Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Makan Malam di Hari Sumpah Pemuda: Gelora Rasa dalam Harmoni Musik Nasionalisme
1 November 2022 20:20 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gelaran makan malam yang menjadi bentuk kolaborasi antara KAUM, Yayasan Warisan Budaya Indonesia, dan Feastin, serta studio kreatif 7per8; merancang sebuah pengalaman santap malam dengan konsep experiential dinner yang belum pernah diadakan sebelumnya di Jakarta.
Ya, saya jujur, belum pernah merasakan pengalaman makan yang begitu harmonis; antara cita rasa dari satu per satu makanannya begitu seirama dengan lantunan lagu-lagu yang diperdengarkan. Lantaran sekaligus merayakan salah satu hari bersejarah di Indonesia, maka lagu-lagu yang diperdengarkan pun lagu nasionalis.
Audy Pratama, ketua divisi pemuda Yayasan Warisan Budaya Indonesia, mengatakan dalam sambutannya bahwa masih banyak anak muda Indonesia yang belum menyadari betapa sakralnya Hari Sumpah Pemuda dalam sejarah negara ini.
“Justru pada saat Kongres Pemuda tahun 1928 itu, adalah pertama kalinya anak-anak muda bersumpah bahwa mereka adalah satu darah, satu Tanah Air, satu bahasa, yaitu Indonesia. Lalu 17 tahun berikutnya, kita lihat sumpah tersebut digenapi dengan merdekanya Indonesia,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, Kevindra Soemantri co-founder Feastin menambahkan, tema ‘harmony’ yang mereka pilih turut melambangkan sebuah kesatuan. “Di satu sisi, harmoni bisa berarti sebuah melodi dan irama yang dimainkan dengan indah. Tapi di sisi lain, harmoni berarti kesatuan, unity,” jelasnya.
Dari dasar-dasar pemikiran tersebutlah, tercetus ide konsep makan malam dalam balutan semangat Hari Sumpah Pemuda. Untuk semakin meresapi semangat hari sakral itu, kreasi makanan Indonesia yang dihidangkan pun dibuat oleh para chef muda Indonesia. Ada Rachmad Hidayat dari Kaum Jakarta, Nadja Azzura dari Nadja’s Gourmet, Aditya Muskita dari Beta, serta Xena Sawitri dari The Orient Hotel.
Makan malam penuh gelora rasa Indonesia!
Sebelum menikmati hidangan, para tamu dipersilakan untuk berdiri dan menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam tiga stanza. Jarang sekali bisa mendengarkan lirik demi lirik tiga stanza Indonesia Raya yang begitu penuh harapan. Banyak doa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pengalaman santap malam ini dibuka dengan tiga sajian appetizer. Kevindra menjelaskan, cita rasa dari tiga makanan pembuka ini terinspirasi dari lagu “Bangun Pemudi Pemuda” yang mana cita rasanya akan terasa vibrant dan bold.
Betul saja, saat pertama ikan dan udang asam padeh disajikan dalam batok kelapa gading, terasa kuat rasa asam menyegarkan dan dibalut sedikit rasa gurih serta pedas rempah.
“Ikan dan udang asam padeh merepresentasikan makanan penuh semangat seperti lagu Bangun Pemudi Pemuda. Kami menggunakan ikan tenggiri yang diasap sekitar 15 menit biar bau amisnya hilang. Kemudian menggunakan bumbu asam padeh khas dengan asam kandis,” jelas Nadja Azzura mewakili para chef.
Selanjutnya, sajian makanan pembuka kedua ada terancam gurita. Berupa sayuran mirip urap yang memadukan mentimun, kacang panjang, daun kemangi, serta kecambah mentah dan potongan gurita asap. Makanan ini begitu terasa umami, gurih, sedikit pedas dan manis.
Terakhir, ada sambiki, yakni sup labu kuning yang creamy dengan dominan rasa manis nan legit.
ADVERTISEMENT
Musik pun berganti. Menandakan santapan selanjutnya akan dihidangkan. Kali ini Svbito Strings membawakan lagu “Satu Nusa Satu Bangsa.” Saat lagu ini dimainkan, sederet makanan utama pun satu per satu dikeluarkan. Mulai dari nasi jagung, burung puyuh batokok, rumpu rampe tumbuk, rawon kering Pa’piong, dan sesatean Sumatera.
Paduan nasi jagung nan harum, dengan burung puyuh empuk dan sambal balado yang sedap dan tak terlalu pedas, serta sayuran daun singkong ‘rumpu rampe tumbuk’ tersaji dalam kuah santan. Sangat terasa apik di lidah. Seperti saling melengkapi; ada asin, gurih, creamy, pedas, dan sedikit manis.
Sementara, untuk sajian rawon kering Pa’piong yang tersaji dalam belahan bambu, terasa empuk dengan serat demi serat dagingnya yang masih terasa. Rawon ini dibalut bumbu hitam pekat yang juga dipadukan dengan serundeng telur asin, sehingga cita rasa menjadi lebih gurih dan kaya rempah.
ADVERTISEMENT
Menambah deretan pilihan lauk, sesatean Sumatera seperti tak boleh ketinggalan untuk dicicipi. Ada sate udang, ikan, dan kerang yang dibalut bumbu pedas-manis.
Pada bagian makanan utama ini memang menggambarkan kesatuan nusa dan bangsa, yang mana menghadirkan aneka makanan khas dari berbagai belahan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tibalah kami di penghujung santap malam yang tak terasa sudah berjalan selama dua jam. Sebagai penutup, tersaji di meja dengan cantik, kue bobengka dan es krim nipis, ketan item, cantik manis, dan kue lumpur yang terinspirasi dari lagu "Tanah Air".
Pada sajian dessert ini, kehadiran kue bobengka khas Maluku begitu menarik. Kue ini menggunakan bahan utama sagu dengan tekstur mirip kue apem. Kenyal, berongga, namun padat berisi. Kemudian di bagian atasnya ada es krim nipis yang manis-kecut serta meringue yang harum aroma teh melati. Unik!
ADVERTISEMENT
Rupanya dari setiap makanan yang kami santap, tak hanya terinspirasi dari lagu nasional saja. Melainkan, menurut Jessica Eveline, general manager dari Kaum Jakarta, santapan ini juga menggambarkan para tokoh di Kongres Sumpah Pemuda tahun 1928.
“Chef Nadja Azzura yang muncul dengan ide nama-nama tokoh Sumpah Pemuda. Itulah keseruan dari proses di balik layar merancang menu santap malam ini,” sambungnya.
Wah! Sungguh pengalaman makan malam yang tak biasa. Sensory experience begitu saya rasakan, mulai dari lidah yang dimanjakan dengan aneka hidangan sedap, hingga telinga yang diperdengarkan lagu-lagu syahdu. Indah, nikmat, dan penuh gelora rasa!