Mengulik Menu Sahur Bersejarah Saat Perumusan Proklamasi

17 Agustus 2018 17:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan. (Foto: Dok. Perpusnas)
zoom-in-whitePerbesar
Sukarno membacakan Proklamasi Kemerdekaan. (Foto: Dok. Perpusnas)
ADVERTISEMENT
17 Agustus 1945 menjadi hari paling bersejarah bagi Indonesia. Ya, di hari tersebut, proklamasi kemerdekaan dideklarasikan, dan akhirnya, perjuangan memperoleh kemerdekaan telah diraih oleh bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Perumusan proklamasi pun memerlukan proses yang cukup panjang, berawal dari perundingan pada tanggal 16 Agustus di Rengasdengklok, hingga akhirnya penyusunan naskah proklamasi yang dilakukan dari malam hari hingga pagi buta.
Ya, kala itu, saat matahari bahkan belum menampakkan diri, para tokoh nasionalis masih sibuk merumuskan naskah proklamasi bersama Soekarno, Muhammad Hatta, dan Achmad Soebardjo. Perumusan yang dilakukan di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda tersebut baru menemukan titik terang ketika fajar menyingsing, saat waktu imsak hampir tiba.
Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa saat-saat bersejarah tersebut bertepatan dengan bulan ramadan. Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo tengah menjalani ibadah puasa ketika merumuskan deklarasi penting itu.
Ilustrasi roti dan sarden (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi roti dan sarden (Foto: Thinkstock)
Kira-kira, menu makanan apa yang mereka santap untuk sahur saat itu, ya?
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya yang berjudul “Sekitar Proklamasi” (1981), Muhammad Hatta mengisahkan bahwa sebelum pulang ke kediamannya, beliau sempat menyantap roti, telur, dan ikan sarden yang dimasak di rumah Maeda sebagai menu sahur.
“Waktu itu bulan puasa. Sebelum pulang saja masih dapat makan sahur di rumah Admiral Mayeda. Karena nasi tidak ada, jang saja makan ialah roti, telur, dan ikan sardines. Tetapi tjukup mengenyangkan,” tulisnya dalam buku tersebut.
Sukarno-Hatta (tengah, kiri) di Imam Bonjol 1. (Foto: Dok. Kemdikbud)
zoom-in-whitePerbesar
Sukarno-Hatta (tengah, kiri) di Imam Bonjol 1. (Foto: Dok. Kemdikbud)
Di buku "Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi" (2007) yang ditulis oleh Prof. Dr. Suhartono W. Pranoto juga disebutkan bahwa sebelum bertandang pulang, ketiga tokoh tersebut menikmati menu yang dimasak oleh salah satu pegawai Maeda, yakni Satsuki Mishima. Tak hanya itu, orang-orang yang masih berkumpul di kediaman Tadashi Maaeda juga disuguhi berbagai makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
“Sebelum pulang, Soekarno dan Hatta makan sahur dengan roti, telur, dan sarden. Setelah pamit dan mengucapkan terima kasih kepada Laksamana Maeda, mereka pulang. Soekarno menurunkan Hatta di Oranje Boulevard. Orang-orang lain yang ada di tempat itu makan apa yang disajikan oleh Ny, Misima yang menyediakan makan dan minum untuk hadirin,” tulis Prof. Suhartono sebagaimana dikutip dalam bukunya.
Meski terdengar sederhana, nyatanya, menu tersebut berperan besar dan ikut andil dalam menemani langkah besar bangsa ini lewat santap sahur para proklamator bangsa Indonesia di tanggal 17 Agustus 1945.