Krakakoa, Cokelat Artisan dari Indonesia yang Mendunia

14 Februari 2019 16:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tak suka dengan cokelat? Manis, legit dengan sedikit sentuhan pahit yang khas mampu membuat orang jatuh hati. Tak heran, jika di berbagai perayaan, khususnya Valentine, cokelat menjadi salah satu lambang cinta yang manis.
ADVERTISEMENT
Cokelat juga dapat dengan mudah kita temukan di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Selain sebagai penghasil kopi terbaik, Indonesia juga dikenal dengan produksi cokelatnya. Bahkan cokelat sudah menjadi barang perdagangan sejak negara ini belum merdeka.
Saat ini, sudah banyak cokelat asli Indonesia yang dijual hingga ke luar negeri. Salah satunya Krakakoa. Ya, brand cokelat artisan ini menjadi salah satu yang berhasil membawa cokelat asli Indonesia untuk bisa dikenal di berbagai belahan dunia; seperti di Singapura, Korea, Jepang, dan sebagian besar negara di Eropa. Untuk di Indonesia sendiri, cokelat dengan packaging unik ini sudah bisa ditemukan di supermarket-supermarket premium di kota-kota besar di Tanah Air.
Cokelat bar Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Diceritakan Wilsen, Junior Marketing Manager Krakakoa, cokelat yang sudah ada sejak lima tahun yang lalu itu pernah mendapatkan penghargaan sebagai Indonesia’s Best Chocolate Factory di London.
ADVERTISEMENT
“Award itu kita dapatkan pada tahun 2017 dan 2018 dari Academy of Chocolate di London. Award itu kaya penghargaan tertinggi untuk craft chocolate atau artisan cokelat,” jelasnya saat ditemui kumparanFOOD di kantor Krakakoa (13/2).
Dilanjutkan laki-laki berusia 26 tahun tersebut, dalam mendapatkan penghargaan tersebut, Krakakoa dinilai dari berbagai aspek di antaranya; profile company, flavour development, acidity, hingga packaging. Memang jika dilihat packaging dari Krakakoa terbilang unik karena menggunakan desain bermotif batik, dan hewan-hewan khas Indonesia yang dilindungi.
“Desain packaging pun kami sesuaikan dengan motif yang Indonesia banget. Jadi melalui packaging juga kami mencoba perkenalkan cokelat Indonesia,” tambahnya.

Sistem farmers to bar

Cokelat nibs Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Bukan hanya menarik dari tampilannya saja, Krakakoa juga memperhatikan secara detail mulai dari pra hingga pasca produksi.
ADVERTISEMENT
“Dalam produksinya kita menjalankan sistem farmer to bar ada sepuluh proses dari train farmers-nya yang kita kasih pendidikan, kita kasih bantuan alat-alat, kita ajarkan ke mereka cara untuk membuat dan menghasilkan biji kakao yang baik kualitasnya dan kemudian kita juga membelinya dengan harga dua hingga tiga kali lipat lebih dari harga pasar. Karena kita juga mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dan 30-40 persen hasil anggaran Indonesia itu kan dari petani, jadi kita memulai untuk membantu ekonomi dari piramida paling bawah,” ungkap Wilsen.
Sistem farmer to bar sendiri terdiri dari training, harvesting (panen), fermentasi, pengeringan, sorting, roasting, winnowing (pemisahan biji sesuai kualitasnya), grinding/refining, tempering/molding, dan terakhir wrapping.
Dari cukup panjangnya proses tersebut, rupanya proses fermentasilah yang terpenting. Proses fermentasi pada cokelat akan berpengaruh terhadap terciptanya rasa dari cokelat itu sendiri. Proses yang memakan waktu enam hingga tujuh hari tersebut akan memunculkan acidity alami cokelat secara natural atau organik. Proses fermentasi juga yang menentukan perbedaan antara cokelat artisan dengan cokelat biasa.
ADVERTISEMENT
Selain fermentasi, proses roasting juga menentukan cita rasa pahit alami dari sebuah cokelat. Proses roasting cokelat itu dari Krakakoa pun dijemur secara natural di alam terbuka dengan bantuan matahari serta menggunakan alas, dan atap sebagai pelindung.
Berbeda dengan kopi, proses roasting cokelat hanya ada satu jenis. Roasting cokelat dikatakan cukup hanya dilihat dari perubahan warna biji cokelat yang menjadi kehitaman saja. Barulah setelah roasting dirasa cukup, untuk selanjutnya biji cokelat diolah hingga menjadi beragam varian.

Cita rasa dan produknya yang beragam

Cokelat bubuk Krakakoa Foto: Azalia Amadea/kumparan
Proses farmers to bar tersebut yang rupanya menjadi pembeda antara cokelat artisan dengan cokelat yang biasa dikonsumsi sebagai camilan sehari-hari. Tak heran jika produk cokelat artisan ini terbilang mahal. Misalnya saja Krakakoa yang membanderol cokelatnya dengan kisaran harga Rp 40 ribu sampai Rp 60 ribu. Meskipun begitu, Krakakoa juga menjual produk dengan harga yang lebih terjangkau bernama Blingkis yang dihargai Rp 15 ribuan untuk dinikmati sebagai camilan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Berbicara soal produk, Krakakoa memiliki beragam varian jenis dan cita rasa cokelat. Untuk jenisnya dibedakan menjadi flavoured bars, single origin bars, chocolate bark, dan gourmet nibs. Sedangkan untuk cita rasanya terdiri dari; chili dark chocolate, sea salt & pepper dark chocolate, cinnamon dark milk chocolate, ginger dark milk chocolate, dan creamy coffee milk chocolate. Masing-masing flavoured bars ini memiliki kandungan kokoa mulai dari 40 persen hingga 60 persen.
Cokelat bar Krakakoa. Foto: Azalia Amadea/kumparan
Sementara untuk single origin cokelatnya ada yang berasal dari Lampung, Bali, dan Sulawesi. Adapun cokelat asal Lampung menjadi produk unggulan Krakakoa karena memang pabrik cokelat yang namanya diambil dari nama Gunung Krakatau ini berada di daerah tersebut. Bahkan petani yang bekerjasama dengan Krakakoa kebanyakan berasal dari Lampung. Saat ini, diungkap Wilsen, sudah ada sekitar 1.000 lebih petani yang bekerjasama dengan Krakakoa, dan ditargetkan tahun ini mencapai 2.000 petani.
ADVERTISEMENT
Tak kalah unik, Krakakoa saat ini juga memiliki produk yang kandungan dark chocolate-nya hingga 100 persen. Produk yang terdiri dari cokelat murni ini bernama ‘arenga.’ Arenga sendiri merupakan jenis gula merah yang ditanam secara organik kemudian dicampurkan dengan cokelat Sulawesi.
Selain produk utama, Krakakoa juga kerap mengadakan workshop soal cokelat, dengan tujuan agar dapat lebih mengedukasi masyarakat Tanah Air soal cokelat Indonesia yang tak kalah berkualitas. Wilsen juga berharap, petani-petani cokelat di Indonesia bisa teredukasi lebih untuk mendapatkan penghasilan yang lebih layak, dan juga cokelat-cokelat Indonesia bisa lebih lagi diterima di mancanegara.