Makan Banyak Bukan Penyebab Naiknya Berat Badan? Begini Hasil Studi Terbaru

27 September 2021 11:57 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi timbangan berat badan naik. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi timbangan berat badan naik. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Kebanyakan orang beranggapan bahwa kebiasaan makan dalam porsi banyak jadi salah satu faktor naiknya berat badan. Berbanding dengan hal itu, sebuah studi baru menyatakan bahwa penambahan berat badan atau obesitas tidak selalu dikaitkan dengan seberapa banyak yang kita makan, lho. Lalu apa, ya penyebabnya?
ADVERTISEMENT
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2016, sebanyak 650 juta orang dewasa di seluruh dunia menderita obesitas. Lalu apa, sih obesitas itu? Obesitas adalah penimbunan lemak berlebih dalam tubuh yang seringkali meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, dan lainnya.
Pada umumnya orang yang ingin mengurangi berat badan bisa melakukan beberapa cara; seperti mengurangi jumlah porsi makan hingga rutin berolahraga.
Mengutip Food NDTV, hal ini sejalan dengan pedoman diet oleh USDA bahwa untuk menurunkan berat badan, orang dewasa perlu mengurangi jumlah kalori yang mereka dapatkan dari makanan dan minuman, serta meningkatkan jumlah yang dikeluarkan melalui aktivitas fisik.
Makan banyak karena emotional eating Foto: Shutter Stock
Tak hanya itu, kebanyakan para ahli kesehatan menyarankan untuk melakukan diet seimbang dan gaya hidup sehat guna mengatur berat badan yang ideal. Dengan begitu, untuk mencegah obesitas seseorang perlu membakar lemak yang mereka konsumsi.
ADVERTISEMENT
Namun baru-baru ini, sebuah studi baru yang diterbitkan The American Journal of Clinical Nutrition menyatakan bahwa penambahan berat badan atau obesitas tidak selalu dikaitkan dengan seberapa banyak kamu makan, melainkan sangat tergantung pada kualitas makanan yang kamu konsumsi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kualitas makanan, adalah dengan menghindari makanan tinggi lemak, gula, dan garam serta rendah vitamin dan nutrisi. Sangat dianjurkan juga untuk mengonsumsi makanan dalam kadar seimbang; yakni antara sumber energi, lauk pauk, sayuran, buah, dan waktu makan yang sesuai. Atau, yang biasa kita kenal dengan istilah gizi seimbang.
com-Ilustrasi gizi lengkap dan seimbang. Foto: Shutterstock
Tak bisa dipungkiri bahwa gaya hidup modern juga turut memicu perubahan pola makan tradisional yang semula sehat, menjadi miskin serat dan nutrisi lain. Pola makan tidak sehat meliputi diet tinggi lemak dan karbohidrat, makanan dengan kandungan sodium atau garam tinggi, rendahnya konsumsi makanan berserat, serta kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol.
ADVERTISEMENT
Para peneliti dari studi ini menyatakan, bahwa pola diet modern harus disalahkan atas epidemi obesitas saat ini. Sebab saat ini, pola makan kita mencakup makanan yang tinggi indeks glikemik, diproses dan penuh dengan karbohidrat atau pati. Di mana makanan ini yang dapat mendorong penyimpanan lemak, penambahan berat badan, hingga obesitas.
"Mengurangi konsumsi karbohidrat yang dapat dicerna dengan cepat yang membanjiri pasokan makanan selama era diet rendah lemak mengurangi dorongan yang mendasari untuk menyimpan lemak tubuh. Akibatnya, orang dapat menurunkan berat badan dengan lebih sedikit rasa lapar dan perjuangan," ujar Dr. David Ludwig, Ahli Endokrinologi di Rumah Sakit Anak Boston dan Profesor di Harvard Medical School.
Namun, para peneliti menyatakan bahwa masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah model baru ini dapat membantu mempercepat penurunan berat badan secara efektif, dan sekaligus membantu mencegah obesitas.
ADVERTISEMENT
Reporter: Destihara Suci Milenia