3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Komunitas Pelaku Kuliner, Keluarga Baru bagi Para Pegiat UMKM Makanan

4 Agustus 2020 19:30 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Komunitas Pelaku Kuliner Foto: Dok.Komunitas Pelaku Kuliner
zoom-in-whitePerbesar
Logo Komunitas Pelaku Kuliner Foto: Dok.Komunitas Pelaku Kuliner
ADVERTISEMENT
Kuliner tumbuh dan berkembang atas jerih payah para pelakunya yang tak henti membuat inovasi untuk terus menghidupkan dunia makanan dan minuman ini. Meskipun, untuk bersaing di dunia kuliner terbilang cukup sulit. Bisa mati satu, tumbuh seribu.
ADVERTISEMENT
Untuk semakin memperkuat dunia kuliner para pelakunya pun perlu saling membantu, bergandengan bersama. Sebab, bisa dikatakan setiap bisnis makanan atau minuman punya pangsa pasarnya sendiri.
Sebut saja, kedai kopi yang kini menjamur. Meski bisa saja kedai kopi tersebut saling bertetangga, tapi mereka tetap hidup berdampingan. Punya peminatnya masing-masing.
Untuk saling menguatkan, hadir pula komunitas, asosiasi, hingga organisasi kuliner yang menjadi wadah sekaligus keluarga baru untuk para pelakunya. Termasuk Komunitas Pelaku Kuliner (KPK) yang digagas oleh Lucky Suherman. Laki-laki ini merupakan executive chef di MYKO Hotel & Convention Center Makassar. Ia juga aktif dalam Indonesia Chef Association (ICA).
Chef Lucky Suherman, founder Komunitas Pelaku Kuliner Foto: Dok.Chef Lucky Suherman/Instagram
Grup KPK begitu singkatan untuk komunitas yang didirikan Chef Lucky pada April lalu. Tujuan dengan hadirnya KPK dapat menjadi keluarga besar baru bagi para pelaku kuliner; untuk saling berbagi pengetahuan dan ilmu seputar dunia ini.
ADVERTISEMENT
Guna semakin mengenal apa itu Komunitas Pelaku Kuliner, kumparan pun menghubungi langsung Chef Lucky via telepon, Senin (3/8). Dan, simak perbincangan eksklusif kumparanFood selengkapnya dalam QnA berikut:

Bagaimana ide awal tercetusnya Komunitas Pelaku Kuliner (KPK)?

Awalnya itu, saya buka free consultant di website pribadi, eh ternyata ramai. Saya akhirnya bikin grup WhatsApp, mereka banyak tanya-jawab dan kebanyakan itu UKM, ada juga brand restoran. Dari 10 orang, 20 orang, sampai sudah 50 orang saya undang teman-teman saya; para-para pakar (kuliner). Jadi enggak saya sendiri, terus sampai sekarang, sampai sudah besar langsung saya invite ketua asosiasi lain.
Selama pandemi kita juga banyak waktu luang, banyak pertanyaan-pertanyaan gimana nanti cara bangkit, ada brand besar yang enggak terkena dampak COVID juga ikutan sharing.
ADVERTISEMENT
Grup KPK ini awal-awal itu banyak pertanyaan dan diskusi forum terbuka. Nah, sejak masuknya para pakar pada enggak ada yang berani komen karena ada Kapolda juga di situ. Makanya, saya juga buat yang telegram dan Facebook grup yang lebih bebas dan open for public, terserah mau jual-beli di situ juga boleh. Sedangkan untuk di WhatsApp sifatnya akan lebih privat, karena itu kan banyak petinggi, ya.

Siapa sajakah anggota dalam komunitas ini?

Anggota grup KPK ini ada pelaku kuliner (pengusaha kuliner UMKM, hotel, resto, catering, cafe, coffee shop, cloud kitchen, suplier, kaki lima, dan profesional yang bekerja di bidang kuliner; seperti chef, bartender, barista, dan server), Polri, jaksa, tax advisor, anggota dewan, pimpinan asosiasi kuliner lain, jurnalis, food blogger, hingga mahasiswa tata boga. Dengan total saat ini ada 180 anggota dan masih akan bertambah.
Ilustrasi berbisnis kuliner Foto: Dok.Shutterstock

Tepatnya kapan KPK ini berdiri?

April 2020. Sekarang, sudah banyak yang meminta komunitas ini menjadi organisasi. Memang ini bukan grup biasa di dalamnya. Nanti juga akan masuk, mantan Menpar Pak Arief Yahya juga.
ADVERTISEMENT

Siapa saja yang memprakarsai KPK ini?

Saya yang memprakarsai komunitas ini sendiri. Saya sebagai founder. Sebelumnya saya memang enggak kepikiran, hanya saja saya hobi di organisasi. Saya ikut organisasi ICA (Indonesian Chef Association).

Lantas, tujuan utama terbentuknya KPK apa saja?

Tujuan utamanya, pertama, melatih bisnis kuliner rumahan menjadi UMKM, itu dulu. Yang kedua UMKM menjadi restoran, yang ketiga restoran menjadi restoran yang sustain, itu goal-nya.

Pertanyaan apa yang paling sering ditanyakan oleh anggota KPK?

Awal-awal banyak yang nanya itu soal resep, misalnya gimana cara bikin korean garlic bread yang lagi booming. Nah, karena saya moderator di grup WhatsApp itu, saya langsung arahkan utuk narsum yang sesuai bidang, yang jagonya pastry. Bersyukur di grup itu ada Chef Yongki Gunawan.
ADVERTISEMENT
Itu soal resep, tapi sudah mulai jarang. Sekarang umumnya bertanya gimana caranya bisa sustain, gimana seperti bisa menjadi restoran Gado-gado Boplo, Restoran Angke, atau Bandar Djakarta yang 10 tahun pun masih eksis. Biasanya, dari 10 restoran, yang bisa bertahan hanya dua, menurut survei.
Pertanyaan selanjutnya tentang profit dan rugi. Kebanyakan omzet ada tapi uangnya tak terlihat. Ada juga yang nanya bagaimana bisnis di tengah pandemi bisa balik lagi seperti dahulu, dan inovasi seperti apa yang harus dilakukan.

Bagaimana menurut Chef Lucky terkait bisnis kuliner di tengah pandemi ini?

Kita cukup bertahan, bisnis makanan dan minuman enggak akan habis. Cuma yang mewah-mewah, seperti fine dining dan yang tidak terlalu konsen dengan makanan sehat, seperti goreng-gorengan itu agak berkurang.
ADVERTISEMENT
Untuk F&B sendiri pemainnya justru semakin banyak karena banyak cloud kitchen dan usaha po rumahan itu semakin menjamur. Tapi ke depannya, mereka bisa melanjutkan dan juga bisa tidak. Kalau mereka melanjutkan berarti akan ada banyak pemain kuliner. Pemain kuliner itulah yang haru dididik. Sebab, kebanyakan ada karena keterbatasan atau unsur terpaksa yang padahal mereka bukan dari background itu. Maka penting untuk bergabung di KPK karena sebelumnya mereka bukan pelaku kuliner.
com-Ilustrasi UMKM Foto: Shutterstock

Apakah sudah menentukan suatu program tetap untuk komunitas ini?

Kita sudah ada webinar-webinar, sudah ada tiga program yang akan diselenggarakan. Pertama, soal investasi bisnis F&B di Indonesia Timur. KPK kan sifatnya nasional meskipun saya di Makassar tapi anggotanya nasional. Narsumnya nanti dari semua anggota grup tersebut yang akan saya karyakan, dalam arti saya minta.
ADVERTISEMENT
Yang kedua judulnya 'how to be a great chef' itu akan diisi oleh chef-chef ternama narasumbernya. Ada Chef Yongki Gunawan, Sisca Soewitomo, dan mungkin akan ada dua lagi jadi empat narsum.
Yang ketiga soal 'bagaimana bertahan di bisnis F&B di tengah persaingan.' Itu akan ada narsum dari pemilik-pemilik restoran; seperti yang sudah confirm ada Gado-gado Boplo, Kebab Baba Rafi, dan restoran Angke.
Saat ini, karena masih belum ada iuran keanggotaan, maka saya meminta mereka untuk sukarela. Nanti setelah menjadi organisasi berbadan hukum, kami akan pungut iuran untuk narasumber, starter pack keanggotaan, dan kebutuhan organisasi lain. Atau, kalau nanti ada bencana kita juga bisa bantu bergerak untuk open donasi.
ADVERTISEMENT
Memang kelihatannya bisa menjadi tidak penting kalau semuanya berjalan dengan lancar. Tapi kita diperlukan untuk meluruskan jalan kepada mereka yang menyimpang ke kiri-kanan dalam perjalanan bisnis kulinernya, atau dalam arti sedang lagi ada masalah. Kita juga bisa menjadi jebatan antara pelaku usaha dan pemerintah.
Untuk anggotanya sendiri, mengikuti sebuah komunitas adalah pertama networking. Di grup akan ada suplier dan brand, ada profesional kuliner juga yang bisa menjadi kawan baru. Di situ juga berarti terjadi networking. Benefit juga tergantung masing-masing anggota, bagaimana cara ia menyikapi.
Pernah ada yang left group, saya tanya kenapa left group? Dia bilang di grup tersebut banyak orang besar, dia merasa enggak pantas. Nah, itulah mindset dia,
ADVERTISEMENT
Ilustrasi komunitas. Foto: Thinkstock

Terakhir, apa rencana ke depan untuk KPK?

ADVERTISEMENT
Kami berencana akan menjadi organisasi berbadan hukum di bawah Kementerian Koperasi & UMKM, dan memiliki akta pengesahan oleh Kemenkumham dan notaris. Lalu, kami akan membentuk dewan pengurus nasional (DPN KPK), di bawahnya akan ada dewan pengurus provinsi.
Ke depannya ini juga menjadi wadah bagi para pelaku kuliner yang terbentuk untuk menjalin relasi, menjadi suatu lahan bisnis baru --misal antar suplier dan pembeli--, dan juga menjadi sarana edukasi untuk seluruh pelaku kuliner di Indonesia.
Komunitas Pelaku Kuliner juga menjalankan prinsip koperasi yaitu oleh anggota dan untuk anggota. Maka ke depannya, akan ada pemungutan iuran mulai dari Rp 250-350 ribu per tahun, lalu untuk perpanjangannya mulai Rp 125-250 ribu per tahun, tergantung kategori anggotanya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, KPK juga akan membuat aplikasi untuk memudahkan komunikasi antar anggota komunitas.