Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Minim Bumbu, Warga Kabupaten Sigi Masak Hanya Pakai Cabai dan Garam
23 Oktober 2023 13:59 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Berbeda dengan cita rasa masakan khas Indonesia yang biasanya dikenal kaya rasa, asin, gurih, atau pedas, makanan khas Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah justru terkenal minum bumbu, lho.
Mengutip siaran pers yang kumparan terima, Senin (23/10), beberapa waktu lalu, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) menggelar acara Festival Lestari, yang di dalamnya tercakup kegiatan Telusur Rasa Lestari: Jelajah Rasa dan Budaya Kabupaten Sigi.
Dalam acara tersebut membongkar potensi alam, keanekaragaman hayati, serta budaya kuliner Sigi yang ternyata unik. Beberapa fakta unik dari makanan khas Sigi pun terungkap, mungkin beberapa di antaranya jarang kamu temukan atau bahkan belum pernah kamu coba sama sekali.
Sakina Ta’ruf, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif, Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi, bercerita, Sigi memiliki potensi kuliner yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Ada lima masakan yang potensial untuk diangkat, karena cita rasanya yang lezat, meski cara memasaknya sangat sederhana.
ADVERTISEMENT
Kelima masakan tersebut di antaranya ayam bambu (ayam bakar dalam bambu), ayam biromaru (ayam panggang bumbu santan merah), uta dada (ayam kampung panggang kuah santan), kaledo (sup tulang kaki asam pedas), dan uta kelo (sayur kelor santan).
Menariknya, meski tampak kaya rasa dan bumbu, masakan Sigi justru minim campuran rempah. Ini karena, masyarakat Sigi lebih suka menonjolkan cita rasa asli bahan makanan yang hendak mereka makan.
Lantas apa saja bumbu utama dalam masakan khas Sigi?
Jawabannya hanya rica (cabai) dan garam. Sederhana, bukan? Ya, masyarakat Sigi terbiasa menggunakan cabai dan garam saja. Namun terkadang mereka juga gemar menambahkan asam atau daun lemon. Menurut mereka, bumbu sederhana ini sudah cukup untuk membuat cita rasa hidangan lebih menonjol.
ADVERTISEMENT
“Kalau masak ikan, tak perlu pakai bawang. Masakan malah jadi kurang sedap. Cukup rica (cabai) dan garam. Kalau mau, bisa ditambahkan daun lemon. Sudah, itu saja. Karena, rasa masakannya didapat dari gurih dan manisnya ikan itu sendiri. Kalau ingin rasa yang lebih gurih, tambahkan saja ikannya,” kata Endan, seorang ibu rumah tangga yang setiap hari memasak masakan khas Sigi.
Sambal khas Sigi pun sangat menggugah selera. Untuk menemani ikan bakar, misalnya, Endan akan membuat sambal dari tomat cherry yang dibakar, lalu ditumbuk dengan rica dan lokio.
Selain itu, kekayaan alam Kabupaten Sigi juga dimanfaatkan warga setempat untuk memetik dan mengambil langsung bahan makanan dari alam. Hal ini pun dapat menciptakan masakan yang segar setiap hari.
Kendati demikian, cara memanfaatkan bahan dari alam juga dilakukan warga setempat karena pasar di Sigi tidak buka setiap hari. Pasar di setiap daerah berbeda hari buka dan dalam seminggu buka hanya satu atau dua hari saja.
ADVERTISEMENT
Di Sigi hampir di semua halaman rumah terdapat tanaman kelor. Masaknya mudah, hanya dibuat sayur bening atau dimasak santan. Daun-daun lain pun banyak terdapat di kebun, seperti daun singkong, daun pakis, daun labu, dan kangkung. Begitu juga dengan bumbu yang biasa dipakai, seperti daun bawang atau lokio, rica, dan lemon.
“Kami tanam juga labu kuning dan labu siam. Kalau bisa tanam sendiri, kami tidak beli. Kadang-kadang kami bagi juga hasil kebun ke tetangga, karena terlalu banyak untuk dihabiskan sendiri. Banyak rumah yang juga menanam kecombrang, atau kami ambil saja di hutan yang tidak jauh dari rumah dan bisa dijangkau dengan berjalan kaki,” kata Endan, yang kerap memasak utu tikala, yaitu tumis pakis dan kecombrang.
ADVERTISEMENT
Untuk mendapatkan protein hewani, penduduk Sigi juga tidak pergi ke pasar yang terdapat di kota. Seandainya ingin memasak ikan, tinggal pancing ikan mujair dari Danau Lindu saja. Daging ikan mujair dari danau ini terkenal manis dan gurih, berbeda dari yang biasa diambil dari empang atau danau lain.
Sementara itu, kalau ingin masak ayam, tinggal ambil dari kandang atau beli di tetangga yang banyak berternak ayam kampung. Warga Kabupaten Sigi hanya turun ke kota, kalau perlu membeli bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, dan bumbu penyedap, itu pun jarang sekali.