Mengapa Saat Sedih dan Stres, Nafsu Makan Cenderung Menurun?

24 April 2020 17:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan sedih Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan sedih Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Suasana hati sangat berpengaruh terhadap berapa banyak jumlah makanan yang kita inginkan --atau secara singkatnya, nafsu makan kita. Tak cuma bisa meningkatkan, perasaan yang tengah kita rasakan juga dapat membuat nafsu makan menurun, bahkan menghilang.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini biasanya terjadi saat kita sedang merasa sedih, atau stres yang amat mendalam. Mau seberapa lezat makanan yang disajikan, tetap saja rasanya tak berselera untuk menyantapnya.
Kenapa bisa begitu?
Saat kita sedang merasa stres, otak akan terstimulasi untuk mengeksresi hormon yang mengaktifkan jaringan saraf kecemasan. Menurut Kimbre Zahn, M.D., dokter keluarga di Indiana University Health, beberapa hormon stres yang dihasilkan otak, seperti CRF dapat menekan nafsu makan kita.
Caranya, dengan mempengaruhi sistem pencernaan dan mengurangi rasa lapar.
"Seseorang yang mengalami stres terus menerus atau dipengaruhi oleh kecemasan akan mengalami peningkatan hormon-hormon ini secara kronis. Akibatnya, terjadi penurunan nafsu makan yang berkepanjangan." jelas Zahn seperti dikutip dari SHAPE.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, respons yang dikeluarkan oleh tubuh bisa berbeda, tergantung pada jenis atau keseriusan dari situasi tertentu. Misalnya, kita bisa saja makan lebih banyak ketika mengalami stres ringan --seperti saat menghadapi ujian.
Tapi, nafsu makan justru bisa benar-benar hilang setelah kita mengalami putus cinta.
Belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hal ini, namun diduga ada kaitannya dengan jumlah hormon stres yang disekresi pada situasi tersebut, dan seberapa besar mereka mampu mempengaruhi pusat rasa lapar.
Ilustrasi tidak nafsu makan Foto: Shutter Stock
Selain itu, terdapat pula komponen psikologis, khususnya bagi individu yang nafsu makannya berkurang, dan sistem pencernaannya bereaksi tiap kali mereka makan sesuatu.
"Beberapa orang mengalami mual atau sembelit saat merasa stres, dan mungkin mereka menghindari makan karena takut akan membuat keadaan tersebut bertambah parah," imbuh Deborah Offner, Ph.D., psikolog klinis dari Boston.
ADVERTISEMENT
Setelah merasa yakin kalau tubuh kita selalu bereaksi seperti itu acapkali setelah makan, kita bisa berisiko menerapkan kebiasaan makan yang buruk ketika sedang stres.
Perlu diingat, situasi stres dapat memicu gangguan makan, maka itu, selalu perhatikan gejalanya dan konsultasikan ke dokter bila perlu.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
*** Yuk! bantu donasi atasi dampak corona