Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Bubur Ie Bu Peudah, Simbol Gotong Royong Warga Aceh saat Ramadhan
24 Mei 2018 16:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB

ADVERTISEMENT
Sekelompok pemuda di belakang musala desa Bueng Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar terlihat sibuk menjaga api di bawah belanga besar. Dua di antara mereka mengaduk 44 jenis rempah-rempah yang ada di dalamnya menggunakan sebilah rotan.
ADVERTISEMENT
Dua pemuda itu mengaduk secara bergantian, asap mengepul mengeluarkan semerbak wewangian khas. Sekelompok anak-anak dan pria dewasa mengelilingi mereka seraya membawa mangkuk untuk mengambil masakan bernama Ie Bu Peudah.

Ie Bu Peudah merupakan makanan tradisional khas Aceh yang hanya ada saat Ramadhan, serta telah menjadi tradisi turun-temurun sejak zaman dulu. Ie Bu Peudah juga disebut sebagai perekat silaturahmi sesama masyarakat.
Ie Bu Peudah merupakan masakan sejenis bubur yang dimasak dari 44 jenis rempah yang diambil dari hutan. Rempah itu di antaranya daun peugaga, capa, oen tahe, daun muling dan lainnya. Jauh hari menjelang Ramadhan bahan-bahan ini memang telah dipersiapkan oleh masyarakat yang bekerja bergotong royong.

Untuk memasak Ie Bu Peudah, membutuhkan waktu lama, yakni sejak siang atau usai salat Zuhur dan selesai bakda Ashar. Ie Bu Peudah dimasak dengan campuran lada, kunyit, lengkuas, dan bawang putih. Adonan rempah itu kemudian dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut.
ADVERTISEMENT
Rempah-rempah yang digunakan sebagai bumbu itu berasa sedikit pedas. Karena itu, makanan ini disebut Ie Bu Peudah atau air nasi pedas dengan warna sedikit kecokelatan. Warga meyakini selain untuk menambahkan gizi, makanan ini memiliki khasiat menyembuhkan penyakit, seperti gatal-gatal pada kulit.
“Tradisi ini sudah lama. Cuma hanya ada di bulan Ramadhan. Biasanya kita gunakan 44 dedaunan dalam campurannya, makanan ini punya khasiat, bisa menghangatkan tubuh karena dari rempah-rempah,” kata Kepala Desa Bueng Bak Jok, Hafidh Maksum, saat ditemui kumparan, Kamis (24/5).

Ie Bu Peudah, kata Hafidh, kemudian dibagikan ke seluruh warga desa yang berjumlah sekitar 270 kepala keluarga. Di desanya, masakan ini telah menjadi tradisi setiap tahunnya. Memasaknya dilakukan secara bergotong royong, perempuan mendapatkan bagian untuk menyiapkan bahan, sementara laki-laki bertugas sebagai koki atau juru masak.
ADVERTISEMENT
“Masaknya khusus pria yang lakukan di masjid, kalau wanita hanya menyiapkan bumbunya saja,” ucap Hafidh.

Ie Bu Peudah dibagikan ke masyarakat usai salat Ashar atau sekitar pukul 17.00 WIB menjelang berbuka. Warga tampak berbondong-bondong datang ke masjid untuk mengambil bagian mereka.