Perjalanan Roti Bakar Eddy Meraih Sukses di Ibu Kota

11 Oktober 2018 13:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Roti Bakar Eddy. (Foto: Instagram/@risdiantiedi)
zoom-in-whitePerbesar
Roti Bakar Eddy. (Foto: Instagram/@risdiantiedi)
ADVERTISEMENT
Kabar duka baru saja menimpa dunia kuliner Tanah Air. Pemilik sekaligus pendiri kedai Roti Bakar Eddy yang legendaris, Eddy Supardi, menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu (10/10), pukul 17.00 WIB di RS Mayapada.
ADVERTISEMENT
Roti Bakar Eddy merupakan salah satu kedai roti bakar yang cukup legendaris di Ibu Kota dan sekitarnya. Pertama kali didirikan pada 1971 silam di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, hingga kini telah memiliki sembilan cabang yang tersebar di berbagai wilayah. Seperti di kawasan Senayan, Ciputat, Cibubur, hingga Bogor.
Kesuksesan Eddy sebagai pengusaha roti bakar tak didapatkannya secara instan. Banyak rintangan yang harus dihadapi Eddy selama pada saat awal merintis usaha roti bakar, mulai dari modal yang minim hingga ditertibkan dan diusir oleh petugas keamanan.
Dilansir dari website resmi Roti Bakar Eddy, Eddy yang berasal dari Solo, Jawa Tengah, pertama kali menginjakkan kaki di ibu kota pada tahun 1966. Berbekal modal seadanya dan niat kuat mencari nasib yang lebih baik, Eddy yang kala itu masih berusia 15 tahun mulai bekerja sebagai pesuruh di warung roti bakar kaki lima serta loper koran.
ADVERTISEMENT
Meski penghasilannya terbilang pas-pasan dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Eddy tetap menyisihkan sedikit uang dari penghasilannya untuk ditabung sebagai modal usaha. Setelah mendapatkan cukup modal, Eddy pun memutuskan untuk membangun usahanya sendiri.
Bukan usaha roti bakar seperti yang kita kenal sekarang, Eddy mencoba peruntungan dengan berjualan lontong sayur dan bubur ayam di dekat Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta Selatan. Namun pada awal membuka usaha, Eddy kerap diusir oleh petugas keamanan setempat karena dianggap mengganggu ketertiban lingkungan.
Setelah bergonta-ganti jenis dagangan, akhirnya pada tahun 1971 Eddy mencoba kembali peruntungannya dengan menjual roti bakar di kawasan yang sama. Melihat tidak adanya pesaing di kawasan tersebut serta pengalaman sebagai karyawan warung roti bakar, Eddy mulai menjual roti bakar kreasinya menggunakan gerobak.
ADVERTISEMENT
Awalnya, penghasilan sebagai pedagang roti bakar hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun karena lingkungan yang mendukung, lambat laun gerobak roti bakar Eddy mulai dikenal warga, pelanggannya pun kian bertambah.
Di saat roti bakarnya mulai semakin dikenal hingga ke berbagai wilayah lain di ibu kota, Eddy harus mengalami kerugian besar pada tahun 1980-an. Diakibatkan oleh peraturan pemerintah yang melarang warga untuk bepergian setelah pukul 21.00 WIB, warung roti bakar Eddy pun sempat sepi pembeli.
Hal tersebut tak serta merta membuat Eddy menyerah, berkat konsistensi rasa dan kualitas roti bakar yang tak pernah berubah, membuatnya memiliki banyak pelanggan setia. Lama-kelamaan, Roti Bakar Eddy yang awalnya dijual secara nomaden menggunakan gerobak, kini menempati bagunan permanen yang lebih bersih dan modern.
ADVERTISEMENT
Berkat kegigihan Eddy, kedai Roti Bakar Eddy menjadi andalan warga Jakarta dan sekitarnya saat ingin menyantap sajian roti bakar yang lezat namun tetap terjangkau. Pelanggannya pun kini lebih didominasi anak muda karena kreasi roti bakarnya yang sangat bervariasi. Mulai dari rasa cokelat, kacang keju, hingga roti bakar rasa Nutella yang lebih kekinian.
Selain ukurannya yang tebal serta variasi rasanya yang banyak, ciri khas Roti Bakar Eddy terletak pada rotinya yang dibuat sendiri secara homemade tanpa campuran perasa atau pengawet. Tak mengherankan, satu cabang kedai Roti Bakar Eddy yang kini dikelola oleh anak-anak Eddy bisa melayani 500-800 porsi dalam sehari dengan omzet hingga miliaran rupiah.