Margarin atau Mentega, Mana yang Lebih Sehat?

8 September 2020 15:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Margarin dan mentega. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Margarin dan mentega. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bagi masyarakat yang jarang memasak, biasanya kerap dibuat bingung oleh perbedaan margarin dan mentega. Bahkan kebanyakan orang menganggap kedua bahan masakan tersebut sama. Padahal margarin dan mentega memiliki komposisi yang berbeda, sehingga kandungan gizinya pun tak sama.
ADVERTISEMENT
Mentega biasanya digunakan untuk menggoreng, membuat saus, kue atau kue kering. Sedangkan margarin adalah bahan makanan yang terbuat dari lemak nabati, atau berdasar pada minyak kelapa sawit. Margarin memiliki tekstur yang lebih padat dengan warna lebih kuning daripada mentega.
Margarin pun muncul sebagai pengganti mentega. Hal tersebut karena mengonsumsi mentega secara berlebihan dapat menyebabkan penyakit jantung. Jadi muncullah margarin yang dinilai lebih sehat karena terbuat dari minyak nabati.
Dilansir Healthline, margarin dan mentega, keduanya sebenarnya mempunyai manfaat kesehatan, akan tetap juga bisa menjadi penyebab munculnya penyakit. Lalu, manakah yang lebih sehat dari kedua bahan masakan tersebut? Berikut rangkuman selengkapnya.

Margarin

Ilustrasi mentega Foto: Shutter Stock
Bahan utama yang terkandung dalam margarin adalah minyak nabati. Sebagian besar jenis margarin mengandung polyunsaturated fat atau lemak tak jenuh ganda yang tinggi. Jumlahnya tergantung pada sumber minyak nabati yang digunakan.
ADVERTISEMENT
Lemak tak jenuh ganda umumnya dianggap sehat dan memiliki manfaat untuk jantung; dibandingkan dengan saturated fat atau lemak jenuh. Dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2009, menemukan penurunan risiko masalah jantung 17 persen ketika mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh ganda, tetapi tidak ada efek signifikan pada risiko kematian akibat penyakit jantung.
Selain itu, beberapa margarin diperkaya dengan fitosterol atau stanol yang terdapat dalam minyak nabati. Margarin dengan kandungan tersebut membantu dalam menurunkan kolesterol jahat atau low-density lipoprotein (LDL) dalam jangka pendek; serta meningkatkan kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL).
Sayangnya, proses pembuatan margarin yang mengalami proses pemadatan membuatnya tinggi kandungan lemak trans. Sehingga bisa dikonsumsi secara berlebihan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan kronis lainnya.
ADVERTISEMENT
Sehingga, kebanyakan margarin di pasaran mengandung lemak tak jenuh, asam lemak omega-6 yang tinggi. Dua lemak tak jenuh yang paling umum adalah lemak omega-3 dan omega-6. Lemak omega-3 bersifat anti-inflamasi dan bertindak melawan peradangan. Sebaliknya, terlalu banyak lemak omega-6 dapat meningkatkan peradangan kronis.
Karena perbedaan fungsi asam lemak tersebut, masih diperlukan lebih banyak penelitian mengenai kandungan keduanya. Minyak nabati yang tinggi lemak omega-6 lainnya, termasuk minyak bunga matahari, jagung, kedelai, dan biji kapas.

Mentega

Ilustrasi mentega. Foto: Shutterstock
Manfaat kesehatan mentega sangat tergantung pada makanan utama si sapi. Mentega dari sapi yang diberi makan rumput memiliki beberapa kandungan nutrisi yang tidak ditemukan di makanan lain. Mentega dari sapi ini lebih kaya nutrisi ketimbang dari yang diberi pakan biji-bijian, karena mengandung beberapa nutrisi; antara lain vitamin K2, butirat asam lemak, dan omega-3.
ADVERTISEMENT
Studi dari The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2008, menunjukkan bahwa vitamin K2 dalam mentega atau yang biasa disebut butter ini dapat memiliki sifat antikanker dan membantu menurunkan persentase lemak tubuh. Butirat asam lemaknya serupa dengan yang diproduksi oleh bakteri di usus, sehingga dapat melawan peradangan, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan membantu mencegah penambahan berat badan.
Namun, mentega dinilai berbahaya karena tinggi lemak jenuh. Ini terdiri dari sekitar 50 persen lemak jenuh; sedangkan sisanya sebagian besar adalah air dan lemak tak jenuh.
Namun, studi observasi yang menyelidiki hubungan antara lemak jenuh dan penyakit jantung memberikan hasil yang beragam. Ada studi yang menemukan berkurangnya konsumsi lemak jenuh berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung. Sedangkan penelitian lain tidak menemukan efek perubahan, ketika menggantikan sumber makan lemak jenuh dengan bahan makanan karbohidrat atau protein lain.
ADVERTISEMENT
Jurnal LoS ONE yang diterbitkan pada tahun 2016, juga menemukan tidak adanya bukti kuat yang mendukung klaim bahwa asupan mentega yang tinggi atau sumber makanan lemak jenuh lainnya, secara langsung bertanggung jawab atas penyakit jantung. Namun, perlu penelitian lebih lanjut sebelum para ilmuwan dapat sepenuhnya memahami kaitan lemak jenuh dengan kesehatan jantung.
Selain itu, mentega juga mengandung kolesterol tinggi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Namun, beberapa jurnal menunjukkan pengaruh konsumsi mentega tidak selalu berdampak pada kebanyakan orang, jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.

Jadi, margarin atau mentega?

Sederhananya, margarin dan mentega terkadang memiliki manfaat yang sama pada suatu masakan. Namun kandung nutrisi keduanya berbeda. Mentega tinggi akan lemak jenuh, sedangkan margarin tinggi akan lemak tak jenuh tetapi terkadang mengandung lemak trans.
ADVERTISEMENT
Kamu dapat pintar-pintar memilih kedua bahan masakan tersebut untuk mengurangi efek sampingnya. Pastikan memilih olahan margarin yang bebas lemak trans dan terbuat dari minyak sehat, seperti minyak zaitun.
Bila pengin memilih mentega, pertimbangkan untuk membeli produk yang terbuat dari susu sapi yang diberi makan rumput. Namun pada akhirnya, konsumsilah produk ini dalam jumlah yang wajar.
Reporter: Natashia Loi