Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Novia Soewitomo: Pengin Mengangkat Derajat Kuliner Indonesia di Negeri Sendiri
13 Agustus 2020 14:05 WIB
ADVERTISEMENT
Sebuah peribahasa yang berbunyi "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" terdengar pas untuk menggambarkan sosok Novia Soewitomo, anak dari pakar kuliner Sisca Soewitomo. Bahkan, perempuan kelahiran 1971 itu juga memiliki misi yang sama dengan ibunya, yakni ingin menduniakan makanan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebelum menduniakan kuliner Indonesia, terlebih dahulu perempuan dengan dua orang anak itu pengin kembali membangkitkan kecintaan masyarakat akan makanan khas Nusantara. Menurutnya, saat kumparan hubungi melalui sambungan telepon, Selasa (11/8), masih banyak masyarakat yang tak kenal dengan makanan khas negerinya sendiri.
"Padahal, bila bukan kita yang memperkenalkan dan melestarikan kuliner Tanah Air, lalu siapa lagi?," katanya.
Perempuan dengan nama lengkap Novia Rizkihadiyanti Soewitomo itu pun memiliki misi memperkenalkan makanan Indonesia mulai dari anak-anak. Agar, sedari kecil mereka terbiasa mengkonsumsi makanan hasil pribumi. Baginya seorang anak yang sukses juga menjadi pintu utama dari sebuah negara yang maju.
Untuk mengenal dan mengetahui lebih dekat soal misi serta sosok perempuan berusia 49 tahun tahun ini, yuk simak perbincangan eksklusif kami dengannya dalam Q&A berikut:
ADVERTISEMENT
Bagaimana awal mulanya memutuskan untuk ikut jalur karier yang sama dengan ibu di dunia kuliner?
Mulanya terjun di dunia kuliner , sih dulu 2003 itu mutusin untuk bantu ibu jadi manager, terus karena sering mendampingi otomatis, kan, lihat dan bantu. Ya udah terbiasa karena ketidaksengajaan, terbentuk dengan sendirinya.
Apakah untuk jadi manager ibu merupakan keinginan sendiri?
Iya benar, itu dari sendiri karena awalnya tuh dulu, kan, ibu pernah ada yang megang karena aku juga masih kerja. Terus habis itu, waktu itu tuh lagi zaman-zamannya banyak manager yang suka menipu-nipu. Terus aku lihat juga, ya kasihan banget, sih kalau enggak kita siapa lagi yang bantu (ibu) gitu. Ya udah, tahun 2003 keluar kantor dan langsung manajerin ibu.
ADVERTISEMENT
Memang sebelumnya kerja di mana?
Pada saat itu masih kerja di garmen. Tapi sehabis itu aku ambil sekolah S2 kuliner di Trisakti, sama kaya ibu.
Kalau hobi masaknya sendiri sudah dari kapan?
Semua sih, awalnya karena kita biasa, ya, dari kecil kita lihat. Ya, karena sering mendampingi, terus sudah gitu aku, kan, juga sudah berkeluarga jadi setiap hari masak buat bawain sangu sekolah anak. Ya udah karena kebiasaan itu sudah jadi kebutuhan buat harian. Lama-lama, aduh saya ingin juga menduniakan masakan Indonesia.
Apa resep masakan ibu yang jadi favorit keluarga?
Oh resep ada, sop buntut, semur bola-bola, sama kita juga suka rawon. Itu karena ibu sering masak, jadi favorit kita, deh. Sebetulnya, sih, memang mungkin tangan ibu, ya semua masakan terasa enak, bukan karena aku anaknya, lho, hehe.
ADVERTISEMENT
Alhamdulillah, sih memang benar dan ibu itu kan sebetulnya bukan makanan fusion, tapi makanan yang ada diterjemahkan ibu jadi makanan yang mudah dimasak. Bahan enggak terlalu banyak dan step-nya dipermudah supaya orang mau masak. Menerjemahkan kembali dalam bentuk yang mudahnya.
Lantas, adakah masakan Indonesia yang enggak disukai?
Sebetulnya buat seorang tukang masak enggak lucu, ya. Saya enggak suka pete dan jengkol. Sebetulnya bukan enggak suka, tapi enggak mau nyoba karena takut doyan, karena yang sudah-sudah katanya kalau sudah nyoba apalagi yang namanya jengkol pasti langsung jatuh cinta.
Makanan Indonesia apa yang sulit untuk dimasak?
Yang susah itu yang saya belum rasakan. Terus terang banyak masakan daerah yang juga saya belum kenal, belum tahu, dan belum ngerasain. Itulah susahnya kalau kita belum nyicipin.
ADVERTISEMENT
Tapi pokoknya yang saya pelajarin dari ibu itu kalau bumbu masak an Indonesia itu sebetulnya basic-nya cuma tiga; bumbu merah, bumbu putih, dan bumbu kuning itu juga yang aku jadiin tesis. Dari tiga bumbu basic itu kita bisa bikin berbagai macam masakan Indonesia.
Di daerah mungkin penyebutannya berbeda, misal di Bali itu ada basa genap, tapi basic-nya sama, artinya tinggal penambahan-penambahan dari rempahnya saja. Misalnya bumbu merah itu kan, bawang merah, bawang putih, sama cabai. Bumbu putih itu kan bawang merah, bawang putih dan kemiri, banyakin bawang putihnya. Kalau bumbu kuning itu bawang merah, bawang putih dengan kunyit itu basic, semuanya tinggal ditambahin.
Adakah tips memasak dari ibu yang menjadi pegangan Mbak Novia hingga sekarang?
ADVERTISEMENT
Bagaimana seorang Novia Soewitomo memandang perkembangan kuliner Indonesia?
Saya kepengin membuat gerakan menjadikan masakan Indonesia sebagai tuan rumah di negerinya sendiri, karena saya merasa bahwa aduh itu belum terjadi.
Saya kepengin bikin gerakan atau kurikulum di PAUD, yang misalnya mewajibkan setiap hari apa, kita makan makanan Indonesia atau memperkenalkan. Kalau aku penginnya mengedukasi dari kecil. Enggak perlu mereka suka, yang penting tahu saja dulu.
Misalnya saat kasus klepon kemarin, sebenarnya dari sisi kulinernya jadi terangkat, jadi salah satu bentuk promosi juga. Soalnya banyak juga orang yang ternyata enggak tahu klepon itu kayak apa. Dengan adanya pembicaraan itu orang jadi mencari klepon sampai saya juga baru tahu bahwa pada saat itu, tuh pedagang klepon jadi booming, nah itu jadi sebuah promo yang enggak disengaja.
ADVERTISEMENT
Artinya tadi balik lagi ke anak-anak adalah, jadi mereka ini sedari kecil sudah diperkenalkan, bahwa ini yang namanya klepon, rengginang, pukis, pokoknya pertama mereka kenal dulu saja dari situ nyicipin. Sekali memang tidak berbekas, tapi kalau sering diajarkan, kan, lama-lama mereka tahu dan rasanya akan menempel di ingatan mereka.
Tujuannya, nih, penginnya kalau nanti mereka misalkan studi ke luar ataupun mereka entah ke mana pun, mereka sudah punya basic itu. Apalagi kalau mereka sekolah kuliner, pada saat mereka presentasi atau apa tuh mereka masih punya basic rasa Indonesia. Jadi mereka dikenal, orang juga tahu mereka karena masakan mereka yang Indonesia banget rasanya. Mereka harus tahu autentik rasa, jadi kita punya ciri khas dan identitas.
ADVERTISEMENT
Tapi, kan, awalnya dari mana? Awalnya dari rumah, diperkenalkan ke anak-anak buat mencoba supaya makanan Indonesia menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Seperti saya juga dulu waktu kecil, papa itu kan suka sekali sama sayur lodeh, jadi mama masak setiap hari. Awalnya saya enggak suka, tapi lama kelamaan karena terbiasa jadi doyan.
Apalagi sekarang banyak tren makanan luar. Itu memang tren, enggak masalah mereka makan makan, tapi maunya mereka bisa balik lagi rindunya ke makanan Indonesia.
Jadi, sebelum kita menduniakan, kita dulu sendiri yang cinta dengan makanan Indonesia. Caranya, ya tahu saja dulu. Bagaimana kita mau jatuh cinta kalau tahu saja enggak. Mari kita bersama-sama menjadikan masakan Indonesia tuan rumah di negerinya sendiri.
Bagaimana Mbak Novia mengajarkan anak-anak untuk suka dengan masakan Indonesia?
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Memang sih, anakku yang besar dan kecil perbedaan eranya lumayan jauh, kalau yang besar, yang pertama waktu itu masih kita memang lagi senang makanan-makanan berkeju. Tapi kalau yang kecil itu lebih ke Indonesia. Dua-duanya, sih, saya biasakan apa yang saya masak mereka harus makan, jadi apa belajar untuk appreciate. Jadi mereka pun dari situ saya sudah mengajarkan masakan Indonesia yang benar enak, percaya deh.
Waktu itu pernah ada acara, jadi si anak-anak ini kita suguhkan empal gentong, dari nama saja sudah enggak seksi, tapi saat mereka sudah nyobain mereka bolak-balik terus.
Saat ini, apakah kegiatannya hanya menjadi manajer ibu atau ada program sendiri?
Kalau program khusus sendiri belum ada, tapi kalau diundang sesekali sendiri itu ada hanya per event. Tetap nomor satu manajer, tetap nomor satu harus ibu dulu.
ADVERTISEMENT
Adakah pengalaman memasak yang paling berkesan?
Kita paling pernah ada acara sama Ibu Presiden, tapi enggak khusus masakin buat dia. Terus memasak untuk acara Diaspora.
Pernahkah terbesit untuk terlepas dari bayang-bayang ibu dan mencoba menentukan jalur karier sendiri?
Ini kan memang dari awalnya berjalan begitu saja bukan karena memang niat mau menjadi chef , itu enggak. Semua berjalan dengan sendirinya, otodidak. Memang enggak bisa terlepas dari nama ibu, paling takut ketika orang membandingkan dengan ibu, tapi so far, sih bisa melewati itu semua. Alhamdulillah, sih enggak ada yang membandingkan masakan saya dengan ibu.
Pernahkah masakan hasil Mbak Novia dikritik oleh ibu?
Paling ibu itu kan semuanya harus serba perfect, memang itu harusnya begitu. Tapi, kan kadang anak muda tuh suka, misalnya ketika menumis bumbu itu harusnya bawang merah dan bawang putih dulu, lalu cabai itu terakhir supaya enggak layu, tapi kadang sudah kemasukkan duluan. Nah, ibu biasanya ngeritik tuh di situ, padahal yang mungkin menurut aku sama saja.
ADVERTISEMENT
Tapi, sebenarnya apa arti memasak untuk Novia Soewitomo?
Justru saya bisa menjadi seperti sekarang ini karena dukungan orang-orang dan lingkungan terdekat, apalagi anak-anak. Nah, anak-anak itu setiap kali dimasakin terus bilang enak itu yang memotivasi saya.
Bagaimana cara menyiasati pekerjaan selama pandemi ini?
Aku dan bu Sisca Soewitomo menyiasatinya dengan jualan, karena kan memang shooting langsung di-stop karena pandemi ini. Karena kita bisanya masak, ya jadinya kita jualan, nama brand-nya 3 Bumbu. Alhamdulillah menyenangkan, responsnya baik, dan segala sesuatunya jadi bisa kita kerjakan dari rumah.
Terakhir, apa harapan Novia Soewitomo untuk kuliner Indonesia dan adakah mimpi yang belum tercapai?
Ya, itu dia harapannya kepengin banget menjadikan kuliner Indonesia tuan rumah di negerinya sendiri. Ya, otomatis juga menduniakan masakan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kalau rencana karier, sih saya kepengin bikin buku untuk anak-anak. Kalau saya lebih ke anak-anak, buku memasak tapi ada ceritanya. Jadi supaya kita bisa storytelling juga gitu, buku cerita tapi ternyata ada resepnya juga. Menyampaikan sesuatu lewat sini, lewat cerita.
Membiasakan mereka juga, soalnya kan storytelling kurang diangkat di Indonesia.