Menanti Nikmatnya Bubur Sop Khas Masjid Raya untuk Buka Puasa

9 Mei 2019 16:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas Masjid saat mengaduk bubur sop. Foto: kumparan/Rahmat Utomo
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Masjid saat mengaduk bubur sop. Foto: kumparan/Rahmat Utomo
ADVERTISEMENT
Menu bubur sop di Masjid Raya Al Mahsun, Medan, jadi salah satu sajian kuliner khas Ramadhan yang paling diminati.
ADVERTISEMENT
Tak heran bila di awal-awal Ramadhan, ratusan orang rela mengantri berjam-jam, hanya demi bisa menikmati satu porsi bubur sop saat berbuka.
Sejak pukul 14.00 WIB, masyarakat berbondong-bondong datang, membawa rantang atau mangkuk sebagai wadah bubur.
Mereka berlomba-lomba meletakan wadah paling depan. Secepat mungkin, supaya petugas masjid mengisi mangkuk bubur apabila sudah masak.
Sembari menunggu bubur masak, tampak telaten Mahdi, sang koki mengaduk bubur, satu persatu sayur mayur dan daging disatukan dalam adukannya di dalam kuali.
Tepat pukul 16.30, bubur masal dibagikan, semua orang berebut mendapatkan bubur itu. Sayang Masjid Raya hanya sanggup menyediakan 1000 porsi seharinya. Mereka yang datang terlambat harus gigit jari, pulang hanya dengan menghirup wangi bubur sop, tanpa bisa menikmati.
Masyarakat berebut bubur sop di Masjid Raya. Foto: kumparan/Rahmat Utomo
Namun jangan khawatir, sebelum bubur dibagikan ke masyarakat, Mahdi sudah menyiapkan ratusan porsi bubur, khusus umat muslim yang berbuka di Masjid Raya.
ADVERTISEMENT
Bubur disajikan bersama teh manis. Tekstur bubur sopnya lembut, cocok untuk yang menjalankan puasa di masjid paling terkenal di Sumatera Utara itu.
Secara umum, bubur sop yang disajikan di Masjid Raya, tak jauh berbeda dengan bubur lainnya. Dibuatnya dari beras, sayuran, dan daging. Tambahannya berupa topping anyang, yang berisi sayur kacang dan daun pepaya.
Namun, nilai sejarah dari bubur sop itu jadi nilai plus."Dulunya namanya bubur pedas, makanan khas Melayu dan para sultan (Raja) Deli. Setiap puasa para sultan berbagi ke masyarakat untuk menu berbuka puasa," ujar Mahdi.
Aktivitas membagikan bubur di setiap Ramadhan ini merupakan kebiasaan turun temurun bagi masyarakat di Medan.
Dahulu, rasa bubur pedas terkenal dengan kelezatannya, sebab komposisi menu yang disajikan konon sama dengan kualitas bubur yang dihidangkan kepada para sultan tempo dulu.
ADVERTISEMENT
"Sejak tahun 1906, bubur pedas merupakan sedekah pribadi sultan untuk masyarakat dan musafir berbuka puasa. Tapi sekarang bubur pedas kami ganti dengan bubur sop, karena bahannya lebih mudah dicari," ujar Mahdi.
Petugas Masjid saat mengaduk bubur sop. Foto: kumparan/Rahmat Utomo
Menu bubur sop sendiri dipilih sejak 30 tahun lalu, alasanya karena komposisi pembuatannya lebih praktis.
" Untuk bahan pembuatan bubur pedas menunya harus jauh jauh hari disiapkan, karena nya kami ganti mengunakan bubur sop agar lebih cepat selesai dan banyak porsinya. Kalau zaman dulu (bubur pedas) penduduknya masih sedikit beda dengan sekarang, " ujar Mahdi.