Mengapa Minyak Zaitun Bagus untuk Diet Sehat?

17 Mei 2019 14:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bertolli, minyak zaitun halal. Foto: Dok. Bertolli.
zoom-in-whitePerbesar
Bertolli, minyak zaitun halal. Foto: Dok. Bertolli.
ADVERTISEMENT
Pada abad lalu, penurunan kualitas makanan telah menyebabkan peningkatan jumlah risiko kesehatan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, pola makan yang tidak sehat adalah salah satu faktor risiko utama berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes, dan penyakit lain yang terkait dengan obesitas.
ADVERTISEMENT
Tak heran kalau kini banyak yang telah sadar dan memulai gaya hidup yang lebih sehat. Gaya hidup sehat berarti memakan makanan bernutrisi yang tepat serta mencerminkan pola konsumsi yang seimbang.
Nah, salah satu yang dihindari biasanya gorengan. Kelezatan gorengan memang bikin sebagian orang sulit menghindarinya. Maka itu, mengganti pilihan minyak jadi yang lebih sehat, bisa jadi solusi.
“Memang jadi lebih mahal, tapi itu juga yang musti dipikirkan. Sebaiknya makan gorengan tidak setiap hari. Dan sekalinya pengin makan gorengan, masih tetap sehat,” ungkap Ahli Gizi & Kesehatan Emilia Achmadi pada bincang-bincang bersama Bertolli di ABC Cooking Studio (16/5).
Bincang-bincang bersama Bertolli. Foto: Dok. Bertolli.
Acara tersebut digelar sekaligus mengumumkan Bertolli telah mengantongi sertifikat halal dari MUI. Perusahaan yang didirikan di kota kecil Tuscany, Italia itu punya tiga varian minyak zaitun; BERTOLLI Classico Olive Oil, Extra Light Olive Oil, dan Extra Virgin Olive Oil.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya mengapa minyak zaitun itu lebih sehat untuk diet? Berikut ini, kumparan rangkum beberapa alasannya berikut ini:
1. Minyak zaitun mengandung lemak baik
Emilia mengatakan, “Ketika orang-orang mendengar kata ‘Lemak’, mereka segera mengibarkan bendera merah di sekitarnya.
Padahal penting untuk diketahui bahwa 30% dari makanan yang kita makan harus mengandung lemak. Sel dan segala sesuatu di tubuh kita tumbuh subur dengan lemak. Kita memiliki dua pilihan, lemak yang memiliki sumber penyakit atau lemak yang memiliki manfaat kesehatan tambahan.
"Mana yang akan kita pilih? Saya ingin mengajak orang untuk mengalihkan fokus mereka dari lemak jahat ke lemak baik," kata Emilia.
Ahli Gizi & Kesehatan Emilia Achmadi dalam bincang-bincang bersama Bertolli. Foto: Dok. Bertolli.
Lemak baik memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Saat dikonsumsi dalam jumlah sedang, lemak baik membuat kita kenyang dan tidak membahayakan tubuh kita. Penelitian menunjukkan bahwa lemak tertentu pada sayuran, kacang-kacangan, dan punya manfaat kesehatan. Nah, lemak baik ini juga banyak terkandung dalam minyak zaitun.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari rilis yang diterima kumparan (17/5), minyak zaitun mengandung 77% lemak baik. Lemak baik ini mampu untuk menurunkan lipoprotein densitas rendah, dan kolesterol LDL —dikenal sebagai lemak jahat. Hal ini meminimalkan risiko penyakit jantung dan menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah.
2. Sumber antioksidan yang baik
Dari sekian banyak jenis minyak, minyak zaitun alami mengandung antioksidan yang baik. Minyak zaitun juga bebas kolesterol dan tidak mengandung garam.
“Memang yang extra virgin (minyak zaitun) rasanya agak pahit. Ini karena kandungan antioksidannya sangat tinggi. Nah, kalau belum terbiasa dengan rasanya, bisa coba yang light saja dulu. Buat masak rendang, atau masakan Indonesia rasanya juga masih masuk,” jelas Emilia.
3. Menjaga berat badan
ADVERTISEMENT
Ini dia kabar baik yang ditunggu. Beberapa penelitian mengungkap bahwa minyak zaitun bisa menjaga berat badan. Tak heran kalau minyak zaitun jadi 'kunci' sukses diet mediterania.
Minyak alami yang diekstrak dari buah zaitun, secara internasional dianggap sebagai pilihan minyak goreng paling sehat, tanpa mengurangi citarasa makanan.
“Menghadapi pilihan kebiasaan buruk dalam makan versus gaya hidup seimbang, kita harus ingat bahwa diet sangat personal dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing tubuh seseorang. Kita tidak boleh membandingkan diet kita dengan diet orang lain. Fokuslah pada diri sendiri dan sadarilah bahwa semua orang membutuhkan pola makan seimbang, bukan kebiasaan ekstrim,” kata Emilia.