Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Menyambangi Pabrik Kopi Legendaris Liong Bulan
21 November 2017 14:11 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Gambar bulan sabit kuning tersenyum bersanding dengan gambar naga hijau. Itulah lambang Liong Bulan, kopi hitam asal Bogor, Jawa Barat. Kopi khas Bogor itu, yang disebut berdiri sejak 1945, seumuran dengan negeri ini, sempat dikabarkan berhenti produksi, dan membuat resah netizen yang selama ini menjadi penikmatnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, Liong Bulan punya tempat tersendiri di kalangan pecinta kopi Kota Hujan. Ia primadona. Harganya murah, aromanya harum, dan rasanya nendang. Demikian ujar para penggemar fanatiknya.
Konon, saat perang kemerdekaan tahun 1945, para pejuang meminum kopi Liong sebelum berangkat bertempur di sekitaran Bogor. Luar biasa memang legenda kopi naga yang dirintis Linardi Jap, warga Bogor keturunan Tionghoa itu.
Tapi, tahukah masyarakat Bogor di mana markas Liong Bulan?
Banyak orang mengira produsen kopi Liong beralamat di sebelah Pasar Anyar, Jalan Pabaton, Bogor Tengah. Itu sebabnya ketika toko kopi Liong di Pabaton itu memasang pengumuman mengagetkan, “MULAI HARI INI KOPI LIONG BULAN TUTUP. UDAHAN,” warga sontak kaget dan resah.
Kopi favorit mereka tak bakal diproduksi lagi! Sungguh bencana.
ADVERTISEMENT
Padahal ternyata, yang tutup adalah toko kopi Liong di Pabaton itu, bukan pabriknya yang beralamat di lokasi berbeda.
Memang, pemilik toko kopi Liong di Pabaton masih berkerabat dengan pemilik pabrik kopi Liong. Mereka satu keluarga besar Liong. Tapi, bukan berarti satu toko tutup, pabrik juga tutup. Produksi Liong terus berjalan.
Itu sebabnya kumparan mencari markas pusat Liong, demi menuntaskan rasa penasaran.
Warga sekitar Pasar Anyar dan toko kopi Liong di Pabaton menginformasikan, pabrik Liong berada di kawasan Ciluar, Bogor Utara. Setelah ditelusuri lebih jauh, alamat persis pun ditemukan: Jalan Bintang Mas, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sesampainya di Jalan Bintang Mas, Senin (20/11), deretan pabrik berdiri di sepanjang jalan. Sulit untuk menemukan pabrik Liong karena tak ada satupun keterangan atau papan nama yang menjelaskan bahwa bangunan tersebut adalah pabrik kopi.
ADVERTISEMENT
“Pabrik kopi Liong ada di depan, di sebelah tempat servis TV,” ujar seorang pedagang seraya menunjuk ke arah yang ia maksud.
Benar saja, aroma harum khas kopi menguar dari bangunan itu, seakan menjadi penanda bahwa bangunan tersebut adalah pabrik kopi.
Pabrik kopi Liong berukuran cukup besar. Pagar panjang terkunci menyambut begitu kami tiba. Tak ada satpam atau penjaga di luar area pabrik yang bisa dimintai keterangan.
Gerbang utama menuju pintu pagar pabrik berjarak sekitar tiga meter. Warna abu-abu tembok pabrik selaras dengan warna kelabu pagar. Terlihat beberapa bagian pagar sudah berkarat dan berwarna kekuningan.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya seorang perempuan keluar dari area pabrik. Ia Lili, salah satu kerabat pemilik pabrik kopi Liong.
ADVERTISEMENT
Lili berkata, pabrik kopi Liong ini sudah berumur tua. Tak heran, sebab tampilan pabrik memang kurang menggairahkan. Pabrik itu, ujar Lili, kini dikelola oleh generasi ketiga keturunan sang pendiri, Linardi Jap.
“Pabrik ini sudah di sini sejak zaman bapak dulu (Linardi). Dari pas di sini masih sawah.”
Wangi harum kopi yang terus-menerus tercium, menegaskan produksi kopi Liong memang tak berhenti.
“(Di sini) tempat produksi juga gudang,” kata Lili.
Jumlah karyawan pabrik Liong tak menentu. Bisa bertambah seketika jika pemesanan meningkat dan produksi melonjak tinggi.
“Tapi sekitar 50 orang karyawanlah. Jumlah itu bisa bertambah kalau pesanan lagi banyak. Misal pas lebaran,” ujar Lili.
Pabrik kopi Liong tidak memiliki kebun kopi sendiri. Biji kopi yang mereka produksi adalah hasil membeli dari orang-orang atau penjual biji kopi. Mereka memilih biji kopi yang berkualitas bagus namun berharga murah.
ADVERTISEMENT
“Ga ada kebon kopilah. Itu mah skala gede. Kalau (nanti) punya kebon kopi mah alhamdulillah,” ujar Lili seraya berkelakar.
Lili yang tak mau wajahnya dipotret mengatakan, tak ada angka pasti jumlah produksi Liong per harinya. Kopi Liong dikemas berbeda-beda, ada yang 25 gram, juga 80 gram. Tanpa pengawet, kopi Liong dapat bertahan selama tiga bulan sejak tanggal produksi.
Harga kopi Liong sudah pasti murah. Seperempat kopi bubuk dijual seharga Rp 12.500, sedangkan kopi kemasan hanya Rp 1.000 per sachet. Tak heran ia begitu digandrungi.
Pada kemasan sachet Liong tercantum kode P-IRT yang berarti, kopi itu merupakan Pangan Industri Rumah Tangga yang masuk kategori usaha kecil menengah.
Pada hari yang sama, Wali Kota Bogor Bima Arya menyambangi pabrik kopi Liong di Nanggewer tersebut. Ia juga mencari kebenaran informasi soal Liong, apakah benar tutup atau tidak.
ADVERTISEMENT
“Saya terima banyak sekali WhatsApp dan DM (direct message) di Instagram, yang meminta Pemkot Bogor turun tangan selamatkan kopi Liong. Emosional sekali. Saya kaget dengan reaksi warga, jadi langsung saya lacak, mampir ke sini,” kata Bima Arya kepada kumparan.
Gara-gara itu pula, Bima Arya tahu banyak penggemar kopi Liong--yang biasa disebut Liongers--lintas generasi di Bogor bahkan kota-kota sekitarnya.
“Saya sendiri suka banget. Dari dulu waktu kampanye, suka disuguhin warga (kopi Liong),” ujar Bima.
Itu sebabnya usai menyambangi pabrik Liong, Bima Arya langsung mengunggah foto dan video di pabrik itu ke tiga akun media sosialnya--Twitter, Facebook, dan Instagram.
“Kemarin beredar kabar tutupnya Kopi Liong Bulan yang didirikan oleh alm Linardi di Pasar Anyar tahun 60-an. Tadi saya mampir ke pabriknya ternyata masih eksis. Yang tutup adalah salah satu tokonya saja, karena pemiliknya sakit. Salam hangat untuk seluruh LIONGERS!” ujar Bima Arya.
ADVERTISEMENT
Demikian pula berakhir jalan-jalan kumparan ke markas produsen Liong si kopi naga legendaris. Selamat menikmati kopimu!