantikan dengan makanan kekinian yang lebih digandrungi generasi muda. Lantas, bagaimana nasib pedagang kerak telor sekarang? Menjawab pertanyaan ini, kumparan menghubungi beberapa pedagang kerak telor asli Jakarta.
Salah satunya, Maulana Ibnu Mufti (37) merupakan pemilik dari Kerak Telor Bang Ade. Dirinya sudah berjualan sejak Maret 2015. Ia memilih bisnis kuliner kerak telor karena ingin melestarikan makanan khas Betawi yang gurih itu.
Kini, untuk memperluas jangkauan peminat kerak telor, Maulana ikut memasarkan makanan tersebut melalui media sosial, Instagram. Ia juga menjualnya lewat aplikasi makanan berbasis daring, seperti GrabFood sampai ShopeeFood. Per porsi kerak telor dibanderol dengan harga Rp 15-20 ribu.
Jika melihat perkembangan tren kuliner satu ini, maka bagi Maulana sebenarnya kerak telor ada di titik yang stabil. Dalam artian, masyarakat tidak melupakan makanan khas ini, namun memang peminat paling banyak berasal dari orang-orang asli Betawi.
ADVERTISEMENT
“Ya, biasa-biasa saja. Semakin ke sini, sebenarnya tidak semakin digandrungi, tapi tidak dilupakan juga. Masih banyak juga orang yang belum mengetahui bagaimana rasa dari kerak telor itu sendiri. Namun, karena makanan ini bukan makanan pokok, ya jadi kadang peminatnya juga masih kalah dengan makanan viral kekinian,” tutur Maulana saat berbincang dengan kami, Senin (21/6).
Selain itu, lantaran kerak telor seringkali berkesinambungan dengan pesta ulang tahun Kota Jakarta, Maulana ikut memprediksi kalau sebenarnya tak banyak orang yang memburu kuliner Betawi tersebut. “Sebagian orang mungkin mengincar kerak telor. Tapi, sebagian lagi tidak. Kadang antusiasme mereka mencicipi kerak telor, ya hanya karena ada perayaan spesial saja,” lanjutnya.
Apalagi di saat pandemi seperti ini, bisa dibilang peminat kerak telor tetap ada, kendati daya jualnya menurun. Menurut Maulana, hal ini terjadi karena sekarang sudah mulai sulit mencari pedagang kerak telor di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Inovasi dalam berkreasi ciptakan kerak telor jadi makanan kekinian
Bukan hanya Maulana, nasib yang kurang lebih sama juga dirasakan pemilik Kerak Telor Lap Banteng Kemayoran. Fanny Syam (27) telah merintis bisnis kerak telor sejak 2015. Fanny telah lebih dulu memulai bisnis kuliner tersebut, terlebih ia orang Betawi asli.
Ya, pada kumparan, laki-laki itu mengaku kalau ia sudah mulai berjualan kerak telor dari duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), tepatnya tahun 2008. Selain karena ingin menambah penghasilan sendiri, Fanny juga ingin kerak telor tetap lestari dan eksis sampai kapanpun.
Sama seperti Maulana, sejak tahun 2012, Fanny telah memperluas jangkauan pasar dan peminatnya lewat strategi penjualan digital marketing. Baginya, ini merupakan salah satu langkah untuk mencegah kerak telor agar tak semakin tergeser dan dilupakan masyarakat.
ADVERTISEMENT
“Kalau melihat perkembangan kerak telor saat ini, sebenarnya marketnya tetap ada. Tapi, sekarang orang-orang selera makannya lebih ke junk food, fast-food. Jadi, makanya kita harus belajar untuk selalu berinovasi akan kuliner kerak telor ini,” lanjut Fanny.
Saat membicarakan soal kerak telor yang identik dengan ulang tahun Jakarta, Fanny rupanya punya pendapat yang cukup berbeda dari Maulana.
“Memang, ya kerak telor itu selalu ada, apalagi di saat festival ulang tahun Jakarta. Walaupun perayaan ulang tahunnya sudah usai pun, makanan ini enggak kehilangan marketnya. Hanya saja agar tetap bisa bertahan, kita harus terus ekspansi pasar dan penjualannya, nih supaya lebih luas lagi jangkauannya,” jelas Fanny.
Sementara itu, sebagai pemuda asli Betawi, membuat Fanny bersemangat untuk terus mencari ide kreatif dari kreasi kerak telor. Beberapa waktu lalu, ia bersama bisnis Kerak Telor Lap Banteng, meluncurkan inovasi dengan menghadirkan kerak telor raksasa. Inovasi tersebut cukup menarik perhatian banyak orang rupanya.
ADVERTISEMENT
Adanya, kreasi baru yang diciptakan Fanny, sebenarnya punya tujuan agar kuliner tradisional tidak tersingkirkan. “Karena ada pergeseran gaya hidup, kita sebagai pemuda Indonesia harus punya ide kreatif mengolah dan mengedepankan makanan tradisional, biar lebih eksis dan enggak kalah dengan makanan viral sekarang,” pungkasnya.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya