news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pola Makan Plant-based Bantu Redakan Gejala Migrain Menurut Penelitian

26 November 2021 9:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ibu hamil sering mengalami migrain Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ibu hamil sering mengalami migrain Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Kini, pola makan plant-based menjadi salah satu gaya hidup sehat yang mulai banyak diminati. Terlebih bagi mereka yang menyukai atau bahkan baru mulai mengatur pola makan dengan mengonsumsi makanan nabati. Tak hanya memiliki manfaat untuk menjaga berat badan, baru-baru ini sebuah penelitian menemukan bahwa pola makan plant-based dapat meredakan gejala migrain kronis.
ADVERTISEMENT
Mengutip Healthline, plant-based mengacu pada pola makan yang semata-mata, atau terutama terdiri dari makanan nabati berbasis sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Pola makan nabati itu tidak termasuk minyak, susu, dan makanan kemasan olahan.
Pola makan plant-based dinilai jauh lebih sehat lantaran manfaat yang ditawarkan. Seperti mampu menjaga kesehatan jantung, mencegah diabetes tipe 2, menjaga berat badan tetap stabil, hingga mampu menjaga sistem imun tubuh. Tak hanya itu, baru-baru ini sebuah penelitian yang mengungkapkan bahwa pola makan plant-based dapat meredakan gejala migrain.
Ilustrasi memasak makanan plant-based. Foto: Shutterstock
Diketahui lebih dari satu miliar orang di seluruh dunia mengalami migrain, yang ditandai sebagai sakit kepala satu sisi dan berdenyut selama kurang lebih 4-72 jam. Tak jarang juga disertai dengan kepekaan kebisingan dan cahaya, hingga terkadang muncul gejala awal penyakit atau gejala ringan sebelum rasa sakit utama tersebut menyerang.
ADVERTISEMENT
Migrain muncul sebagai insiden episodik, yakni kurang dari 15 hari dalam sebulan; atau dinyatakan kronis bila terjadi selama 15 hari atau lebih dalam sebulan ditambah dengan gejala setidaknya 8 hari dalam sebulan. Pengobatan migrain bisa dikatakan berhasil ketika terjadi pengurangan separuh frekuensi dan lamanya serangan, atau sebagai perbaikan gejala.
Memang pada dasarnya obat-obatan mampu mencegah dan mengobati kondisi tersebut, namun para peneliti telah menunjukkan bahwa pola makan yang sehat juga dapat menawarkan alternatif tanpa efek samping yang terkait dengan beberapa obat.
Mengutip The Statesman, studi itu telah dipublikasikan secara online di BMJ Case Reports Journal. Rupanya penelitian ini berawal dari para peneliti yang merawat seorang laki-laki yang menderita sakit kepala migrain parah selama lebih dari 12 tahun.
com-Sakit Kepala Foto: Shutterstock
Laki-laki itu pun telah melakukan berbagai cara untuk mengurangi keparahan dan frekuensi rasa sakit kepalanya. Seperti mencoba obat resep (Zolmitriptan dan Topiramate); membatasi mengonsumsi makanan pemicu gejala migrain, termasuk cokelat, keju, kacang-kacangan, kafein, dan buah kering. Serta telah melakukan serangkaian yoga dan meditasi. Namun sayang, semua cara itu tidak ada yang berhasil.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, pada saat enam bulan sebelum rujukan kliniknya, migrain yang dialami laki-laki itu menjadi kronis dan terjadi pada 18-24 hari setiap bulan. Ia menggambarkan rasa sakit yang muncul secara tiba-tiba dan kuat pada bagian dahi pelipis kiri kepalanya. Rasa sakit yang berdenyut-denyut yang ia rasakan biasanya berlangsung selama 72 jam.
Sakit kepalanya diketahui juga disertai dengan kepekaan terhadap cahaya dan suara, mual hingga muntah. Pada skala 0-10, ia menilai tingkat keparahan nyeri justru berkisar 10-12. Dari tes darah yang dilakukan, hasilnya mengungkapkan bahwa ia tidak memiliki tingkat peradangan sistemik yang tinggi, dan ia memiliki tingkat beta-karoten yang normal (53 ug/dl).
Ilustrasi tahu dan tempe dari bahan nabati bisa jadi salah satu pilihan makanan plant-based Foto: dok.shutterstock
Para peneliti pun kemudian menyarankan laki-laki itu untuk menjalankan pola makan plant-based atau Low Inflammatory Foods Everyday (LIFE); yakni diet padat nutrisi, makanan utuh, dan nabati. Ia harus makan setidaknya lima ons sayuran berdaun hijau mentah atau dimasak setiap hari, serta minum smoothie hijau sebanyak 32 ons setiap hari, dan membatasi asupan biji-bijian, sayuran bertepung, minyak, serta protein hewani; terutama susu dan daging merah.
ADVERTISEMENT
Setelah dua bulan menjalani pola makan plant-based, laki-laki itu mengatakan bahwa frekuensi serangan migrainnya turun menjadi hanya satu hari dalam sebulan; durasi dan keparahan serangan pun juga berkurang. Tes darahnya juga menunjukkan peningkatan substansial dalam kadar beta-karoten, dari 53 ug/dl menjadi 92 ug/dl.
Laki-laki itu diketahui juga telah berhenti minum semua obat migrainnya. Bahkan ketika dia mencoba makanan pemicu sakit kepala; seperti putih telur, salmon, atau es teh, rasa sakitnya jauh berkurang dan durasinya lebih pendek daripada sebelumnya.
Setelah tiga bulan, migrain yang ia alami berhenti total dan belum kembali dalam 7,5 tahun terakhir. Seperti yang kita ketahui bahwa migrain tidak memiliki penyebab yang jelas, tetapi untuk hal ini, para peneliti lebih lanjut mengatakan bahwa status HIV positif pada laki-laki itu kemungkinan berperan pada keparahan sakit kepala yang ia rasakan.
ADVERTISEMENT
"Laporan ini menunjukkan bahwa pola makan nabati utuh dapat menawarkan pengobatan yang aman, efektif dan permanen untuk membalikkan migrain kronis. Sementara laporan ini menggambarkan satu pasien yang sangat patuh yang memiliki respons luar biasa, diet LIFE telah mengurangi frekuensi migrain dalam tiga bulan pada beberapa pasien tambahan,” tulis dalam kesimpulan para peneliti.
Reporter: Destihara Suci Milenia