Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kuliner Timur Tengah identik dengan daging kambing yang diolah dengan berbagai macam cara. Bagi warga Madinah, Arab Saudi, bagian kambing yang paling dicari justru kepalanya. Di Madinah, olahan kepala kambing laris manis diborong.
ADVERTISEMENT
Lokasinya mudah ditemukan, sekitar 500 meter dari Masjid Nabawi, lurusan Masjid Bilal. Ambil jalan Abdul Muhsin bin Abdul Aziz, Anda akan menemukan sederet restoran pinggir jalan. Mereka menjual segala macam kuliner panggang, dari seafood, ayam, hingga kambing. Warga Madinah menyebut lokasi ini Jalan Kurban.
Waktu terbaik untuk menyambanginya adalah bada Isya, sekitar pukul 21.00. Di waktu itu, warga Arab justru keluar rumah, makan dan bercengkerama. Jika datang selepas Magrib, siap-siap saja terpotong waktu Isya. Setiap waktu salat, seluruh toko tutup dan mereka salat berjamaah.
Ketika kumparan dan tim Media Center Haji (MCH) menyambangi tempat tersebut pada Rabu malam (24/7) suasana ramai. Salah satu yang dipadati pengunjung adalah kedai kepala kambing.
Kepala kambing bertumpuk di dalam tungku di dalam tanah, terletak di samping pedagangnya. Ketika pesanan datang, pedagang tinggal menyerok kepala dari tungku, meletakkannya di talenan. Dengan lihai, dia memisahkan daging dengan tulang menggunakan pisau. Daging-daging pipi, lidah, kepala, hingga otak lepas dengan mudah dari tengkoraknya.
ADVERTISEMENT
Betul saja, ketika masuk mulut, daging-daging kepala kambing itu lembut terasa. Tidak perlu usaha keras untuk mengunyahnya, justru dagingnya seakan meleleh di mulut, apalagi bagian otaknya yang teksturnya seperti puding. Rupanya kepala kambing ini telah dipanggang berjam-jam dalam tungku tertutup sehingga membuat dagingnya empuk nian.
Untuk yang tidak suka kambing karena bau menyengatnya, tidak usah khawatir. Daging kepala kambing ini ternyata tidak berbau, mungkin karena cara memasaknya yang lihai. Rasa kambingnya juga tipis-tipis saja.
Sayangnya, membeli kepala kambing di sini tidak disertai cocolan, sehingga terasa sedikit hambar. Sebaiknya pembeli juga membeli sambal tomat di pedagang sebelah. Enak juga jika dilumuri kecap dengan irisan cabai seperti halnya sate Madura di Indonesia, tapi itu tidak ada di sini.
Anda juga bisa menjajal daging kambing guling yang banyak dijual di tempat ini. Kambingnya dipanggang utuh, warnanya kulitnya merah terpanggang, dengan taburan wijen di permukaannya. Pembeli tinggal bilang berapa kilogram yang mereka mau dan bagian mana yang diinginkan. Pedagang langsung menimbang dan mencincangnya.
ADVERTISEMENT
Kulit kambingnya renyah. Di bawah kulit, lapisan lemak yang lembut ikut menggoyang lidah. Dagingnya juga sama lembutnya, ditarik pelan saja bisa langsung koyak. Tapi menu yang satu ini memiliki aroma yang menyengat.
Begitu masuk mulut, baunya masuk ke hidung. Untuk yang sensitif dengan aromanya, akan kurang nyaman. Tapi aromanya yang kuat itu justru jadi ciri tersendiri masakan kambing, seakan jadi bumbu khas.
Untuk satu kepala kambing dihargai 18 riyal (Rp 72.000), sementara untuk setengah kilogram kambing bakar sepiring besar nasi mandhi dihargai 50 riyal (Rp 200 ribu). Saat ini tengah musim haji, jika sempat jemaah haji Indonesia bisa menyambanginya.