news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Meneropong Potensi Kualitas Susu Segar Dalam Negeri

5 Juni 2020 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi minum susu untuk menunjang sistem imun Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minum susu untuk menunjang sistem imun Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Susu merupakan salah satu komoditas pangan penting, karena merupakan sumber protein hewani yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi harian. Kandungan asam amino esensialnya yang lengkap membuat susu memiliki berbagai manfaat yang dibutuhkan tubuh untuk menunjang aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, data Biro Pusat Statistik tahun 2017 mencatat tingkat konsumsi susu nasional masih tergolong rendah, yakni sebesar 16,5 kg /orang/tahun. Menurut standar FAO, tingkat konsumsi susu di bawah 30 kg per kapita per tahun adalah Rendah; Menengah adalah 30-150 kg/kapita/tahun, dan Tinggi adalah lebih dari 150 kg/kapita/tahun.
Tingkat konsumsi susu yang rendah juga berbanding lurus dengan pasokan susu segar dalam negeri. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian pada tahun 2015, produksi susu dalam negeri hanya dapat memenuhi 20 persen kebutuhan susu nasional, dan 80 persennya harus diimpor dari negara lain.
Sementara itu, saat ini jumlah populasi sapi laktasi di Indonesia sekitar 267 ribu ekor dari total sapi perah 533 ribu ekor. Jumlah ini juga cenderung menurun setiap tahun jika dibandingkan dengan kenaikan populasi. Oleh karena itu, produksi susu segar dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, kebutuhan susu nasional 4,5 juta ton, tapi produksi lokal baru mencapai 864,6 ribu ton atau sekitar 19 persen dari kebutuhan nasional.
Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Dedi Setiadi menilai kendala utama belum terpenuhinya kebutuhan susu segar dalam negeri adalah kepemilikan sapi yang relatif masih rendah. Tiap peternakan biasanya hanya memiliki 3-4 ekor sapi perah. Meski ada beberapa perusahaan perah yang memiliki ratusan sapi, namun jumlah perusahaan ini relatif masih sangat kecil.
Selain faktor kepemilikan sapi yang rendah, hampir 70 persen peternak sapi lokal di Indonesia belum memiliki lahan peternakan dan sumber pakan yang memadai. Mereka harus mencari pakan dengan menyabit rumput, memberi pakan jerami, bekerja sama dengan petani rumput, hingga menanam atau mengambil sendiri di hutan. Padahal, pakan yang baik berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas susu yang dihasilkan.
Peternakan sapi perah lokal Indonesia Foto: Dok. Frisian Flag Indonesia
Penyerapan susu segar dalam negeri masih sangat besar untuk dikembangkan. Dari segi kualitas, Dedi menjelaskan, semua industri bisa menerima susu segar dari segi kualitas sesuai kebutuhan produknya masing-masing. Kualitas susu segar saat ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya, susu impor sebagian besar sudah dalam bentuk susu olahan, karena kalau impor susu segar agak sulit. Terlebih, secara kualitas, susu segar dalam negeri saat ini sudah lebih baik sehingga mudah diserah oleh industri ” ungkap Dedi saat dihubungi oleh kumparan melalui sambungan telepon, pada Sabtu (30/5).
Peternakan sapi perah lokal Indonesia Foto: Dok. Frisian Flag Indonesia
Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi lokal, para peternak sapi perah membutuhkan kolaborasi dan kemintraan dari pihak lainnya, seperti Industri Pengolahan Susu (IPS). PT Frisian Flag Indonesia (FFI) sebagai perusahaan produk bergizi berbasis susu telah bermitra dengan peternak sapi perah lokal melalui Koperasi peternak sapi perah di berbagai wilayah di Pulau Jawa sejak tahun 1996.
FFI merupakan bagian dari dari Royal FrieslandCampina, salah satu koperasi peternak sapi perah terbesar dunia yang berpusat di Belanda dan beranggotakan lebih dari 13 ribu peternak sapi perah yang tersebar di Belanda, Belgia dan Jerman.
ADVERTISEMENT
Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia Andrew F. Saputro mengatakan FFI berinisiatif menggandeng peternak sapi perah lokal dalam rangka mendukung peningkatan kesejahteraan, kualitas dan kuantitas produksi susu sapi perah lokal Indonesia.
“FFI bekerjasama dengan berbagai mitra beserta koperasi peternak sapi perah terus mendukung peningkatan kapabilitas peternak sapi perah lokal melalui pelatihan, knowledge sharing, dukungan teknis dan fasilitas. Semua ini dilakukan agar industri peternak sapi perah lokal dapat semakin berkembang dan berujung pada peningkatan kesejahteraan para peternak itu sendiri,” terang Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director Frisian Flag Indonesia kepada kumparan.
Hingga kini, FFI telah bermitra dengan 14 koperasi yang menaungi 17,000 peternak sapi perah lokal yang tersebar di Pulau Jawa.
Peternakan sapi perah lokal Indonesia Foto: Dok. Frisian Flag Indonesia
Selain itu, sebagai wujud nyata FFI dalam upaya meningkatkan kesejahteraan peternak di Indonesia dengan memberikan edukasi mengenai tata kelola dan tata laksana peternakan melalui program Farmer2Farmer. Dalam program ini, lebih dari 1200 peternak lokal berkesempatan untuk mendapatkan ilmu secara langsung selama 2 minggu dengan peternak sapi perah dari Belanda. Hal ini dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan kapabilitas peternak sehingga dapat meningkatkan jumlah populasi sapi perah nasional dan kuantitas susu segar dalam negeri.
ADVERTISEMENT
“Jadi, para peternak sapi perah lokal melihat proses seluruhnya; mulai dari peternakannya, ikut beternak ala Belanda di sana. Kemudian dibawa juga ke pabrik dan laboratoriumnya. Sehingga, mereka bisa punya mimpi besar untuk lebih maju, dengan kepemilikan lebih besar dan produksinya lebih tinggi, serta kualitasnya lebih tinggi,” ungkap Dedi.
Tidak hanya program Farmer2Farmer saja, FFI juga memiliki program lain sebagai upaya peningkatan kapabilitas peternak sapi perah seperti program Young Farmer Academy, Milk Collection Point (MCP), Dairy Village, Majalah Bewara, dan pelatihan kepada petugas koperasi sesuai bidangnya masing-masing.
Young Farmer Academy mengajak generasi muda untuk melanjutkan bisnis peternakan. Sedangkan, MCP merupakan tempat penampungan susu segar otomatis pertama di Indonesia (dengan sistem barcode). Sampai saat ini, ada 7 titik MCP yang telah beroperasi hasil kerjasama dengan Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS).
ADVERTISEMENT
Kemudian, Dairy Village (desa susu) yang berlokasi di Ciater, Subang, Jawa Barat merupakan peternakan sapi perah independen modern dan berkelanjutan pertama di Indonesia. Dairy Village merupakan hasil kerjasama yang dibangun antara FFI dan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Lembang, Jawa Barat.
Proses pengolahan susu sapi lokal Foto: Dok. Frisian Flag Indonesia
FFI juga mengadakan program pemberdayaan peternak bernama Bewara, yang rutin diadakan setiap tahun sejak 2009. Program ini diikuti oleh lebih dari ratusan peternak sapi lokal di Indonesia, untuk berdiskusi secara aktif di setiap sesinya. Setiap minggunya, diadakan pula program talkshow Bewara Radio yang berpusat di salah satu stasiun radio di Bandung, yang dapat didengar oleh peternak secara langsung maupun streaming di daerah lain.
Andrew mengungkapkan, dengan adanya pemberian edukasi dan pelatihan secara berkelanjutan, para peternak sapi perah yang telah mengikuti program dari FFI telah mengalami berbagai perkembangan.
ADVERTISEMENT
“Selain peningkatan susu segar baik secara kualitas dan kuantitas, para peternak juga telah belajar mengaplikasikan manajemen kandang serta manajemen keuangan yang lebih sistematis, semua manfaat ini menjadi faktor peningkatan penghasilan peternak setiap harinya. Di samping itu dengan menerapkan sistem kandang yang standar, cara beternak sapi perah menjadi mudah dan sapi perah tambah sehat,” imbuhnya.
Setelah para peternak sapi perah lokal memiliki pengetahuan yang cukup untuk menciptakan peternakan yang sustainable, dengan tingkat produktivitas dan kualitas yang tinggi, tentunya daya saingnya pun akan meningkat. Sehingga, angka pemenuhan kebutuhan susu nasional mampu didominasi oleh susu dalam negeri.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama dengan Frisian Flag