Kotoran Manusia Kuno di Austria Ungkap Kebiasaan Makan 2700 Tahun Lalu

21 Oktober 2021 12:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
blue cheese Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
blue cheese Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, kotoran manusia kuno bisa mengungkap kebiasaan makan mereka jauh ribuan tahun yang lalu. Padahal umumnya kotoran manusia tidak akan bertahan lama. Rasanya begitu mustahil bila masih akan ada hingga ribuan tahun. Tetapi, telah ditemukan kotoran manusia di tambang garam prasejarah kawasan warisan dunia UNESCO, Hallstatt-Dachstein/Salzkammergut, Austria.
ADVERTISEMENT
Mengutip Science Daily, baru-baru ini para peneliti yang telah mempelajari sampel tinja purba (paleofeces) dari tambang tersebut telah menemukan beberapa bukti mengejutkan. Melalui kotoran kuno itu, mereka menemukan keberadaan dua spesies jamur yang digunakan dalam produksi keju biru dan bir. Temuan itu pun telah dimuat dalam jurnal Current Biology pada 13 Oktober lalu
"Analisis seluruh genom menunjukkan bahwa kedua jamur terlibat dalam fermentasi makanan dan memberikan bukti molekuler pertama untuk keju biru dan konsumsi bir selama Zaman Besi Eropa," ujar Frank Maixner dari Eurac Research Institute for Mummy Studies di Bolzano, Italia.
Pada studi sebelumnya, peneliti telah melakukan studi pada kotoran manusia kuno dari tambang garam untuk mengetahui wawasan penting tentang diet dan kesehatan manusia purba.
Ilustrasi pembuatan keju Foto: Shutter Stock
Selanjutnya pada penemuan itu, Maixner, Kowarik, dan rekan mereka menambahkan analisis mikroskopis, metagenomik, dan proteomik yang mendalam untuk mengeksplorasi mikroba, DNA, serta protein yang ada dalam sampel kotoran tersebut.
ADVERTISEMENT
Hal ini diketahui akan membantu mereka untuk merekonstruksi pola makan orang-orang yang pernah tinggal di sana. Mereka juga bisa mendapatkan informasi tentang mikroba yang ada dalam usus manusia purba. Seperti diketahui, mikroba usus secara kolektif dikenal sebagai mikrobioma usus yang kini diakui memiliki peran penting pada kesehatan manusia.
Melalui survei ini mereka mengidentifikasi adanya dedak dan glume dari sereal yang berbeda sebagai salah satu fragmen tanaman yang paling umum. Para peneliti melaporkan bahwa makanan yang sangat berserat dan kaya karbohidrat ini dilengkapi dengan protein dari kacang-kacangan; serta tak jarang juga datang dari buah-buahan, hingga produk hewani.
Penemuan makanan kuno dari zaman perunggu di Austria. Foto: PLOS ONE
Sesuai dengan pola makan nabati mereka, para penambang kuno memiliki struktur mikrobioma usus yang lebih mirip dengan individu non-Barat modern; yang mana pola makannya terdiri dari makanan yang belum diproses. Seperti buah-buahan segar dan sayuran. Temuan juga menunjukkan adanya pergeseran yang lebih baru dalam mikrobioma usus manusia yang menjalani diet Barat karena kebiasaan makan dan gaya hidup berubah.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti sampai di situ, para peneliti pun memperluas survei mikroba mereka dengan menambahkan jamur, dan saat itulah mereka mendapat kejutan yang tak terduga. Melalui Penicillium roqueforti dan Saccharomyces cerevisiae DNA mereka mendapatkan temuan menarik di salah satu sampel kotoran manusia kuno. Temuan ini pun menawarkan bukti bahwa, manusia kuno sudah memproduksi keju biru dan bir di Eropa sejak zaman prasejarah atau hampir 2.700 tahun yang lalu.
"Menjadi semakin jelas bahwa tidak hanya praktik kuliner prasejarah yang canggih, tetapi juga bahan makanan olahan yang kompleks serta teknik fermentasi telah memegang peran penting dalam sejarah makanan awal kita," tutup Kerstin Kowarik dari Museum Sejarah Alam Wina.
Reporter: Destihara Suci Milenia