Meracik Budaya Ramah Tamah Lewat Secangkir Kopi Sumatera
13 Juni 2025 10:04 WIB
·
waktu baca 3 menitMeracik Budaya Ramah Tamah Lewat Secangkir Kopi Sumatera
Ramah tamah dan kopi adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Buktinya ia bisa jadi kunci perjalanan sebuah bisnis bertahan dan berkembang besar.kumparanFOOD



ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kopi yang nikmat bukan apa-apa tanpa keramahan para pegawainya. Nilai ini dipegang teguh dan terus dipertahankan oleh para barista dan karyawan lainnya hingga saat ini di seluruh dunia.
“Setiap minuman yang kami sajikan, di setiap gerai, setiap hari bahkan jutaan kali sehari kami ingin ia menjadi kopi terbaik di dunia, kata CEO Starbucks Internasional Brady Brewer dalam wawancara bersama kumparan, Rabu (11/6).
Perusahaan ini mampu konsisten berusaha memberikan layanan yang sangat baik kepada pelanggan. Di balik itu semua rupanya Starbucks melakukan hal yang sama yakni apresiasi terhadap kerja keras karyawannya.
Penghargaan itu misalnya Golden Apron, untuk karyawan yang telah bekerja keras mendukung merek, mitra dan memberi layanan baik kepada pelanggan. Mereka juga menganut konsep 'Third Place' memposisikan kedai kopi sebagai ruang atau wadah koneksi antar-manusia.
ADVERTISEMENT
Penulis buku terlaris New York Times sekaligus pemilik restoran, Will Guidara pernah menyampaikan kepada para karyawan Starbucks, bahwa sikap baik dalam memberi pelayanan terbaik kepada pelanggan ini akan menciptakan momen yang tak terlupakan dan sangat personal bagi mereka.
Apa yang membedakan sebuah bisnis baik atau tidak adalah, kemauan untuk lebih peduli daripada yang diharapkan. Hal ini akan mendorong tim untuk hadir, bertindak dengan tulus dan niat serta tak melewatkan hal kecil--yang sebenarnya bermakna bagi pelanggan--dalam bekerja.
Di depan bar kedai kopi, hal-hal kecil diterapkan misalnya: membersihkan porta filter sebelum menuang bubuk kopi untuk minuman espresso based, melipat celemek, rutin membersihkan area kerja, memberi senyuman dan sapa saat menyambut pelanggan dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Gerai kopi ini masuk Indonesia sejak tahun 1971. Sejak saat itu pula kopi Sumatera dijual dan diperkenalkan dan perlahan mulai diminati, karena karakter rasa single origin-nya yang unik.
“Kopi Sumatera adalah salah satu kopi favorit saya, juga favorit banyak orang di Starbucks. Ada semacam ‘romantisisme’ terhadap kopi Indonesia yang selalu melekat di Starbucks. Kami sangat peduli dengan kopi Indonesia,” kata CEO Brady.
Di Global Barista Championship 2025 kopi ini hadir dan disukai. George Wenno Shift Supervsor and Coffee Experience Specialist Starbucks Reserve Dewata Bali, salah satu finalis mewakili Asia Pasifik dari Indonesia berkesempatan untuk membawa kopi ini ke atas bar, meraciknya menjadi sebuah kopi seduh di hadapan para juri.
Sambil meracik kopi, George bercerita pada juri kisah para petani hingga keunikan rasa yang dihasilkan kopi ini saat dihidangkan di cangkir.
ADVERTISEMENT
"Kopi ini secara hati-hati dipetik dengan tangan, dikurasi oleh pemetik dan terkurasi selama beberapa generasi, diproses dengan metode wet-hull alias giling basah," ujar George.
Kopi ini cukup diperhitungkan dan menjadi favorit para beberapa barista di berbagai negara seperti Jepang. Juara Starbucks Global Barista Championship 2025 Nobuki, misalnya.
"Kopi punya rasa yang nikmat, memiliki kesan bold. Banyak barista bertalenta dari sana dan saya berminat untuk belajar dari mereka," kata Nobuki.
Di Starbucks, kopi Sumatera punya tempat spesial di hati CEO, para barista serta semua penikmatnya. Sejak 1971, kopi ini selalu tersaji dengan baik kepada para pelanggan. Ada bumbu 'keramahan' saat pelanggan datang ke kedai membuat mereka "ingin datang lagi ke sini."
ADVERTISEMENT
"Kami menyajikan secangkir kopi buat setiap orang. Cara kita melayani pelanggan bisa mengubah dunia dan itu selalu kita lakukan saat bertemu pelanggan. Ini adalah hal yang luar biasa," kata Juara Global Barista Championship 2025, Nobuki.