news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Merasakan Jepang di Senopati

21 November 2021 9:48 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Jepang begitu terasa di Okuzono
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Jepang begitu terasa di Okuzono
ADVERTISEMENT
Indera perasa bisa membawa nostalgia. Jika kamu merindukan suasana makan di Jepang, coba kunjungi Okuzono di kawasan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kamu tak hanya akan disuguhkan hidangan autentik, tapi suasana yang mengingatkan kita pada kedai dan restoran di Negeri Matahari.
ADVERTISEMENT
Mengusung konsep Izakaya yang kental, Okuzono menghadirkan dapur terbuka, Zen Garden, area Tatami hingga tempat duduk Mezzanine yang unik. Kamu bisa memilih duduk di area komunal sambil menikmati dekorasi dan aksi chef asli Jepang meracik hidangan atau private room untuk kebutuhan meeting yang bisa menampung 14 orang.
Menu makanan yang disuguhkan bukan hanya memiliki akar tradisional Jepang tapi juga dipadukan dengan inovasi yang memberikan kekayaan rasa dan pengalaman baru.
kumparan berkesempatan mengunjungi Okuzono saat peluncuran sake IWA 5. Sake ini merupakan kreasi Richard Geoffroy, sosok yang memetakan jalur untuk Dom Pérignon Champagne yang legendaris selama 28 tahun sebagai chef de cave kelima.
Richard Geoffroy berupaya menghadirkan kompleksitas dan keseimbangan yang belum pernah ada pada sake lainnya. Foto
Richard mendirikan tempat pembuatan sake IWA di kota Tateyama, Prefektur Toyama, bersama dengan bantuan arsitek Jepang Kengo Kuma. Ia juga bekerja sama dengan Ryuichiro Masuda dari tempat pembuatan sake milik keluarga Masuda Shuzo, serta desainer industri terkenal Marc Newson yang mendesain botolnya.
ADVERTISEMENT
Sebelum jamuan makan malam dimulai, kami sempat berbincang dengan Richard melalui livestreaming. Ia menjelaskan dengan detail visinya dan proses dalam membuat IWA 5.
Richard berupaya menghadirkan kompleksitas dan keseimbangan yang belum pernah ada pada sake lainnya. Richard ingin IWA 5 memiliki cita rasa sake yang kuat unsur Jepang-nya, namun juga menarik untuk lidah internasional.
Proses pembuatan sake IWA 5 dari tiga varietas beras
IWA 5 terbuat dari tiga varietas beras; Yamada Nishiki, Omachi dan Gohyakumangoku, dengan proses dan teknik khusus fermentasi. Yang unik dari sake ini, IWA 5 bisa disajikan dalam temperatur yang berbeda dan masing-masing memberikan cita rasa yang tidak sama. Dengan begitu, IWA 5 bisa dipadukan dengan beragam jenis makanan dan memberi sensasinya sendiri-sendiri.
"Aku bekerja sangat keras dalam proyek ini," kata Richard.
ADVERTISEMENT
Itu pula yang membuat Okuzono bersemangat dalam membuat hidangan jamuan makan malam khusus saat perilisan IWA 5. "Mengkreasikan hidangan yang disajikan bersama IWA 5 adalah sebuah tantangan buat kami," kata Direktur Okuzono Nadia Sofiandi dalam jamuan makan malam yang juga dihadiri International Sake Sommelier, Haruka Uemura.
Chef Naoyuki Shimada dari Kyoto menyajikan Fresh Oyster with Aromatic Kombu Oil sebagai hidangan pembuka, tiram segar asal Jepang disajikan bersama irisan seledri, wortel dan taburan rempah bersama lada. Hidangan ini klop dipadukan IWA 5 dengan temperatur dingin menggunakan gelas Daiginjo sehingga memberikan aroma light yang pas.
Botol IWA 5 Foto: Jonas Marguet
Hidangan selanjutnya berupa kepiting dengan cangkang yang dibalut tepung nasi seperti tempura. Daging kepiting dan cangkang terasa lebih lembut yang hancur dalam sekali gigitan. Menariknya, hidangan ini disajikan dengan IWA 5 pada level Tobikirikan alias temperatur panas sekitar 55 derajat celcius dengan cangkir keramik Ochoko. Sensasi yang diberikan cukup mengejutkan karena memberikan cita rasa berbeda meski berasal dari botol yang sama. IWA 5 pada level Tobikirikan mengeluarkan sedikit aroma spicy dan hangat di tenggorokan.
ADVERTISEMENT
Haruka Uemura sempat memeragakan bagaimana sake yang tadinya disajikan dingin, diproses hingga hadir dengan temperatur panas di cangkir keramik Ochoko. Ada alat pemanas khusus yang diatur dengan temperatur tertentu hingga mengeluarkan rasa dan aroma sake yang diinginkan.
"Rasanya benar-benar berbeda dari yang sebelumnya, 'kan?" tanya Haruka yang diiringi anggukan semua hadirin. IWA 5 juga sempat disajikan dengan Hitohadakan alias temperatur tubuh manusia, sekitar 35 derajat celcius.
Dua hidangan pembuka yang kami coba langsung memberi kesan bahwa perjalanan 'merasakan Jepang' akan berlanjut dengan sensasi rasa yang berbeda-beda. Cukup memanjakan indera penciuman dan perasa kita sehingga membuat rasa kangen akan Negeri Sakura semakin besar.
Selanjutnya Chef Naoyuki menyajikan Chaba Marinated Chicken, ayam yang dimarinasi dengan teh Sencha sebelum dipanggang. Dipadukan dengan mashed sweet potato dari Cilembu, miso, dan sencha leaves pesto sauce. Selain menghidangkan kuliner autentik Jepang, Chef Naoyuki juga senang bereksperimen dengan bahan-bahan lokal. Selain memakai ubi dari Cilembu, dia juga membuat wasabi segar yang diambil dari sebuah desa di Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Chaba Marinated Chicken yang disajikan dengan IWA 5 di dalam Junmai Glass
"Chef kami memang senang bereksperimen dengan bahan lokal Indonesia," ucap Nadia saat kami mencicipi Unagi Takikomi Gohan, unagi panggang yang mengeluarkan sedikit aroma kopi.
ADVERTISEMENT
Kami menutup jamuan makan malam bersama IWA 5 dengan Shuka Autumn Cent, dark chocolate souffle cake dengan ganache yang di-infused dengan IWA. Penutup yang manis dengan garnish nuansa musim gugur.